Suasana sunyi terlihat di sebuah kamar yang terletak di lantai dua dari sebuah rumah bergaya arsitektur klasik. Hanya terdengar suara detak jam dinding. Waktu menunjukkan pukul 16.20. Sementara itu, pemandangan di luar jendela terlihat gelap.Sangat gelap. Langit mendung seolah menggambarkan suasana duka yang tengah terjadi. Di dalam kamar, terbaring lemah seorang wanita tua dan seorang remaja laki – laki yang tak lain adalah cucunya yang bernama Nobi. “ Mungkin sekarang sudah tiba saatnya aku pergi, “ ia tersenyum lirih. “ Sebelum aku pergi meninggalkan dunia ini, aku ingin mengatakan sesuatu.”
Sang cucu terdiam. Tampak air mata meleleh di sela – sela kedua matanya. “ Jangan bicara seperti itu Oma. Oma harus yakin bahwa Tuhan akan memberi kesembuhan.”
“Dengarlah baik – baik. Sepeninggal diriku nanti pergilah ke ruang bawah tanah yang ada di rumah ini...,” belum sempat dia meneruskan, Nobi sudah menyela.”Ruang bawah tanah, ruang bawah tanah apa?Kenapa Oma selama ini tidak pernah bercerita apapun tentang ruang bawah tanah ini?”tanyanya dengan keheranan. Sesaat kemudian, nenek itu menatap langit – langit kamar. Sesekali ia terbatuk – batuk. Dengan menghela nafas panjang, ia meneruskan cerita yang terpotong tadi tanpa ada niatan untuk menjawab pertanyaan dari cucunya.” Jangan memotong pembicaraanku,karena aku tidak suka itu.”
Nobi terdiam tanpa berkata apa – apa lagi. Sementara itu, tangannya semakin erat menggenggam tangan nenek tercinta. Perasaan akan takut kehilangan semakin besar hingga membuat nafasnya semakin sesak. Sesaat, dia mencoba menguasai keadaan.
“Ruang bawah tanah ini ada di bawah lantai dapur, tepat di bawah lampu dapur. Untuk membuka pintunya, ucapkanlah ‘Virtus, Unita, Fortior’.Setelah kamu berhasil masuk ke dalam ruang bawah tanah ini, ambillah kotak emas yang ada di sana dan bawalah pergi. Pastikan bahwa kotak ini sampai dengan selamat di tangan Nyonya Anne.” Raheem masih ingat tentang wanita ini. Dua tahun yang lalu saat dia berusia 16 tahun, Nyonya Jameela – nenek Raheem – pernah mengajaknya berkunjung ke kediamannya di Kota Homs, berjarak sekitar 800 kilometer dari kotanya saat ini, Wordville. Nyonya Anne adalah seorang wanita berusia 78 tahun yang menurutnya suka menebar senyum dan ramah. Akan tetapi, terkadang Nobi merasa ada sesuatