THE PROTECTOR (EPISODE 7: SEBUAH AKHIR DAN TANGIS KESEDIHAN)
“Argh,” suara erangan terdengar begitu nyaring di angkasa. Omar tergeletak dengan kondisi fisik terluka parah. Susah payah Omar berupaya bangun sementara darah terus mengalir dari lengan dan kaki. Di sampingnya tergeletak Zovac – pedang kesayangannya – yang berlumuran darah. “Percuma saja melawanku. Semaksimal apapun dirimu mengerahkan kekuatanmu, itu tidak akan berpengaruh sama sekali padaku,” Dasim berkata dengan pongahnya.
Belum sempat Omar berkata sesuatu, Dasim sudah memberi serangan kedua. Dari dalam mulutnya, menjulur tiga buah lidah reptil yang panjang dan menjerat tubuh Omar. Karena jeratan ini, Omar tidak mampu bergerak sama sekali. Tanpa ampun, Dasim menghantamkan tubuh Omar ke dinding beberapa bangunan yang ada di sana. “Sebaiknya aku sudahi saja permainan ini,” Omar dilemparkannya ke udara dengan kondisi sudah tidak mampu bergerak lagi. “Mungkin hidupku akan berakhir di sini. Ironis, ha ha,” suaranya lirih. Omar sudah pasrah dengan keadaannya sekarang sampai ia mendengar suara dari dalam otaknya. “ Jangan pernah mudah menyerah. Hidupmu tidak akan mudah berakhir begitu saja,” kata suara itu.
Bayangan tengkorak – tengkorak hitam beterbangan keluar dari tubuh Dasim untuk menghantam Omar. Ledakan besar kembali terjadi dan kali ini Dasim yakin Omar telah tewas. Namun, dirinya sudah harus kecewa untuk kesekian kalinya ketika mengetahui Omar tidak terpengaruh sama sekali dengan serangannya karena sebuah perisai pelindung berbentuk bola membungkus tubuhnya. Yang lebih mengejutkan Dasim adalah Omar tidak sendirian. Terdapat seseorang memanggul tubuhnya yang sudah tidak berdaya.
“Siapa orang ini? Orang ini juga mempunyai jenis energi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Tidak, aku pasti salah perkiraan,” Dasim penasaran.
Raheem membaringkan Omar sesaat setelah mereka mendarat. “Kakak, mengapa bisa seperti ini?” Thea menangis melihat kondisi kakaknya. Raheem meninggalkan mereka dan berjalan mendekati Dasim. Melihat Thea masih hidup, Dasim terkejut. “Mengapa gadis itu masih hidup? Apakah Ifridz dan Kichiro sudah tewas? Rasanya tidak mungkin, “ Kembali Dasim penasaran. “ Lalu, di mana Raheem dan ada hubungan apa antara gadis itu dengan pria misterius ini?”
“Tindakanmu sudah tidak bisa dimaafkan lagi. Sudah terlalu banyak nyawa orang yang tidak berdosa hilang dikarenakan ulahmu. Aku harus menghukummu,” mata Raheem menatap Dasim tajam.
“Lancang sekali. Siapa sebenarnya kau ini? Engkau sudah berani mengganggu kesenanganku.”
“Apakah secepat itu dirimu lupa? Aku adalah pemuda yang hampir tewas di tiang gantungan jika saja Omar tidak menolongku.”
“Jadi, kau adalah...Raheem?! Tidak mungkin!” hati Dasim mencoba menyangkal.” Awalnya aku sendiri tidak percaya dengan apa yang aku alami ini. Tapi, kemudian aku menyadari sesuatu,” Raheem ingat sesuatu.”Aku bisa menjadi seperti ini karena aku mempunyai darah campuran antara bangsa ibuku dan bangsa ayahku, dua bangsa terkuat di muka bumi. Engkau pasti tidak menyadari jika aku adalah anak dari Mikhail, mantan prajuritmu yang membawa kabur Azwad. Dalam pelariannya dia menikah dengan ibuku yang berasal dari Bangsa Valest, salah satu bangsa terkuat di bumi yang kamu musnahkan. Asal kamu tahu, upayamu untuk membinasakan Bangsa Valest telah gagal karena terdapat beberapa golongan dari mereka berhasil menyelamatkan diri dari genosida yang telah bangsamu lakukan. Mereka lantas berpencar ke seluruh penjuru bumi untuk menetap dan mengembangkan populasinya sedikit demi sedikit. ”
“Aku tidak percaya ini. Ternyata ada sebagian dari Bangsa Valest yang berhasil menyelamatkan diri,” Dasim geram.” Dan yang lebih tidak kupercayai lagi adalah ternyata engkau adalah anak dari si pengkhianat Mikhail. Mengapa harus kau yang menjadi pewaris kehebatan Bangsa Ibran dan Valest?!”
“Rupanya dirimu yang hebat ini takut dengan diriku,” Raheem menggertak. Tidak mau dianggap remeh, Dasim mengambil inisiatif menyerang. Semburan api keluar dari dalam mulutnya dan menghanguskan segala benda yang dilewatinya. Untuk ketiga kalinya, Raheem menggunakan Perisai Pelindung. Semakin lama semburan semakin membesar sehingga kali ini Perisai Pelindung tidak mampu melindunginya lebih lama lagi. “Ini aneh. Mengapa api ini justru lebih kuat daripada senjata Log Man waktu itu. Padahal, ini hanya sekedar api,” Raheem keheranan. “ Oh, tidak. Thea dan Omar!,” Ditengoknya ke belakang akan tetapi kedua orang itu sudah tidak ada. “ Syukurlah, mereka sudah berlindung ke tempat yang aman. Sekarang aku bisa bebas menghindar,” hatinya berbicara.
Akhirnya, Raheem sudah tidak sanggup lagi menahan semburan api dengan lebih lama dan membanting diri ke kanan. “Luar biasa. Perisai Pelindungku tidak sanggup menahannya,” telapak tangannya berwarna merah kehitaman disebabkan karena luka bakar. Selain itu, hampir sebagian jubahnya hangus terbakar. Dengan terpaksa, Raheem melepasnya. “ Mungkin lebih baik begini jadi aku bisa leluasa bergerak,” pikirnya. “ Lumayan juga sebagai pemanasan.” Ucapan Raheem itu semakin membuat Dasim murka. “ Aku tidak terima direndahkan seperti ini,” kemarahannya semakin menjadi.
Raheem membentangkan telapak tangannya ke arah Dasim dan beberapa detik kemudian Komandan Bangsa Ibran itu terpelanting serasa ada hembusan angin yang mendorongnya dengan sangat kencang. Dasim sempat terguling beberapa kali sebelum akhirnya terdengar suara gesekan antara kaki dan tangannya dengan tanah. Dia berhasil menahan tubuhnya agar tidak terdorong lebih jauh lagi.
Kali ini keduanya saling serang. Mereka meluncur untuk mendekat satu sama lain dengan kecepatan yang sangat cepat yang diakhiri sama – sama meluncurkan pukulan. Keduanyapun terjatuh. Dasim terdiam memandangi telapak tangannya. Di sana terdapat genangan darah yang mengalir dari dalam hidungnya. Baru kali ini ada seseorang yang berhasil melukainya. Tatkala ia memandang ke arah terpentalnya Raheem, ia tak menemui apapun di sana. Kepalanya terus berputar untuk terus mencari keberadaan Raheem.
“ Apakah kau mencari diriku? Ternyata kau tidak secepat yang aku kira.”
” Mengapa aku tidak menyadari keberadaannya?”
Kini, Raheem sudah berdiri melayang beberapa meter di atas kepala Dasim. “Hah!” teriaknya dengan lantang memecah kesunyian angkasa dengan kedua tangan membentuk gerakan membelah udara. Tanah di bawah sana terbuka disertai getaran hebat dan diikuti dengan jatuhnya Dasim ke dalam jurang yang seolah tak berdasar itu. Untuk mencegahnya kembali, Raheem menutup belahan tanah yang dibuatnya beberapa saat lalu. Raheem memperkirakan Dasim telah tewas terhimpit di antara tanah dan bebatuan.
Beberapa menit berlalu dan tidak terjadi sesuatu sehingga Raheem menyimpulkan Dasim telah tewas hingga terjadi sesuatu. Satu dentuman, dua dentuman, hingga tiga dentuman berurutan terjadi di bawah sana. Benda berbentuk seperti kuncup bunga raksasa berwarna hitam muncul dari dalam tanah. “ Cih, apa lagi ini?,” rasa sebal menghinggapi Raheem. Dari sisi depan, kanan, dan kirinya muncul sodetan berbentuk vertikal yang cukup panjang. Kedua mata Raheem terbelalak tatkala mengetahui ada berbagai sosok aneh keluar dari dalamnya. Diawali dengan keluarnya bagian kepala yang diselimuti lendir dan diikuti bagian tubuh lainnya. Mata mereka memancarkan cahaya merah nan menakutkan. Kini mereka bertiga telah keluar dengan sempurna yang membuat siapapun akan ketakutan jika melihatnya.
“ Siapakah mereka itu?” Thea penasaran. ”Tiga Bintang Zion dan nama mereka adalah Illuminato, Freemansore, dan Thule. Mereka inilah kepanjangan tangan Dasim dalam menyebarkan paham Zion ke seluruh penjuru dunia dengan membentuk organisasi misterius yang memiliki anggota dari berbagai kalangan atas serta bawah. Tidak menutup kemungkinan para pejabat pemerintahan menjadi pengikut setianya,” Omar menjelaskan panjang lebar.
Tidak lama berselang, wajah Dasim juga muncul dari kuncup bunga tersebut. “ Izinkan aku untuk memperkenalkan ketiga anakku yang sangat hebat sekaligus menjadi calon lawanmu. Mereka adalah Freemansore, Illuminato dan Thule,” Dasim tersenyum meremehkan. Melihat senyum Dasim yang menjijikkan itu, Raheem merasa sangat muak sekaligus ingin menghajarnya. “ Baiklah anak – anak. Segeralah habisi dia untukku,” perintah Dasim. Secepat kilat Tiga Bintang Zion menghilang dari tempat tersebut sehingga hanya menyisakan hembusan debu tebal.
“ Cepat sekali! Aku tidak mampu melihatnya!,” Thea tercekat sebelum akhirnya dia mendengar ledakan sangat keras di udara. Raheem terjatuh dan menghantam reruntuhan bangunan setelah menerima serangan ranjau udara dari Illuminati. Sementara itu, Freemansore dan Thule melihat pertarungan itu dari tempat yang agak jauh. “Sekarang giliranmu Thule,” kata Freemansore pada adiknya. Kedua tangannya bersedekap di atas dadanya mengesankan akan kesombongan dirinya. Thule muncul secara tiba – tiba di samping Illuminati. “ Sekarang giliranku!” kata Thule yang membuat Illuminato menghentikan serangannya.
Tangan kiri Thule menggenggam lantas diarahkannya ke depan tepat ke arah Raheem yang masih terbaring tertimbun reruntuhan. Cincin yang melingkar di jari manis tangan kirinya mengeluarkan cahaya berwarna biru. Kini ada sebuah tombak bergerigi di genggaman Thule. “ Terimalah ini!!” tombak bergerigi meluncur deras ke arah Raheem. Yang mengejutkan, dalam tempo beberapa detik tombak ini mampu melipatgandakan dirinya sendiri seraya berputar di angkasa. Thea hendak menolong Raheem seperti beberapa saat lalu namun terlambat. Ledakan demi ledakan kembali terjadi. Thea bersama kakaknya menutupi wajahnya saat ledakan itu terjadi. “ Akh,” teriak keduanya hampir bersamaan. Mereka merasakan hembusan hawa panas yang luar biasa. Itu membuat mereka terlempar cukup jauh.
“ Ternyata dia begitu mudah ditaklukkan. Tidak ada yang istimewa darinya,” Thule merasa begitu percaya diri. Sikapnya yang berlebihan itu mendapat teguran dari Freemansore. “ Sebaiknya engkau jangan senang dulu. Lihatlah ke bawah sana,” katanya mengingatkan. Thule sedikit terkejut dengan perkataan kakak tertuanya itu. Di balik kepulan debu dan asap, samar – samar terlihat bayangan yang berdiri dengan kokohnya. Bajunya terlihat sobek sementara tubuhnya penuh luka. Tatapan tajam matanya memandang ke arah Thule.
“ Aku sendiri cukup terkejut kau masih bisa bertahan setelah mendapat serangan yang dahsyat. Aku menjadi semakin menghormatimu,” Freemansore merasa kagum. “Kalian berdua, kali ini seranglah dia secara bersama dan segeralah lenyapkanlah dia. Aku tak ingin melihat wajahnya lebih lama lagi.” Illuminato dan Thule lantas menyerang Raheem dengan melancarkan pukulan ke arah wajahnya. Kali ini Raheem jauh lebih cepat dari mereka karena dia telah mempelajari gerakan mereka pada serangan yang terdahulu. Ditahannya pukulan dua bersaudara itu dengan memegang kedua tangan mereka. Tentu saja hal ini membuat mereka terkejut tak terkecuali Freemansore. Semakin mereka mencoba melepaskan, maka semakin kencang pula pegangan itu. “ Kali ini kalian tidak akan selamat lagi. Keberadaan orang – orang macam kalian hanya akan menghancurkan bumi ciptaan Tuhan yang indah ini. Tuhan sangat murka,sangat murka !!” kata terakhir diucapkan Raheem dengan nada sangat tinggi. Jelas sekali terlihat kemarahannya.
Terlihat raut ketakutan pada wajah Illuminato dan Thule. Bersamaan dengan teriakan kemarahan Raheem, terpancar bola energi yang sangat besar menyelimuti tubuh mereka bertiga. Sementara di sekelilingnya memancar cahaya seperti petir. Tanah bergetar dengan sangat hebatnya. Kedua lawan Raheem itu mencoba menghabisi Raheem dengan mengeluarkan serangan balik namun terasa percuma karena energi mereka seperti terserap bola energi itu. Tubuh Illuminato dan Thule mengelupas karena hawa panas dan menyebabkan mereka mengerang kesakitan. Selain itu, tubuh mereka juga mengalami penyusutan hingga menyisakan tulang belulang dan kulit saja. Di luar sana, bola energi yang cukup besar itu terlihat seperti kembang api di tengah malam. Darinya meluncur berulang kali bola api yang lebih kecil yang menghancurkan segala sesuatu yang dihantamnya. Tidak beberapa lama kemudian, bola energi itupun lenyap. Di atas tanah terlihat warna hitam pekat dengan asap membumbung.
Freemansore melihat ke berbagai arah, akan tetapi tidak dijumpai kedua saudaranya. Dirinya sangat panik. “ Kedua adikmu sudah menjadi abu di hadapanku ini. Malaikat Maut telah mencabut nyawa mereka dengan tanpa ampun. Setelah ini giliranmu,” kata Raheem dengan tenangnya.
----*****----
Dengan kedua mata merah menahan amarah, Freemansore mencoba menyerang Raheem. Pertarungan di antara keduanya akhirnya tak terelakkan. Freemansore menyerang bagian samping kanan kepala Raheem dan lawannya tersebut mampu menahannya dengan tangan kanannya. Raheem berhasil menggenggam lengan kiri Freemansore dan memutar – mutarnya di udara sebelum menghempaskannya ke tanah. Seluruh badan Freemansore terbenam ke dalam tanah dalam keadaan telentang. Raheem tidak membuang kesempatan lagi. Ia menghantam wajah lawannya itu dengan bola energi berwarna merah menyala dari tangan kanannya. Suara dentuman yang cukup keras membelah angkasa. Akan tetapi, alangkah terkejutnya Raheem saat mengetahui serangannya hanya mengenai seonggok tanah sementara Freemansore sudah tidak ada di hadapannya lagi.
“Aku ada di belakangmu,” suara itu mengagetkan Raheem dan seketika dirinya membalikkan badan. Freemansore membalas atas apa yang telah diperbuat Raheem padanya dengan menamparnya dan itu membuat tubuh Raheem berputar berulang kali di udara. “ Aduh..sakit sekali,” kata Raheem sambil mengusap – usap pipinya yang memerah. Belum usai rasa sakitnya, Freemansore datang mendekat dan mencekik lehernya hingga tubuhnya terangkat. “ Sekarang kau lihat apa yang ada di tanganku yang satu ini,” Freemansore memperlihatkan sesuatu pada Raheem. Di telapak tangannya terdapat sebuah mata aneh yang berkedip. “Mata Zero ini mempunyai kemampuan menghisap Elemen Kehidupan dan energi setiap makhluk di muka bumi ini dan mereka adalah makanan yang lezat bagiku. Sekarang lihatlah gunung yang ada di sana, engkau akan tahu seperti apa kehebatan mata ini,” ujar Freemansore mengarahkan Mata Zero - nya ke arah sebuah gunung di dekat mereka. Pusaran berwarna hitam muncul darinya yang membesar secara perlahan dan diikuti dengan berpindahnya Elemen Kehidupan dari makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan yang ada di sana ke dalam mata tersebut. Yang terjadi adalah gunung itu menjadi gersang dan berbagai makhluk hidupnya meregang nyawa. “ Kau lihat sendiri bukan, sebentar lagi akan kuhisap juga milikmu dan nasibmu akan seperti gunung itu. Aku sendiri akan menjadi salah satu makhluk terkuat di alam semesta,” ujar Freemansore.
Raheem merasa kesulitan bernafas karena cekikan Freemansore semakin erat. Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, Freemansore segera menghisapnya. Kini, seluruh wajahnya tak terlihat lagi karena tertutupi telapak tangan Freemansore. Perlahan, Elemen Kehidupan dan energi Raheem tertansfer ke dalam mata tersebut. Raheem merasa tubuhnya semakin lemas, bahkan menggerakkan tangan dan kakinya kinipun adalah hal yang sulit. Selain itu, warna kulitnya berubah menjadi pucat pasi. Akhirnya, hal yang tidak diinginkan terjadi : Tubuh Raheem tidak bergerak sama sekali dan kedua bola matanya berubah menjadi putih.
Terdengar seonggok tubuh jatuh di atas tanah. Sementara di dekatnya, Freemansore tersenyum puas. “ Kekuatanku...aku merasakan kekuatanku bertambah dengan cepat. Luar biasa! Kini aku tak terkalahkan!” dirinya membentangkan kedua tangannya ke atas. Asap berwarna hitam pekat mengelilingi tubuhnya. “ Bagus sekali anakku, kau telah berhasil mengalahkannya, kini tak ada lagi yang mengganggu rencanaku,” Dasim merasa lega. “Mendekatlah kemari anakku, bawalah kekuatannya yang luar biasa itu padaku.” Freemansore berjalan perlahan ke arah Dasim tanpa berbicara sepatah katapun. Setelah itu, ia melayang dan kini wajahnya dan wajah Dasim berjarak tak lebih dari lima meter.
“ Letakkan tanganmu di dadaku tepat di mana Azwad berada dan transferlah kekuatan Raheem padaku.”
“Apakah seperti ini, Ayah?”
Kejadian yang tidak terduga terjadi. Freemansore menghancurkan dada Dasim dan mengambil Azwad darinya. “ A – apa yang kau lakukan?” darah mengalir dari mulut Dasim. Peristiwa tak terduga itu juga mengejutkan Thea dan Omar yang juga baru saja siuman. “ Dia membunuh ayahnya sendiri?!” mata Thea terbelalak. “ Aku tidak membutuhkanmu lagi , Ayah. Dengan kekuatan yang dimilikinya serta Batu Azwad ini, aku bisa menguasai dunia seorang diri, “ kata Freemansore. “ Kurang ajar, beraninya dirimu!,” hardik Dasim. “Selamat tinggal Ayah, “ kembali lagi Freemansore mengeluarkan Mata Zero miliknya. Seluruh Elemen Kehidupan Dasim diserapnya hingga habis tak bersisa. Bersamaan dengan itu terdengar teriakan Dasim menahan rasa kesakitan yang luar biasa. Tidak hanya itu,tubuh Dasim juga melepuh dan terbakar.
Di tengah rasa ketidakpercayaan atas apa yang sedang dilihatnya, Thea teringat akan nasib Raheem. “ Apakah Raheem telah...?” firasatnya berkata buruk. Dia melihat ke sekelilingnya, mencoba mencari. Dari kejauhan, ia melihat Raheem tergeletak. “ Oh, tidak...Kakak, kau tetap di sini. Aku akan menolong Raheem,” pinta Thea pada kakaknya. “Baik, tapi berhati – hatilah,” pesan Omar. Betapa terkejutnya Thea melihat kondisi Raheem begitu dirinya sampai di sana. Air matanya jatuh di atas wajah Raheem. Saat Thea menangis inilah, Freemansore menyerap semua hawa jahat dari dosa yang tersegel di dalam Azwad sehingga bersatu dengan energi Raheem dan Dasim yang sudah terlebih dahulu berada di dalam tubuhnya. Omar dan Thea dapat melihat serta merasakan betapa mengerikannya kekuatan itu.“ Oh, ternyata masih ada seorang lagi yang berlagak menjadi pahlawan di sini,” suara Freemansore mengejutkan Thea. Langkah Fremansore terhenti oleh kemunculan seseorang. “ Jika kau berani menyentuh dia, kau akan berhadapan denganku!!” ancam orang itu. “ Kakak!! Menyingkir dari sana!! Kau bisa terbunuh!!” Thea berteriak.
“Aku memang akan segera membunuhnya,” Freemansore seolah mempertegas ucapan Thea. Ucapannya mengejutkan Thea. “ Tida.....k!!” teriaknya. Terdengar ledakan yang sangat keras dan mengakibatkan tubuh Omar hancur. Tangis Thea semakin tidak terbendung. “Kau..kau telah membunuh semua orang yang sangat aku sayang. Perbuatanmu sungguh tidak bisa dimaafkan, “ air matanya mentes dengan deras di pipinya. “ Wah, aku sangat takut mendengarnya. Begini saja, akan kuwujudkan keinginanmu untuk berkumpul kembali bersama mereka saat ini juga,” ejek Freemansore. Baru satu langkah ketika dia menuju ke arah Thea, langkahnya kembali terhenti. Kali ini bukan oleh seseorang, tapi oleh rasa aneh yang dia rasakan di dalam tubuhnya. “ Ada apa ini? Akh...akh,” dia merasa kesulitan bernafas. Ia tidak menyadari jika saat ia menyerap Elemen Kehidupan milik Dasim, Dasim menyertakan racun ke dalamnya. Sepertinya Dasim tidak ingin mati seorang diri.
Racun itu kini menyebar ke seluruh tubuhnya. Thea yang melihatnya merasa terkejut. “ Apa yang terjadi padanya?” pikirannya penuh tanda tanya. Satu persatu cahaya muncul dari tubuhnya, tak terkecuali mata dan mulutnya. Kepalanya mendongak ke atas dan meneriakkan sesuatu. Dari dalam mulutnya keluar berbagai Elemen Kehidupan dari semua manusia dan makhluk lain yang menjadi korban kejahatannya selama ini, tak terkecuali milik Raheem dan Dasim. Saat Elemen Kehidupan milik Dasim keluar inilah, Freemansore menghancurkannya agar tidak kembali ke tubuh Dasim. Karena, jika kembali ke tubuh Dasim, dia bisa bangkit kembali. Namun, lain halnya untuk Elemen Kehidupan milik Raheem. Freemansore gagal menghancurkannya karena Elemen Kehidupan itu terlalu cepat kembali ke tubuh Raheem. Melihat cahaya masuk ke dalam tubuh Raheem, Thea menjadi takut dan bergerak sedikit menjauh. Beberapa saat kemudian, bola mata Raheem kembali menghitam seperti semula serta membuatnya siuman. Thea yang melihatnya segera menghampiri dan memeluknya. Ia sungguh bahagia Raheem bisa kembali tersadar meski peristiwa yang sama tidak terjadi pada kakaknya.
Raheem mencoba berdiri dibantu oleh Thea. “ Akan kubinasakan kalian. Aku sudah mulai muak dengan semua ini,” kata Freemansore yang wajahnya hancur penuh lubang dan di dalamnya muncul api yang berkobar. Seraya melepaskan pegangannya pada pundak Thea dan memintanya untuk menjauh, Raheem mengatakan sesuatu pada Freemansore yang membuatnya terkejut. “ Kini kau tidak punya kemampuan apapun lagi tanpa Elemen Kehidupan dan kau tentu tahu itu,” Raheem merasa di atas angin. Mendengar perkataan Raheem itu, keringat dingin mulai muncul di wajah Freemansore. Raheem mengeluarkan seratus persen energi di dalam tubuhnya. Tanah bergetar demikian kencangnya yang mengakibatkan munculnya cekungan sangat besar di sekeliling dirinya. Awan cumulonimbus di angkasa sana yang awalnya menggumpal tebal terurai menjadi bagian yang lebih kecil dikarenakan hembusan angin yang begitu kencangnya.
Langit senja yang berwarna jingga mendadak berwarna putih karena cahaya yang berkilauan di atas kepala Raheem. Cahaya itu berasal dari benda yang berwujud seperti matahari. Benda ini juga memunculkan lidah api yang menyambar berulang kali. Freemansore bisa merasakan betapa dahsyatnya energi yang dipancarkannya. Dia dapat merasakan tulang rusuknya retak dan sebagian yang lain patah. “Ha....h...!! Terima ini!!” Raheem melemparkan senjata pamungkasnya itu dengan sepenuh tenaga. Ia melemparkannya dengan teknik seperti seorang Pitcher dalam olah raga baseball. Bersamaan dengan suara gemuruh yang sangat keras serta bumi yang bergetar, benda seperti matahari yang di dalamnya terdapat dua buah cincin dan bergerak saling bersilangan itu melaju dengan kecepatan tinggi. Nasib Freemansore tidak bisa terselamatkan karena sudah tidak dapat menghindar lagi. “ Tida...k!!” teriaknya tanpa bisa menahan rasa sakit. Lidah api mulai membakar setiap inchi tubuhnya dan tak ada satupun yang terlewatkan. Ledakan yang luar biasa besar dan terjadi secara berantai menghempaskan tubuh Raheem dan Thea sampai beberapa puluh meter. Dalam posisi tengkurap dan rambut yang berkibar karena hembusan angin kencang , ia memandang ke arah Freemansore. Dirinya ingin memastikan bahwa Freemansore telah tewas oleh serangan terakhirnya itu. Dia tidak bisa melihat musuhnya itu lagi dikarenakan oleh liarnya lidah api yang semakin membesar.
Tidak sampai sepuluh menit, ledakan berakhir. Menyisakan kehancuran yang apabila dilihat dari atas seperti bekas ledakan meteor raksasa jatuh. “Akhirnya berakhir juga. Huh, menyusahkan saja,” katanya dalam posisi tengkurap. Nafasnya satu – dua, menandakan rasa lelah yang teramat setelah seluruh energinya terkuras demi serangan terakhir tersebut. Setelah berhasil berdiri, Thea mencari Raheem. “ Kau baik – baik saja?” tanyanya dengan wajah berdarah. Raheem mengangguk. Saat beranjak dari tempat itulah, Raheem bertanya pada Thea tentang keberadaan kakaknya dan Dasim. Dirinya terkejut ketika Thea mengatakan bahwa Dasim telah dibunuh oleh Freemansore. Namun, tak ada yang lebih mengejutkannya daripada kabar bahwa Omar telah tewas demi melindungi Thea. “ Aku turut bersedih atas tewasnya kakakmu. Aku yakin, kakakmu pasti bangga dengan apa yang telah engkau lakukan hari ini,” Raheem mencoba menghibur Thea. Di bawah matahari sore yang hampir tenggelam, mereka berjalan perlahan meninggalkan tempat itu walau dengan langkah tertatih. Di tangan Raheem, tergenggam beberapa batu Azwad yang dia temukan tertimbun pasir di dekat lokasi kematian Freemansore. “ Tak kusangka, demi menjaga batu ini aku harus melalui jalan yang penuh darah. Tapi, kini aku lega karena semua telah berakhir,” Raheem berbicara dalam hati. Di langit senja yang memerah, dia melihat bayangan wajah neneknya yang tersenyum. Sepertinya dia bangga pada cucunya yang telah berhasil menjaga amanatnya. Mata Raheem berkaca – kaca dan membalas senyuman neneknya tersebut.
----THE END----
“Sepertinya aku tak punya pilihan lain selain menggunakan Azwad untuk membinasakan sampah – sampah seperti kalian,” kotak emas berisi Azwad kini terbuka di depan mata Dasim. “Aku akan membebaskan semua dosa manusia yang di dalam batu ini dan aku akan menjadi kuat karenanya sekaligus tak terkalahkan.”
“Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan dan panjang,” kata Omar. “Sepertinya begitu,” Thea menimpali. Dengan hanya menggerakkan kedua tangannya, Dasim membuat batu – batu Azwad melayang dan memancarkan kilatan – kilatan cahaya berwarna hitam kebiruan. Tanah bergetar dengan kencang seperti sedang terjadi gempa yang diikuti dengan retakan di sana – sini. Sementara sebagian tanah yang lain terkelupas. Tak berhenti sampai di situ. Langitpun mendadak gelap dan petir menyambar.
Sesuatu yang sangat mengagetkan Raheem dan teman – temannya adalah ketika Dasim membuka jubahnya. Tubuhnya tak sepenuhnya tubuh seorang manusia. Tubuhnya lebih mirip mesin yang tercangkok di antara gumpalan daging. Sebuah jantung yang terbungkus membran transparan terdapat di bagian kiri dadanya. Bergeser ke bagian tengah dada, terdapat rongga berbentuk bulat dengan puluhan kabel yang terhubung ke tiap bagian tubuhnya.
Azwad bergerak perlahan dan masuk ke rongga ini dan tersegel. Energi yang berasal dari kumpulan dosa miliaran manusia mengalir di dalam kabel – kabel dan menstimulus perubahan genetis pada DNA di dalam sel – sel tubuh. Jaringan baru mulai bermunculan dari tubuh Dasim. Diawali munculnya dua pasang tangan baru di punggung dan di pinggang, ekor bercabang tiga yang memancarkan api, dan puncaknya adalah kepala Dasim terbelah dan dari dalamnya muncul kepala baru dengan volume otak yang lebih besar dan memanjang ke belakang. Otak ini dilindungi oleh semacam cairan bening dan kental seperti janin di dalam rahim yang dilindungi oleh air ketuban. Sementara itu, dia tidak memiliki mata namun memiliki mulut yang lebarnya mendekati lubang telinga dengan gigi yang besar dan tajam. Air liur sesekali menetes dari sana. Angggota tubuh tangan dan kaki yang semula memiliki lima jari, kini berubah hanya memiliki tiga jari.
“Ukh,..monster yang sangat jelek,” Raheem merasa jijik. “ Lebih jelek dari Ghorqod aku kira,” Thea menimpali.
“Oh, aku merasa sangat berbeda sekarang. Jauh lebih kuat dari sebelumnya ha..ha..ha!” Dasim melihat ke sekujur tubuhnya. “Hm, aku ingin mencoba seberapa dahsyat kekuatanku.”
Kepalanya bergerak melihat ke sekeliling. Pandangannya terhenti ke sebuah bukit besar di belakang Raheem. Dengan hanya menggerakkan tangan secara vertikal, Dasim mampu membelahnya menjadi dua. Betapa terkejutnya Raheem mendengar suara gemuruh dari bukit di belakangnya. Kini, Raheem hanya mampu melihat ruang kosong tanda tidak ada satupun yang tersisa. “Mengerikan,” kata Omar singkat.
“Hari ini aku menantangmu!” Dasim mengarahkan jari telunjuknya ke arah muka Omar. “Dan biarkan Ifridz dan Kichiro yang meladeni kedua anak itu.Kalian berdua, bawa anak – anak itu pergi dari sini dan habisi mereka dengan tanpa ampun.”
Kaki tangan Dasim yang sebenarnya kakak adik itu menghilang layaknya angin dan muncul tiba – tiba di depan Raheem dan Thea. Belum selesai keterkejutan mereka, Ifridz dan Kichiro sudah membawa mereka pergi entah ke mana dan meninggalkan Omar sendirian.” Sekarang, hanya tinggal kau dan aku. Akan segera kukirim dirimu ke akhirat untuk yang kedua kalinya dan aku pastikan kali ini aku tak akan gagal,” sepertinya Dasim masih memendam kekesalannya setelah Omar berhasil menipunya dengan berpura – pura mati.
----*****----
Sementara itu, di sebuah padang pasir yang tidak begitu jauh dari lokasi pertarungan antara Omar dan Dasim, Raheem dan Thea bersiap menghadapi Ifridz dan Kichiro. “Setelah ini , kami akan memperlihatkan sesuatu yang menarik pada kalian,” kata Kichiro. Sebuah botol berukuran mini berisi cairan berwarna biru kini berada di tiap genggaman Ifridz dan Kichiro. Kakak beradik itu lantas meminumnya dan sesuatu terjadi. Tubuh mereka mendadak perlahan – lahan mencair dan bersatu. Cahaya yang terang benderang muncul dari percampuran ini dan membuat silau setiap mata yang melihatnya. Dari dalamnya perlahan muncul sesosok pribadi yang berbeda.
Raheem dan Thea dapat merasakan hawa kekuatan yang sangat dahsyat. Mereka terpaksa melindungi wajah mereka dengan tangan akibat terpaan angin kencang yang bercampur dengan hawa panas. “Perkenalkan, namaku adalah Lock Man. Gabungan dari nama asli kami berdua, Wenlock dan Mandevill. Nama asli kami sendiri jika di tafsirkan menjadi ‘we – unlock – man – devil’ yang bila diartikan kurang lebih ‘kami membebaskan manusia iblis’ dan perwujudannya bisa kalian lihat sekarang.”
Wujud Lock Man adalah iblis bermata satu dengan mata yang lebar hingga memenuhi hampir seluruh wajahnya. Di dahinya terdapat gambar segitiga piramida berwarna kuning keemasan. Turun ke bagian badan, separuh badannya berwarna hitam dan sebagian yang lain berwarna merah. Di bagian dada, terdapat percikan api kecil berwarna biru. Ciri khasnya saat bertempur melawan musuh adalah selalu membawa tongkat emas yang ujungnya bergambar bintang hexagon dan di tengahnya terdapat sebuah lingkaran.
“Baiklah, sebaiknya pertarungan ini dimulai saja,” Lock Man melepaskan genggaman dari tongkat emasnya. Kemudian, tongkat ini bergerak sendiri dan berhenti persis sejajar dengan tubuhnya. Suara mendesis terdengar dari mulutnya saat ia mengucapkan mantra. Sepertinya ada sesuatu yang ingin dilakukannya dengan tongkat emas tersebut.
“Apa yang akan dia lakukan?” Raheem bertanya pada Thea. “Aku sendiri tidak tahu. Aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya,” Thea menjawab. “Bersiaplah untuk menghadapi iblis – iblis peliharaanku dari Dunia Kegelapan,” Lock Man tersenyum menyeringai. Sebuah lubang hitam muncul dari lingkaran tongkat emasnya. Semakin lama lubang hitam ini semakin membesar dan dari dalamn berterbangan banyak iblis dengan wajah yang menyeramkan. Mereka terbang dengan kecepatan yang sangat tinggi ke arah Raheem dan Thea.
Dua iblis berhasil menangkap Thea dan membawanya terbang tinggi. “Ah, Raheem tolong!!,” Thea menjerit di atas sana. Semuanya serasa terbalik sekarang. Thea yang seharusnya menjadi penjaga dan pelindung Raheem malah tak berdaya.”Thea!!,”Raheem menyesal karena kalah cepat dengan mereka.
Nasib Raheem tidak berbeda jauh. Bahkan, lebih parah. Segerombolan iblis menerjang tubuh Raheem dan menyebabkannya tergolek tak berdaya di antara reruntuhan tebing. Thea sendiri di atas ketinggian sempat melihat kejadian ini. Namun ,hal yang tak terduga tiba – tiba terjadi. Dua bongkah batu besar menghantam tubuh para iblis yang membawa Thea dan mengakibatkan mereka bertiga terjatuh. Beruntung bagi Thea. Ada sesuatu yang menangkap tubuhnya dan menyelamatkannya yang ternyata adalah sang gorila. Untuk beberapa lama gorila berlari dan melompat di antara tebing sebelum mendaratkannya.
Setelah berhasil mendarat, Thea segera turun dari genggaman sang gorila dan berlari menuju tempat Raheem tertimbun reruntuhan. Ketika berlari inilah, Thea merasakan sesuatu yang aneh dari balik reruntuhan dan berhenti seketika. Ia tidak berani lagi melanjutkan niatnya. Benar saja, reruntuhan ini bergerak berulang kali namun dengan gerakan yang tidak biasa karena diiringi munculnya cahaya dengan sensasi yang aneh. Cahaya ini terasa tidak menyilaukan mata akan tetapi di sisi lain terasa menyejukkan dan menentramkan batin.
” Inikah yang disebut dengan aura itu? ,” Thea membatin.
Cahaya ini semakin lama semakin terang dengan warna yang beraneka ragam. Thea merasakan hawa yang berbeda bila dibandingkan hawa milik Lock Man karena dia merasakan kekuatan yang jauh lebih kuat dan positif. Dari balik cahaya muncul Raheem yang penampilannya sungguh berbeda dari sebelumnya.
Matanya merah menyala dan rambutnya terlihat kaku – tajam. Cahaya matahari membuatnya berkilau seperti cahaya yang memantul pada sebongkah logam. Pada dahinya terikat sehelai kain dan bajunya berkerah tinggi yang membuat bibir hitamnya tak terlihat. Raheem melihat ke sekujur tubuhnya. “Sebaiknya kamu pergi sejauh mungkin dan berlindung ke tempat yang aman,” kalimat itu dia ucapkan seraya berlalu tanpa memandang sedikitpun ke arah Thea.
“Kamu tidak bisa melakukan itu padaku,” Thea protes. Protes itu dijawabnya hanya dengan mengarahkan dua jari – telunjuk dan tengah – ke dahi Thea dari jarak dua meter. Thea ambruk dan pingsan. “ Bawalah dia pergi dari sini. Aku tidak ingin melihatnya terluka,” gorila mendengarkan kalimat yang dia tahu kalimat itu ditujukan kepadanya. Seakan mengerti maksud Raheem, gorila segera membopong Thea dan pergi dari situ.”Sekarang kita segera selesaikan urusan kita karena terus terang aku tidak suka tempat ini,” Raheem berkata. “Tenang saja, akan segera aku kirim dirimu ke tempat yang jauh lebih menyenangkan yaitu neraka,” Lock Man tertawa terkekeh – kekeh.
----*****----
Suara letusan senjata memecah kesunyian. Selongsong peluru penyok terjatuh di antara kaki Dasim. “Sepertinya itu ide yang buruk,” Omar menyinggung perbuatan yang baru saja dilakukannya. Dasim membalas dengan mengeluarkan banyak bola api dari dalam mulut. Ledakan demi ledakan terjadi dan membuat semua seperti neraka karena penuh dengan kobaran api.
Dari dalam kobaran api muncul Omar. Omar melompat dan menghantamkan pedangnya ke arah kepala Dasim. Kepala Dasim sungguh keras hingga tak mampu melukainya sedikitpun. “Makhluk apa dia ini?” kata Omar dalam hati.
“Akhh..,” Omar mengerang kesakitan saat sebuah pukulan mengenai perutnya dengan telak. Tubuhnya terlempar dan terhempas keras ke tanah. Omar berusaha bangkit dan membalas serangan Dasim. Omar memejamkan matanya dan menyilangkan kedua tangan di atas dada. Perlahan tubuhnya melayang di udara. Di suatu titik tertentu, tubuh Omar terhenti. Perlahan sebuah bola energi kecil berwarna kuning keemasan muncul dari atas kepala. Semakin lama, bola energi ini semakin membesar dan mampu menghisap segala benda yang ada di sekitarnya.
“Terimalah ini,” kata Omar singkat. Dihantamkannya sekuat tenaga bola energi yang berhasil dikumpulkannya dengan kecepatan tinggi. “Tepat sasaran!,” saat ia melihat bola ini mengenai Dasim. Manusia yang sudah berubah menjadi monster itu terseret sangat jauh. Kekuatan dahsyat dari bola energi ini mampu menghancurkan benda – benda yang dilewatinya dan diakhiri ledakan dahsyat. Dari kejauhan ledakan ini terlihat seperti jamur raksasa.
“Sudah berakhir sekarang,” Omar merasa lega kemudian turun setelah beberapa saat melayang. Tempat itu kini hancur tak terbentuk. “Sekarang aku harus pergi dari sini untuk menyelamatkan Thea.” Baru melangkahkan kaki beberapa langkah, Omar sudah harus terhenti. Ada sesuatu yang aneh dia rasakan. Di atas tanah, Omar melihat bayangan sesuatu. Semakin lama, bayangan ini semakin besar.
Omar memalingkan dirinya. Ternyata Dasim belum tewas. Bahkan, kini muncul kembali dengan bentuk yang lebih aneh. Tubuhnya dua kali berukuran lebih besar dan di sebelah kiri dan kanannya, beberapa pasang tangannya mengalami perubahan. Sebagian masih berbentuk tangan asli dan sebagian lagi bermetamorfosis menjadi seperti mata bor tajam yang berputar. “Ternyata aku harus lebih bekerja keras hari ini,” Omar kesal. “Aku takkan semudah itu dikalahkan karena aku abadi. Aku juga pastikan dirimu tidak akan bisa melihat lagi matahari esok hari,” Dasim mencoba meyakinkan musuhnya. “Mungkin adikmu bersama temannya kini sedang meregang nyawa di tangan Ifridz dan Kichiro. Jangan khawatir, kau juga akan segera menyusul mereka.” Sontak, Omar merasa cemas dan berharap adiknya baik – baik saja.
Matahari bersinar begitu teriknya. Hanya sedikit awan terlihat. Itupun hanya awan – awan tipis. Mereka menjadi saksi pertempuran lain antara Raheem dan Lock Man. Salah satu prajurit Lock Man, Iblis Mata Tiga, mencoba menyerang Raheem tapi gagal. Sebelum berhasil melukainya, Raheem mencekik Iblis Mata Tiga hingga sang iblis mengerang kesakitan dan mengeluarkan suara seperti orang kesulitan bernafas. Seiring semakin kencang Raheem mencekiknya, iblis ini berteriak dan lenyap. “Masih ada yang lain lagi?” nada Raheem seolah menantang.
Merasa dilecehkan, Lock Man mengeluarkan jurus yang lain. Kali ini, para prajurit iblisnya bergerombol untuk membentuk pusaran angin tornado. Bagian ujung tornado mendadak berubah arah. Ia seperti mengincar sesuatu yang tak lain adalah Raheem. Kini, Raheem berada di tengah pusaran tornado iblis dan terjebak di dalamnya. “Kembalilah kalian ke Dunia Kegelapan sekarang karena tugas kalian telah selesai,” perintah Lock Man. “Baik Tuan,” suara ini terdengar seperti gaung sehingga kurang jelas terdengar. Pusaran angin jahanam sedikit demi sedikit masuk ke dalam lubang hitam yang telah diciptakan Lock Man dari tongkat hexagon miliknya dan setelah semua iblis masuk ke dalamnya, lubang hitam menutup.
Tamat sudah. Ternyata, kekuatanmu hanya sampai di situ,” Lock Man menunjukkan keangkuhannya sebelum dia menyadari ada sesuatu yang tidak beres.
Beberapa menit setelah Raheem tersedot,Tongkat Hexagon bergetar hebat. Setelah itu , terjadi retakan kecil di bagian tengahnya. Retakan ini semakin lama semakin memanjang. Ledakan dan percikan api mengiringi Raheem yang berhasil keluar. “ Bagaimana mungkin kau bisa keluar dari Dunia Kegelapan? Hargh,” Lock Man heran. “Dunia aneh yang tak menarik sekaligus membosankan, jadi kuputuskan keluar saja dari sana. Tapi aku sempat melakukan pemanasan sebentar dengan para iblis sebelum melawanmu,” Raheem berkata tanpa beban.
Kegeraman Lock Man semakin menjadi. “Kenapa kau tidak membusuk saja di dasar neraka!!,” ujarnya seraya menghantamkan tongkatnya. Dengan tenang, Raheem menahannya hanya dengan kedua jari tangan kanan. “Sekarang giliranku,” Raheem membalas. Keringat dingin keluar di sekitar wajah Lock Man ketika dia melihat bola energi terpancar tepat di depan wajahnya. Wajahnya terpaku dan badannya tak mampu ia gerakkan seperti terhipnotis. Dentuman keras membahana di padang pasir yang tandus dan membuat Thea siuman. Bersama sang gorila, Thea keluar dari dalam gua. “Raheem...,” ucapnya lirih.
Aksi balas membalas terjadi. Memanfaatkan kelengahan Raheem yang menatap matanya, Lock Man mengeluarkan sihir. Akibatnyapun fatal. Raheem tidak mampu bergerak. Perlahan – lahan tubuhnya membatu yang dimulai dari kaki kemudian naik sampai kepala. “Sekarang dirimu akan benar – benar berakhir,” Lock Man bersiap mengeluarkan senjata andalan. Sepasang pisau berbentuk kepingan bergerigi berukuran besar dilepaskan dan siap memotong tubuh Raheem. Pisau – pisau ini berputar secara vertikal dan beriringan di atas pasir.
Di saat mata pisau bergerigi siap menghabisi Raheem, terjadi suatu kejadian tidak terduga. Lock Man mengerang kesakitan. Mata saktinya ditusuk oleh Thea menggunakan tulang rusuk sisa fosil harimau yang ditemukannya di dalam gua. Seketika itu juga, pengaruh sihir menghilang dari tubuh Raheem. Raheem segera menyadari ada sepasang pisau bergerigi raksasa berputar yang mengarah padanya dan mencoba menahannya dengan membuat perisai pelindung. Pisau – pisau itu terus berputar sehingga menimbulkan percikan api ketika bergesekan dengan perisai pelindung. Lambat laun, kecepatannya berkurang dan berhenti. Begitu berhasil menahan dan menghentikannya, Raheem mengembalikan pisau mematikan itu pada Lock Man. Thea yang mengetahui hal tersebut, seketika menghindar dan sebaliknya Lock Man tidak menyadari dikarenakan matanya terluka dan tak mampu melihat. Ia memang sempat mendengar datangnya suara desingan senjata pamungkasnya itu namun semua sudah terlambat. Posisi sudah terlalu dekat dan terbelahlah tubuhnya menjadi beberapa bagian yang mengakibatkan dirinya tewas seketika.
“Syukurlah dirimu selamat, Raheem,” Thea memeluk Raheem. Nafasnya tersengal – sengal. “Terima kasih sudah menyelamatkanku untuk yang kesekian kalinya,” Raheem membalas pelukan Thea. “Sekarang marilah kita pergi dari sini dan membantu kakakmu.” Thea mengangguk. Sementara itu, jasad Lock Man yang tergeletak tak bertuan menjadi banyak butiran pasir dan hilang tersapu angin.
( TO BE CONTINUED )THE PROTECTOR (EPISODE 5: EKSEKUSI DAN LELAKI DARI BALIK ASAP)
Thea merasakan rasa sakit yang luar biasa. Seperti ada benda tumpul menghantam bagian belakang kepalanya. Tidak lama kemudian, pandangannya terasa berkunang – kunang dan tiba – tiba semua terasa gelap. “Cepat, bawa gadis ini dan masukkan dia ke ruangan yang sama dengan pemuda itu,” kata Ifridz. Seorang penjaga berbadan besar lantas menggendong Thea yang diikuti seorang penjaga lainnya yang menyita tas kecil dan pedang miliknya. Sementara itu, Ifridz berada di belakang. Diam dan memandang dengan tatapan dingin kedua anak buahnya yang berjalan semakin menjauh.
Guyuran air es yang dingin membasahi tubuh Thea. Thea yang semula pingsan akhirnya kembali tersadar. “Hello nona manis, pintar juga dirimu bisa mengetahui tempat ini. Aku kira kau sudah mati di jurang itu,” senyum yang busuk dari sang Komandan mengembang. “ Lihat siapa yang ada di depanmu?” Dasim menunjuk ke arah seorang pemuda. “Thea, aku tahu dirimu pasti selamat dan kini keyakinanku tidak salah,” Raheem merasa lega. Perasaan yang sama juga dirasakan Thea mengetahui temannya selamat.
“Wah, reuni yang menyenangkan sekali. Tetapi, sayang sekali aku harus memberitahu kalian sesuatu. Sore ini aku akan mengadakan pertunjukan yang sangat menarik. Kalian mau tahu apa itu? Kalian akan digantung dengan disaksikan oleh para warga dan tentu saja itu akan menjadi hiburan yang sangat menarik bagi mereka,” Komandan tertawa terkekeh – kekeh.
“Ah, beritahu teman wanitamu ini tentang apa yang terjadi dengan kakaknya karena sepertinya aku tak tega mengatakannya,” katanya lagi. Thea terkejut ketika kakaknya disebut – sebut oleh Dasim. “Omar...Omar..telah tewas dibunuh oleh si brengsek ini,” mulut Raheem terasa berat ketika mengucapkan hal ini. “Apa?! Tidak mungkin!! Dasar brengsek kau Dasim! Tuhan tidak akan pernah diam melihat kejahatanmu ini! Dia akan menghukummu!,” ingin rasanya Thea memukulnya akan tetapi tubuhnya terikat sangat erat di kursi.
“Baiklah, nikmati sisa – sisa waktu kalian sebelum ajal menjemput. Kalian berdua masih memiliki waktu tersisa beberapa jam lagi. Lebih baik mulai dari sekarang kalian memikirkan kata – kata terakhir yang pas menjelang eksekusi nanti,” Dasim berpesan sambil berlalu dari ruangan. Suara tawanya memenuhi sepanjang lorong yang dilewatinya setelah keluar dari ruangan tempat Raheem dan Thea disekap.
Sementara itu, di bagian ruangan lain, salah seorang penjaga yang turut membawa Thea membongkar tas pemberian Omar. Penjaga itu merasa heran dengan barang – barang yang ada di dalamnya.”Kertas apa ini? Kertas lusuh dan robek begini mengapa masih saja dibawa?” Katanya. Di samping kertas Lamus, di dalamnya juga terdapat handy talky, “kelereng – kelereng” berwarna hitam dan sebotol air putih. “Kelereng – kelereng” ini sangat lunak dan baunya harum seperti permen karet.
Seperti anak kecil, penjaga tersebut melipat – lipat kertas Lamus sehingga berbentuk pesawat. “ Hah, jadi teringat masa – masa kecil dulu,” pesawat yang ada di tangannya digerak – gerakkan. Sebelum menerbangkannya keluar, penjaga yang bernama Durm tersebut sempat masuk ke ruangan tempat Raheem dan Thea disekap untuk mengambil sesuatu lantas berlalu keluar. Dengan tidak memperdulikan teman – temannya yang terus mentertawai karena bertingkah seperti anak kecil, Durm menerbangkannya dengan mendorong sekuat tenaga di pekarangan rumah.
Semakin lama pesawat kertas ini semakin terbang tinggi dan menghilang.” Cepat sekali terbangnya,” dia terheran – heran. “Hei! Apa yang sedang kau lakukan? Cepat pasang tiang gantungan di lapangan! Setelah itu beri pengumuman kepada semua warga!” Bentak Kichiro yang muncul dari dalam rumah. Kichiro ini adalah salah satu orang yang menyertai Dasim dalam usaha penyergapan Raheem di dalam kereta api. Kekuatannya selevel dengan Ifridz akan tetapi dalam menghabisi musuhnya sangat halus berlawanan dengan Ifridz yang benar – benar sadis.“Ba-baik, tapi tunggu sebentar. Aku akan mengambil topiku dahulu,” ia bergegas masuk ke dalam mengambil topi dengan raut wajah penuh ketakutan.
Para penjaga tidak menyadari jika terjadi suatu keanehan dengan pesawat kertas yang dibuat oleh Durm karena pesawat kertas itu terbang dengan cara yang tak biasa. Setelah terbang selama kurang lebih setengah jam, pesawat kertas mendarat tepat di hadapan gorila raksasa yang pernah menolong Thea yang ternyata belum kembali ke hutan tempat asalnya. Hal ajaib yang terjadi berikutnya adalah lipatan – lipatan dari pesawat kertas terbuka dan kembali ke posisi semula. Gorila tersebut sempat mundur beberapa langkah karena merasa ketakutan namun akhirnya memberanikan diri untuk mencoba mendekati kertas Lamus.
Kertas Lamus memunculkan gambar penangkapan Thea mulai dari awal dia dibuat pingsan hingga disekap bersama Raheem. Mengetahui Thea tertangkap, gorila merasa sangat marah dan memukul dadanya yang berbulu berkali – kali. Suara teriakannya yang keras mampu membuat beberapa warga yang tinggal di sekitar lereng gunung ketakutan.
----*****----
Sore itu, lapangan sudah penuh sesak dengan lautan manusia. Mereka terus meneriakkan kata – kata yang menuntut Raheem dan Thea agar digantung. “Tenang, tenang semuanya! Tuan Dasim akan berbicara jadi dengarkanlah baik – baik,” Kalara meminta kepada seluruh warga. “Terima kasih semuanya atas kesedian kalian datang ke sini. Hari ini kita akan mengeksekusi dua orang yang telah lancang dan berani melawanku. Kalian akan menjadi saksi kedua orang ini meregang nyawa di tiang gantungan,” kata – katanya diikuti sorak sorai para warga.
Tak hanya mengumumkan eksekusi mati, Dasim juga memamerkan Azwad kepada seluruh warga. “Lihatlah! Kalian tahu apa ini? Ini adalah Azwad yang telah lama hilang dan kini telah kembali kepada kita. Tak lama lagi, dunia akan dipenuhi dengan hawa kejahatan yang akan aku bebaskan dari batu ini dan pada akhirnya, hanya akan ada satu bangsa yang terkuat di dunia yaitu Bangsa Ibran!” lagi – lagi warga bersorak.
“ Sebentar lagi kalian akan mati maka nikmatilah,” Durm yang berdiri tak jauh dari Thea meledeknya. “Dan untuk yang terakhir kalinya aku ingin minta maaf karena aku telah mengambil makanan dan minuman dari tasmu. Kamu tahu, permen ini rasanya cukup enak walaupun agak aneh di mulut,” Durm berlalu sambil terus mengunyah benda tersebut dan sesekali minum air putih dari botol yang didapatkannya dari dalam tas. Dari kejauhan, terlihat seseorang yang misterius membawa senapan dan mengarahkannya ke tiang gantungan.
“Bagaimana, apakah kalian sudah mendapatkan kata – kata terakhir untuk disampaikan?” Dasim bertanya. “Ya, aku punya kata – kata terakhir,” jawab Thea. “Oh, bagus kalau begitu. Sekarang katakan padaku apa kata – kata terakhirmu?” tanyanya sekali lagi. “ Sebaiknya dirimu segera berlindung jika tidak...,” belum selesai Thea mengatakannya terdengar suara letusan senapan beberapa kali yang memutuskan tali gantungan. “Lompat sekarang!” Raheem dan Thea berhasil melompat. “Apa - apaan?!” Dasim dan semua orang yang ada di sana terkejut. Belum selesai keterkejutan mereka, mereka sudah dikejutkan lagi dengan ledakan yang menggelegar dari atas panggung yang membuat tubuh mereka terpental beberapa meter. Orang – orangpun berhamburan karena takut.
“Dari mana asal ledakan itu?” tanya Raheem pada Thea . Rambut mereka penuh debu dan tubuh mereka tertindih serpihan – serpihan papan kayu. “ Benda yang dikira permen oleh anak buah Dasim sebenarnya adalah biji tanaman Encracth yang akan tumbuh dengan cara melipatgandakan sel – selnya dalam tempo yang singkat apabila bersenyawa dengan mata air Sumber Kehidupan yang ada di dalam botol akibatnya tubuhnya tak sanggup menahan pertumbuhan yang signifikan seperti itu dan menjadi hancur,” Thea menjelaskan. Kemudian, Thea dan Raheem berjalan di antara reruntuhan dengan keadaan tangan masih terikat. Beberapa mayat bergelimpangan di sekitar panggung dengan kondisi cukup mengenaskan. Di antara mayat – mayat itu terdapat Kalara dengan luka yang parah. Sebagian wajahnya hancur dan perutnya tertusuk patahan kayu yang cukup panjang. Namun, Thea tidak menjumpai mayat Dasim, Ifridz dan Kichiro.
Di saat melintasi mayat – mayat itulah, ia menemukan sebuah pisau kecil yang tergeletak di samping sebuah mayat. Dengan pisau ini, tali yang mengikat mereka bisa terlepas.
“Siapa yang menyelamatkan kita tadi?”
“Aku sendiri tidak tahu. Aku juga penasaran.”
Terdengar suara derap langkah kaki dan ini membuat keduanya memasang sikap waspada. Sosok ini memanggul senjata laras panjang jenis M1 Garand. Di balik kepulan asap dan debu, muncul sebuah wajah yang dikenal Thea. Sebuah cerutu terlihat terselip di antara rahang – rahangnya yang kokoh.
“Tuan Bernard?”
“Kamu mengenalnya?”
“Ya..ya tentu. Dia adalah pemilik kedai di daerah ini dan aku sempat minum di tempatnya.”
“Apakah kalian tidak apa – apa? Adakah yang terluka?”tanya Bernard. “Oh, tidak. Hanya sedikit lecet,” jawab Thea.”Oh, hampir lupa. Kenalkan, ini Raheem.” Tuan Bernard tersenyum.” Aku sudah pernah bertemu dengannya saat kalian masih di hutan dulu . Aksimu saat di hutan lumayan juga,” ia menghisap cerutunya dalam – dalam.
“Bagaimana Anda bisa tahu semua itu? Jangan – jangan Anda adalah...,”sebelum kata – kata Thea selesai diucapkan, Laki – laki yang ada di depannya membuka wajah palsunya. Betapa terkejutnya Raheem dan Thea. “Kakak?! Bagaimana bisa dirimu ...,” Kata – kata Thea terpotong oleh suara di belakangnya. “... masih hidup?” Suara Dasim menahan geram. Di sebelah kiri dan kanannya terdapat Ifridz dan Kichiro. Tubuh mereka hanya mengalami sedikit luka. Raheem dan Thea menoleh ke belakang .” Oh, kenapa mereka tidak mati – mati juga?” Raheem menggerutu.
Omar menanggapi pertanyaan dengan santai. “Dasim, Dasim. Hanya orang bodoh yang akan tewas oleh senjatanya sendiri. Saat kau menusukku dengan pedangku sendiri, aku sudah melindungi diriku dengan membuat lapisan lemak artifisial yang cukup tebal sebelumnya. Mengenai cairan merah yang engkau anggap darah, itu adalah cairan asam yang selalu aku persiapkan di balik jubah untuk mengelabui musuh.Aku juga bisa mengetahui lokasi tempat ini dengan menggunakan GPS yang aku tancapkan di jubahmu dengan cara meludahimu saat itu.”
Mendengar keterangan Omar, Dasim semakin geram. Dia meraba ke sekujur jubahnya dan didapatinya GPS berukuran kecil yang menempel di sekitar pusar. “Brengsek!!” ia menghancurkan GPS dengan cara meremasnya.” Kali ini aku pastikan kalian akan tamat!!” Pertarungan akhir yang menentukan nasib dunia akan segera terjadi.
( TO BE CONTINUED)Assalamu'alaikum.Hai guys,..!! kali ini gue mau nge-post sesuatu yang lain daripada biasanya. Kalo biasanya gue ngepost cerita - cerita fantasi, kali ini gue mau ngepost info penting. Penting bagi loe yang pengen jadi penulis dan nerbitin buku. Bagi loe yang sudah selesai nulis naskah,tapi bingung cari penerbit yang cocok buat naskah loe,gak usah bingung lah karena gue dengan sukarela akan membagi info tentang alamat dan website penerbit - penerbit buku di Indonesia. Bagi yang pengen liat- liat dulu preview nama - nama penerbit, bisa klik menu bar "WEB PENERBIT" dan bagi yang pengen langsung download alamat dan website penerbit langsung klik menu bar "DOWNLOAD" (file download nomor 2) dan ikuti petunjuk downloadnya.Oke, sekian dulu info dari gue,happy download dan semoga sukses cita- cita loe pade jadi penulis beken. Kalo dah jadi penulis beken,jgn lupa ama gue ya?? N jangan lupa follow/like blog gue,oke??!!Wassalam :D
THE PROTECTOR (EPISODE 4 : SEORANG PEREMPUAN DI SARANG “MACAN”)
Thea terus memacu mobilnya dengan kencang di antara padatnya jalanan. Ada banyak kendaraan lalu lalang di sana dan ia harus memperhatikan satu per satu mobil dengan ciri – ciri seperti yang petugas keamanan hotel katakan. Sampai ia menemukan sebuah mobil dengan ciri – ciri yang sama. Mobil itu melaju dengan kencang dan membahayakan pengendara yang lain. “ Itu dia mobilnya!” kali ini dia mencoba mendekati mobil itu. Namun, Kalara yang menyetir mobil SUV itu mengetahui kalau mereka sedang diikuti.”Komandan, sepertinya ada yang mengikuti kita,” matanya menatap ke arah spion. “ Itu pasti dia. Kalara, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan bukan?”sang Komandan berkata singkat. Kalara tahu apa yang dimaksudkan. Sebelum Thea sempat menghadang mereka, Kalara sudah terlebih dahulu menghantam bodi sebelah kiri mobil yang ditumpanginya hingga mobil itu menabrak panggar pembatas jalan dan menimbulkan suara gesekan yang diikuti percikan api. Namun, untungnya Thea berhasil menguasai mobilnya hingga berhasil dari maut.
Kali ini ia mencoba mengejar kembali. Dari kejauhan, Thea melihat pintu belakang mobil SUV terbuka. Ifridz, salah satu anak buah Dasim mencoba menghabisinya dengan melempar mobil – mobil yang ada di jalanan ke arahnya hanya dengan menggerakkan tangannya dari kejauhan. Pemandangan mobil – mobil beterbangan dan terguling - guling tersaji malam itu. Dengan sigap, Thea menghindari mobil – mobil nahas itu dengan gerakan zig – zag sehingga terjadi ledakan yang cukup keras di jalan.
“ Keras kepala juga. Aku pastikan setelah ini kau akan berhenti mengejar kami selama – lamanya,” Ifridz merasa kesal. Beberapa detik setelah Ifridz mengucapkan itu, aspal yang melapisi jalan retak di sana – sini dan runtuh seperti sedang terjadi gempa bumi . Thea tidak mempunyai pilihan lain selain keluar dari jalur dengan menerobos pagar pembatas jalan. Di kegelapan malam, sebuah mobil terjun bebas ke jurang yang cukup dalam nan gelap dan terbakar sebelum akhirnya meledak. “ Tugas akhirnya selesai. Sudah tidak ada lagi yang menghalangi kita,” kata – kata yang terdengar sangat menyakitkan di telinga Raheem. Sementara itu, seseorang sedang tergeletak di dasar jurang . Tidak seberapa jauh dari posisinya tergeletak, teronggok mobil yang terbakar hebat. Sesekali terdengar suara ledakan lanjutan.
“Akhh...,” Thea merintih dan susah payah mencoba bangun . Dengan menyandarkan tangannya pada sebatang pohon, Thea melihat ke arah mobilnya yang kini tinggal kerangkanya saja. Dia juga melihat keadaan di atas sana yang sudah kacau. Kobaran api dan sisa longsor bercampur jadi satu.
“ Sekarang aku harus bagaimana?” rasa putus asa menyembul di antara tarikan nafas yang berat. Kemudian, teringat dalam pikirannya tentang Omar. “ Kakak..., ya benar Kakak. Aku harus segera menghubunginya.” Thea meraih handy talky yang ada di dalam tas dan menghubungi sang kakak namun tak ada jawaban sama sekali. Di tengah rasa kebingungan dan putus asa, ia mendengar sesuatu. Dari balik semak – semak muncullah seekor gorila berwarna hitam dengan ukuran yang cukup besar. Matanya yang hitam memandangi Thea dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Hai te..teman. Maafkan aku karena sudah mengganggu tidurmu,” katanya dengan tersenyum kecut seraya melangkah mundur hingga ia tersadar ada sebuah pohon yang menghentikan langkahnya.
Di bawah sinar bulan purnama yang terang, Thea berhasil keluar dari dasar jurang dengan menunggangi gorila raksasa yang ditemuinya di hutan. Ia melihat ke sekeliling dan pemandangan yang mengerikan terpampang di hadapannya. Di seberang reruntuhan jalan yang telah dilewati mobilnya tadi, puluhan mobil yang terbakar dan mayat – mayat yang bergelimpangan di jalan menjadi pemandangan yang akan sulit dilupakan seumur hidupnya.
Sejenak Thea bingung tentang apa yang harus dilakukan kini karena telah kehilangan jejak hingga dirinya teringat sebuah kertas yang sudah lusuh dan agak robek yang ada di dalam tas pemberian kakaknya. Kertas ini adalah kertas ajaib bernama Lamus. “ Lamus, berikan aku denah wilayah Kota Napelez,” kertas yang awalnya polos kini perlahan – lahan mulai muncul denah Kota Napelez. Denah itu ia amati secara detail. Kota ini memiliki sekitar dua puluh distrik dan ada sebuah distrik yang membuatnya curiga. Distrik ini bernama Malmara.
“ Aku ingin informasi detail tentang Malmara,” sekali lagi dia meminta pada Lamus. Dari informasi yang diberikan, Distrik Malmara berjarak kurang lebih enam puluh kilometer arah barat daya dari Napelez. Distrik ini dikelilingi pegunungan yang membuatnya agak terisolir dari dunia luar. Di sini juga terdapat sebuah pemukiman para imigran dari Negara Ibran dan sangat rawan dengan tindakan kejahatan karena mayoritas penduduknya adalah para kriminal. “Kurasa mereka membawa Raheem ke sana. Mungkin Dasim dan anak buahnya menjadikan tempat ini sebagai tempat transit sementara sebelum kembali ke Ibran.”
----*****----
Keesokan harinya, dari atas bukit Thea mengamati mengamati segala aktivitas di Distrik Malmara. Distrik ini tidak terlalu besar sehingga memudahkannya dalam melakukan pengintaian. “Sobat, sekarang kau boleh pergi. Terima kasih atas pertolonganmu sejauh ini dan aku sangat berhutang budi padamu.Setelah ini aku akan turun ke sana untuk menyelamatkan temanku,” dielus – elusnya kepala sang gorila. Kemudian, ia turun ke sana dengan satu harapan : membebaskan Raheem.
Pagi itu, suasana cukup ramai dengan kegiatan ekonomi penduduk setempat. Tak sedikit pula yang menghabiskan pagi dengan mabuk – mabukan. Dengan menggunakan tudung, Thea berjalan menyusuri jalanan dengan harapan tidak menimbulkan kecurigaan. Setelah berjalan untuk beberapa lama, Thea berhenti karena ada sebuah tempat yang menarik perhatiannya. Sekitar sepuluh meter dari tempatnya berdiri, terdapat sebuah kedai.
“Mungkin aku bisa mendapat banyak informasi dari sini tentang keberadaan Raheem,” pikirnya sekilas.
Di lokasi yang berbeda, Raheem duduk dengan posisi kedua tangan terikat ke belakang sementara kedua matanya tertutup kain. Ruangan tempat ia disekap ini hanya memiliki sebuah lampu kecil. Itupun lampu ini tidak berfungsi dengan begitu baik. Sesekali padam kemudian menyala lagi. Begitu seterusnya. Di depan kursi tempatnya duduk sekarang terdapat sebuah meja kecil beserta sebuah kursi lagi di seberangnya.
“ Well, anak muda. Pertama – tama, aku ucapkan banyak terima kasih padamu karena sudah memberikan Azwad padaku,” Dasim membuka kain yang dari tadi menutup mata Raheem. “ Dengar, aku mencari batu ini selama belasan tahun dan kini aku bisa mendapatkannya kembali. Sekarang, kami bisa melanjutkan rencana yang sempat tertunda. Hawa jahat dan dosa – dosa para manusia di masa lalu yang menyebabkan batu ini menghitam akan kami ekstrak dan sebar ke seluruh penjuru dunia dalam wujud kapsul dengan menggunakan pesawat tanpa awak sehingga akan menginfeksi hati dan pikiran manusia sehingga tercipta kekacauan di mana – mana dan pada akhirnya banyak negara yang melemah. Bisa kau tebak, hanya akan ada satu bangsa yang terkuat di dunia yaitu Bangsa Ibran.”
“Dasar sinting!Kau sadar akibat yang akan ditimbulkan oleh ulahmu?”
“Ya, aku sangat sadar. Sadar akan betapa digdayanya dan jeniusnya bangsa kami. Bangsa kami adalah salah satu bangsa terunggul di muka bumi ini dan pintu menjadi satu – satunya bangsa terkuat kini telah ada di depan mata, ha ha ha”
“Aku yakin Thea masih hidup dan akan datang ke sini untuk membebaskanku dan merebut kembali Azwad dari tanganmu!”
“Aku tersentuh mendengarnya. Aku rasa teman wanitamu itu peluangnya untuk selamat sangatlah kecil. Lagipula, kalaupun dia selamat dia tak akan bisa menemukan tempat ini karena tempat ini sangat terpencil. “
Sebelum Dasim meninggalkan ruangan, dia mengucapkan sesuatu kepada Raheem. “Oh, aku hampir lupa sesuatu. Saat masih di hutan, aku bertemu dengan Omar. Menurutku, dia adalah orang yang keras kepala dan sulit diajak kerja sama jadi aku putuskan untuk mengakhiri hidupnya saja. Kini kakak beradik itu pasti sudah bertemu di alam baka ha ha ha”
Sungguh terkejut Raheem mendengar kematian Omar. “ Kau akan menerima balasan atas semua kejahatan yang telah kau lakukan,” katanya geram. “Tutup matanya..dan juga sumpal mulutnya agar ia tak banyak bicara lagi,” seorang penjaga yang diperintahpun mengerti apa yang harus dilakukannya.
----*****----
“Hei..aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Kau pasti pendatang, bukan?” Pemilik kedai membuka obrolan dengan Thea saat gadis itu minum - minum. “ Ya, benar. Aku adalah seorang pengembara yang kebetulan melintas di sini, “ jawab Thea mencoba bersikap ramah.“Sebaiknya berhati – hatilah jika kamu di sini. Daerah ini adalah sarang dari para penjahat. Perampok, pembunuh, copet, semua ada di sini,” pelayan kedai mengingatkan.
“Anda sendiri kenapa membuka usaha di tempat seperti ini? Bukankah lebih aman jika membuka usaha di tempat lain yang lebih aman?” rasa heran bergelayutan di pikiran Thea. “ Sebenarnya tempat ini adalah peninggalan kedua orang tuaku dan sudah berdiri jauh sebelum para imigran dari Ibran datang kemari. Sesaat sebelum ayahku meninggal, dia memintaku untuk meneruskannya. Jadilah sekarang tempat ini sebagai satu – satunya sumber penghasilanku,” tangan si pemilik kedai sibuk membersihkan meja dari gelas – gelas.”Yah, di sini memang banyak orang – orang brengsek, akan tetapi selama mereka tidak menggangguku itu tak jadi masalah.” Di tengah – tengah obrolan mereka, tiba – tiba terdengar suara pintu kedai terbuka dan masuklah seseorang yang wajahnya sangat sayu. Kelihatannya dia tidak tidur semalaman.
“Hei, Bernard. Bawakan aku segelas minuman terbaikmu!” Orang ini berteriak kepada si pemilik kedai lalu menuju ke sebuah meja yang mana teman – temannya sudah menunggu di sana. “ Baiklah Harry! Akan aku antar segera ke sana. Ngomong – ngomong kenapa terlihat lelah begitu?” tanya pemilik kedai. “Semalaman aku bertugas menjaga tawawanan yang dibawa oleh Tuan Dasim. Tawanan ini sungguh tidak bisa membuatku tidur karena ia terus membuat kegaduhan di dalam ruangan tempatnya disekap,” Harry mengeluh.”Ha..ha..ha.. memang seharusnya seperti itulah tugas seorang penjaga. Seharusnya pula kamu berterima kasih padanya karena membuatmu terhindar dari amarah Tuan Dasim. Coba bayangkan, seandainya Tuan Dasim mendapatimu tertidur pasti engkau sudah dibunuhnya,” Bernard tertawa sambil membersihkan gelas.
Setelah berada di kedai sekitar tiga puluh menit lamanya, penjaga bernama Harry ini keluar dan di belakangnya diam – diam Thea mengikuti. Langkah sang penjaga membawanya menyusuri persawahan dan perkebunan warga sebelum sampai di sebuah rumah yang letaknya agak terpencil sehingga tak banyak orang yang tahu jika di sana terdapat sebuah rumah.
Rumah ini sedikit berbeda dengan rumah lainnya. Yang membedakannya dengan rumah – rumah yang lain adalah rumah tersebut terdiri atas dua lantai dengan dua orang penjaga di depannya. Thea berhenti di antara semak – semak dan mengamati gerak – gerik Harry dan teman – teman sesama penjaganya. Mereka bertiga sedang tertawa terbahak – bahak. “Sekarang aku harus menaklukkan para penjaga itu dan membebaskan Raheem,” Thea berkata kepada dirinya sendiri.
(TO BE CONTINUED)“Kenapa dari tadi diam saja?” Raheem memperhatikan gadis yang ada di sebelahnya.”Teringat kakakmu?” ia mengira – ngira. Saat itu, mereka sedang menumpang sebuah truk bak terbuka yang mereka temui sesaat setelah keluar dari hutan. “ Kakakku adalah satu – satunya keluargaku yang tersisa setelah ayah dan ibu kami tewas saat terjadi gempa bumi dan tsunami di desa kami tiga belas tahun yang lalu. Kemudian, datanglah Nyonya Anne menyelamatkan dan merawat kami. Beliau mengajari kami berbagai ilmu bela diri dan mengirim kami ke Riweild,sekolah miliknya. Selain itu, beliau sudah menganggap kami seperti anaknya sendiri.”
Raheem mengangguk – angguk tanda mengerti. “Sebagai balas jasa kepada Nyonya Anne, Kami mengabdikan diri padanya hingga kini. Omar sangat menyayangiku dan rela mengorbankan segalanya demi kebahagiaan dan keselamatanku. Pernah suatu saat, diriku hampir tewas tatkala menghadapi Wormsand, si cacing tua raksasa dan ia datang menyelamatkanku hingga kehilangan sebelah matanya.Hari ini, peristiwa yang sama terjadi lagi. Aku hanya bisa berharap bahwa dia akan selamat dan menyusul kita.”
“Tunggu sebentar,” Raheem memotong pembicaraan Thea.”Kenapa aku tidak bertemu dengan kalian saat aku dan nenekku berkunjung ke Homs dua tahun yang lalu?” Gadis berambut sepunggung itu tersenyum. “ Itu karena kau terlalu sibuk mengamati Nyonya Anne yang misterius sehingga kau tak sempat mengamati lingkungan di sekitarmu,” sebuah ledekan yang cukup membuat mereka berdua tertawa. Langit semula biru berubah menjadi jingga tanda hari beranjak senja. Truk yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah penginapan. “ Kita bermalam di sini sebelum melanjutkan perjalanan besok,” keduanya berjalan menuju pintu masuk penginapan yang terlihat cukup ramai sore itu. Saat baru menggerakkan kaki beberapa langkah, terdengar suara dari handy talky yang ada di dalam tas.
“ Thea! Di mana kau sekarang?!”
“ Ahh, Kakak! Kau berhasil selamat?Kita sekarang berada di hotel...Blue Moon di Kota Napelez dan kita baru saja sampai.”
“ Baiklah, aku akan menyusulmu ke sana.Tunggu aku!”
Dasim lantas memutus kontaknya dengan Thea. “Bagus, tikus sudah masuk perangkap. Sekarang kita segera berangkat ke sana,” Dasim menginstruksikan para anak buahnya. Handy talky yang sedari tadi dipegangnya dibuang ke tanah dan diinjaknya hingga hancur. Sementara itu, Thea merasa girang karena kakaknya selamat, namun ia tak menyadari bahwa tindakannya membawa mereka dalam bahaya. Dua jam berlalu dan hari sudah beranjak malam. Kafe yang terletak di sebelah penginapan sangat ramai. Raheem dan Thea terlihat sedang berbincang di antara bisingnya kafe dengan alunan musik dan tawa para pengunjung.” Dapatkah kamu memberitahuku sebenarnya benda apa yang ada di dalam kotak emas ini hingga orang – orang itu berkepentingan untuk memilikinya? Sebelum nenekku meninggal, aku pernah menanyakannya, tetapi dia enggan memberitahunya, ” Raheem penasaran ingin tahu. “Maaf, aku juga tidak bisa memberitahumu. Hal itu biarlah Nyonya Anne yang menceritakannya padamu,” Thea menolak dengan halus. “ Aku mohon padamu. Aku tidak ingin mati sia – sia demi mempertahankan sebuah kotak yang aku sendiri tidak tahu apa isinya dan itu konyol sekali,” pemuda itu mencoba meyakinkan. Gadis yang ada di hadapannya menarik nafas panjang dan tidak bisa berbuat banyak. Sepertinya dirinya tak punya pilihan lain.
“ Baiklah kalau itu maumu. Benda yang ada di dalam kotak ini adalah Azwad, sebuah batu berwarna hitam legam yang mengandung sumber energi terbesar di muka bumi. Nama batu ini pertama kali disebut dalam sebuah cerita yang menyebutkan bahwa batu ini berasal dari surga.Awalnya, batu ini berwarna sangat putih bersih namun karena dosa umat manusia warnanya berubah menjadi hitam. Kemudian, oleh salah satu Utusan Tuhan yang ada di bumi, batu itu dipasang pada bangunan persegi yang disebut Kaba berabad – abad yang lalu. Namun, tak ada satupun orang tahu lokasi pasti bangunan ini hingga ilmuwan dari Bangsa Ibran yang serakah berhasil menemukan lokasi bangunan itu berdasarkan riset arkeologi yang mereka lakukan selama bertahun – tahun,” sejenak Thea menghentikan ceritanya dan mengambil gelas berisi jus jeruk di hadapannya. “Cerita yang luar biasa,” rasa takjub menjalari seluruh bagian tubuh Raheem.
Gelas itu ditaruhnya kembali ke atas meja dan melanjutkan cerita yang sempat terputus. “ Bangsa Ibran yang dipimpin oleh Dasim berhasil menuju lokasi bangunan Kaba dan mengambilnya dengan paksa dan membunuh orang – orang yang ada di sana. Hingga salah satu tetua yang ada disana sebelum ajal menjemput, mengutuknya dengan mengatakan bahwa semoga suatu saat akan datang seseorang yang akan membalas semuanya dan mengembalikan Azwad ke tempatnya semula,”ujarnya dengan mata menerawang.
“Lalu, bagaimana Azwad bisa sampai ke tangan nenekku?” Raheem semakin penasaran. “ Setelah mendapatkan Azwad, Bangsa Ibran memanfaatkannya untuk menciptakan Iron Dome sebagai perisai pelindung. Selain itu, mereka juga menciptakan senjata pemusnah massal untuk menjajah negara – negara di sekitarnya. Suatu saat, salah satu prajuritnya yang bernama Mikhail merasa bersalah terhadap orang – orang yang sudah dibunuhnya selama ini dan dia sudah muak dengan apa yang sudah dilakukan bangsanya. Ia tahu, bangsanya akan melemah jika ia mencuri batu ini. Akhirnya, ia berhasil mengambilnya dan membawanya lari dari Ibran sehingga ia menjadi buronan. Dalam pelariannya, Mikhail bertemu dengan wanita bernama Nania dan menikah. Dari pernikahannya ini lahirlah seorang bayi laki – laki yang tak lain adalah ...dirimu,” keringatnya bercucuran saat mengungkapkan fakta ini karena takut membuat kawan yang baru dikenalnya ini terkejut.
“Apa?! Jadi ayahku..ayahku dulunya adalah prajurit Bangsa Ibran yang bengis itu?!”, teriakan keterkejutannya membuat seluruh pengunjung menoleh ke arahnya. “ Ssshh..!! Reaksimu jangan berlebihan di sini! Jangan menimbulkan kecurigaan yang berlebihan, oke?” Thea mengingatkan. “Di dalam darahku..darahku..mengalir darah seorang pembunuh!!,” raut penyesalan muncul di wajahnya. “Jangan salahkan ayahmu! Dia sudah berubah dan menunjukkan penyesalan. Aku sudah memberitahumu tentang itu bukan?” Thea menggenggam tangan Raheem mencoba menenangkannya. “ Beberapa minggu sebelum nenekmu jatuh sakit, ia merasakan kehadiran beberapa orang asing yang mencoba memata – matainya dan ia tahu mereka berasal dari Ibran dan datang untuk batu itu. Ia sendiri tidak tahu mengapa mereka bisa melacak keberadaan Azwad. Lalu, ia menghubungi Nona Anne dan mengatakan akan mengirimmu untuk mengamankannya di Homs. Jadilah Nona Anne memintaku untuk mengawal perjalananmu.”
Raheem lemas seketika. Direbahkannya badannya ke kursi sambil menutup mukanya. “ Oh, Tuhan,”katanya pendek. “Sekarang aku sudah memberitahumu semuanya. Aku berharap kamu bisa menerimanya. Aku akan pergi sebentar dan kamu jangan pergi ke mana - mana ,” Thea berpesan.
“Kau mau ke mana?”
“Aku akan ke toilet sebentar. Jika kau melihat kakakku, cepat panggillah dia.”
“Baiklah. Aku mengerti.”
Beberapa menit setelah Thea ke toilet, pintu kafe terbuka dan masuklah beberapa orang dengan tatapan dingin melihat ke sekeliling. Kafe yang semula riuh mendadak terdiam. Para pengunjung sangat ketakutan dengan kedatangan Dasim dan anak buahnya. Dilihatnya ke arah sekeliling dan tanpa disengaja ia melihat Raheem sedang minum sendirian di meja yang letaknya di pojok. Raheem sangat terkejut saat ia mengetahui identitas orang – orang yang mendekatinya. “Hai, suatu kejutan kita bisa bertemu di sini,” Dasim tersenyum dan menepuk pundaknya.
Sementara itu, Thea keluar dari toilet dan secara tidak sengaja ia mendengar keributan di ruang utama kafe. Khawatir dengan keadaan Raheem, ia segera berlari untuk memastikan.Ternyata, pemuda itu sudah tidak ada di tempatnya. Salah seorang petugas keamanan yang terluka memberitahu Thea kalau beberapa orang berpenampillan aneh membawa seorang remaja secara paksa dan memasukkannya ke dalam sebuah mobil. “ Ke arah mana mobil itu pergi?” Thea panik. “ Ke arah barat..mobil itu berjenis SUV warna putih,” petugas keamanan itu kemudian pingsan. Dengan mobil pengunjung yang ia rampas, ia berusaha mengejar mereka. “ Dasim brengsek!!” Thea memukul – mukul setir mobilnya. Dipacunya mobil itu dengan kencang dengan harapan masih ada kesempatan untuk mengejar mobil yang membawa Raheem.
( TO BE CONTINUED )Monster – monster bernama Ghorqod itu kini mengepung mereka berdua. Pandangan makhluk - makhluk ini sangat liar dan siap menerkam mangsa di hadapannya. Kini, tak ada jalan keluar lagi. Di sisi lain, tatapan Thea dan Raheem sangat fokus dengan tangan semakin erat menggenggam pedang masing – masing.”Ada apa denganmu?? Kenapa tanganmu gemetar begitu?”Thea heran.”Gemetar?? Gemetar apanya..tidak kok,” Raheem pura – pura. Salah satu Ghorqod melompat dan menyerang dengan tiba – tiba dengan menghantamkan sebuah pukulan ke arah Raheem yang tidak siap. Akibatnya, Raheem terhempas dengan cukup keras dan membuat Thea cukup terkejut.
Sepotong tangan terjatuh di atas tanah diikuti suara erangan. Thea menebas salah satu tangan Ghorqod yang menyerang Raheem. Tanpa memberi kesempatan, Thea memberi serangan kedua yang membelah tubuh Ghorqod menjadi dua bagian hingga tewas seketika. “Kau tidak apa – apa?” Thea khawatir jika Raheem terluka parah.
“Akhh, sakitnya lumayan juga. Pukulan seperti itu tak akan cukup membuatku mati.”
“Dasar kamu ini. Kamu membuatku khawatir, kamu tahu itu? Sekarang bangun. Masih ada pekerjaan yang harus kita selesaikan.”
Sebuah pertarungan yang cukup sengitpun terjadi. Para Ghorqod menyerang secara bersama dengan mengubah tangan – tangan mereka menjadi semacam akar yang siap membelit namun Thea dan Raheem bergerak sigap untuk menghindari serangan dengan cara melompat. Akan tetapi, akar – akar ini terus mengikuti kemanapun keduanya bergerak dan akhirnya berhasil mengait kaki keduanya yang membuat mereka terhempas ke tanah. Beberapa Ghorqod yang lain berhasil membelit tangan keduanya dengan sangat erat yang membuat pedang terlepas dari tangan. “ Matilah kita sekarang. Ada ide?” Raheem melihat ke arah Thea. Yang dilihat hanya terdiam tanpa berbicara sepatah katapun. Dalam keadaan terdesak, tiba – tiba terdengar suara pekikan puluhan gagak dari langit. Gagak – gagak ini menyerbu para Ghorqod dan terlepaslah Raheem dan Thea.
Raheem dan Thea sejenak bangkit. “Dari mana datangnya burung – burung ini??” Raheem heran. Dengan melihat burung - burung gagak yang mengerubuti para Ghorqod, Thea berujar pendek, “ Omar. Mereka adalah jelmaan kakakku,Omar. Ternyata dia menyusulku ke sini.” Raheem terkaget – kaget mendengar penjelasannya. Setelah berhasil melumpuhkan para Ghorqod, para gagak berkumpul membentuk siluet manusia dan seketika berubah menjadi seorang lelaki yang tampan .” Kakak!” Thea berlari dan memeluk sang kakak cukup lama.” Oh, hampir lupa Kak. Ini adalah Raheem.” Dengan memegang lengannya yang masih sakit, Raheem berjalan mendekat.” Aku sudah tahu. Kami sudah pernah bertemu sebelumnya di pemakaman,” Omar menjelaskan seraya tersenyum. Sedikit terkejut, Raheem mencoba mengingat – ingat kembali kejadian di pemakaman.
” Oh, ternyata burung gagak yang ada di pemakaman waktu itu adalah.. kau?”
“ Benar. Aku tak tega membiarkan adikku pergi sendirian membawa beban tugas seberat ini, makanya aku mengikutinya. Baiklah, mari kita segera pergi dari sini.”
Terjadi keanehan saat mereka hendak meninggalkan tempat itu. Bangkai – bangkai Ghorqod yang telah tercerai berai menyatu dan berubah menjadi Ghorqod raksasa. “ Ini tidak bagus. Kalian berdua cepat pergi dari sini. Aku akan menahannya selama mungkin,” Omar berkata. “ Tapi Kak, aku tidak akan meninggalkanmu sendirian di sini. Kita akan mengalahkannya bersama,” Thea menangis. “Bodoh!! Apakah diriku lebih penting daripada nasib dunia??Cepat pergi dari sini!!” bentaknya. “ Sudahlah Thea, kita pergi dari sini. Jangan cemaskan kakakmu. Kau lihat sendiri tadi bukan? Ia akan baik – baik saja,”Raheem mencoba membujuk Thea. Dengan berat hati, Thea pergi meninggalkan kakaknya. Saat hendak pergi, Omar memanggil sang adik.”Thea, bawalah ini bersamamu. Mudah – mudahan bisa menolongmu,” kata Omar sambil melemparkan sebuah tas kecil ke arah adiknya.“ Tas itu berisi beberapa benda yang bisa menolongmu,” ia menjelaskan “ Di dalamnya juga terdapat handy talky dan aku akan menghubungimu nanti setelah urusanku selesai.” Tak lama setelah itu,Thea berlari menerobos hutan. Sesekali ia menoleh ke belakang. Omar tersenyum padanya. Semakin lama,senyum itu semakin hilang dan tak terlihat lagi. “Kakak, semoga kau selamat dan bisa menyusul kami,” katanya dalam hati dengan diiringi isak tangis.
Makhluk ini sungguhlah sangat besar dan kuat. “ Dasar monster jelek. Kau sungguh membuatku kesal,” Omar menggerutu. “ Baiklah, kita selesaikan sekarang urusan kita yang belum selesai.” Sebuah cahaya seperti petir muncul dari tangan kanannya dan terbentuklah sebuah pedang. Pedang ini disebut pedang Zovac yang terkenal sangat tajam dan kuat. Konon, pedang ini didapatkan oleh Nyonya Anne setelah ia mendapatkan petunjuk lewat sebuah mimpi. Di dalam mimpinya, ia harus pergi ke Gunung Catau untuk menarik keluar pedang ini dari dalam magma. Gunung Catau sendiri adalah satu di antara empat gunung utama penyangga bumi. “Sudah lama kita tak bertemu sahabat lama. Mari kita enyahkan makhluk jelek ini,” Omar berkata pada pedangnya.
Sebuah serangan pembuka datang dari Ghorqod. Tangan – tangan akarnya yang lebih mirip tentakel datang bertubi – tubi sepeti puluhan tombak yang menghujam ke tanah. Omar melompat ke sana kemari dengan sangat gesitnya menghindari serangan. Tiba saatnya ia melancarkan serangan pertamanya. Omar berlari dengan sangat cepatnya di atas salah satu akar Ghorqod dan menusuk salah satu matanya. Setelah itu, ia bergerak sedikit menjauh. Pohon raksasa ini mengerang kesakitan. Suaranya melengking keras dan sangat mengerikan hingga membuat burung – burung yang ada di hutan terbang ketakutan. Teriakan Ghorqod mengagetkan Dasim dan para anak buahnya yang berada berkilo – kilo meter dari lokasi pertarungan. “ Suara apa itu?? Jangan – jangan suara itu ada hubungannya dengan mereka,” Dasim menduga.” Cepat kita ke sana sekarang!!”Dasim memberi instruksi pada para anak buahnya. Sesaat langit terlihat penuh dengan beberapa gumpalan hitam yang membuat keadaan gelap untuk beberapa saat.
Sementara itu, Omar yang berhadapan dengan Ghorqod merasa cemas.“Oh, tidak. Aku telah membuatnya sangat marah,” ia melihat sebuah akar raksasa yang menuju ke arahnya. Terlambat menghindar dan terhempaslah Omar ke tanah dan menimbulkan suara yang sangat keras. Saat mencoba bangkit, dia merasakan getaran dari dalam tanah dan keluar sebuah duri raksasa dari lokasi ia terjatuh.
Omar berguling menghindari duri tersebut. “ Untung saja aku cepat menghindar. Terlambat sedikit saja aku bisa jadi sate,” dia kaget dengan nafas tersengal – sengal. “ Brengsek. Duri ini pasti berasal dari akar – akarnya yang ada di dalam tanah. Jika akarnya begitu banyak maka pasti durinya juga...,” belum sempat ia selesai berpikir, ia dikejutkan oleh duri – duri lain yang muncul dari dalam tanah. Mereka seakan mengikuti kemanapun ia berpindah. Saat Omar lengah, lidah Ghorqod yang mengandung cairan asam membelit tangan kanannya yang semakin lama semakin kencang. Omar merasakan tangannya seperti terbakar dan melepuh sekaligus membuat Zovac terlepas dari genggaman. Lidah ini dengan cepat menarik kakak Thea ini ke dalam mulut dan Ghorqod berhasil menelannya hidup – hidup. “Oh, tidak!! Aku tidak bisa bergerak di dalam sini. Badanku lemas sekali dan kekuatanku seperti menghilang,” Omar mencoba menggerakkan tubuhnya di dalam lambung monster pohon ini tapi sia – sia. Tulang – tulangnya serasa remuk karena ditekan dari segala arah. “Kini akupun tak sanggup melakukan kontak dengan Zovac,” Omar merintih.
Beberapa saat kemudian, Dasim dan anak buahnya tiba.” Wah wah wah..ternyata ini semua ulahmu Ghorqod, “ Dasim tersenyum sinis. “ Lihatlah tempat ini sekarang, hancur berantakan oleh ulahmu. Kau sungguh hebat.” Ghorqod merasa bangga mendapat pujian dari tuannya.
“Apa ini semua ada hubungannya dengan...seorang remaja bernama Raheem dan temannya?”
“Benar Tuanku. Beberapa saat yang lalu aku memata – matai pembicaraan mereka berdua dan dari pembicaraan mereka, aku menjadi tahu jika mereka melarikan diri dari Anda.”
“Lantas, di mana mereka sekarang?Apakah kau berhasil membunuh atau setidaknya menangkap mereka hidup – hidup?”
“Maaf, Tuan. Me..mereka berhasil kabur...”
“Apa? Dasar bodoh!! Buat apa kau memiliki badan besar tapi menghadapi dua ekor tikus saja tak sanggup! Dasar tidak berguna!”
“Seseorang bernama Omar telah membantu mereka dan kini ia terperangkap di dalam perutku dalam keadaan hidup.”
“ Kalau begitu, cepat keluarkan! Aku akan berbicara cukup banyak dengannya.”
Ghorqod memuntahkan Omar dari dalam perutnya. Bruk!! Badannya tergeletak di tanah dan tak berdaya. Omar merasakan pandangannya yang kabur perlahan mulai normal. Dilihatnya sebuah kaki yang terbungkus sepatu boot mendekat. Orang yang ada di hadapannya kini mengambil posisi jongkok, memegang dagu Omar dan mendongakkan kepalanya. “Hmm, kau sungguh berani melawan Ghorqod namun tak cukup kuat untuk mengalahkannya,” Dasim meremehkan Omar. “Sekarang katakan padaku, ke mana mereka akan membawa ‘Si Bocah Kecil’?Aku tahu mereka akan membawanya ke Homs tapi aku perlu memastikan mereka akan membawanya ke mana dan aku akan membiarkanmu tetap hidup,” Dasim memberi sebuah tawaran.
Omar tertawa mendengar tawaran itu. “ Lebih baik aku mati daripada memberitahumu ke mana adikku, Thea akan membawa pergi Raheem. Cuih!!” Omar meludahi wajah Dasim. Dengan menahan marah, Jenderal Bangsa Ibran itu membersihkan wajahnya dari ludah. “ Oh, jadi dia adalah adikmu? Baiklah kalau itu maumu. Akan aku penuhi permintaanmu. Kemudian, tanpa sengaja ia melihat pedang Zovac yang tergeletak tidak cukup jauh dari tempatnya berdiri dan memungutnya. “Aku akan membuatmu cepat mati tanpa merasakan sakit,” kali ini ekspresi Dasim cukup tenang. Akhirnya, Omar tewas cukup mengenaskan tertebas oleh pedangnya sendiri. “Kita akan menemukan kedua tikus itu dengan menggunakan ini,” Dasim tersenyum senang setelah menemukan sebuah handy talky dari saku celana Omar. “Tak usah terburu – buru, kita singkirkan dulu mayat orang ini agar tidak menimbulkan kecurigaan orang. Tunggu kedatanganku dan jangan lupa siapkan barang pesananku bocah!,” ia tersenyum sadis seraya membersihkan tangannya dari cipratan darah.
(TO BE CONTINUED...)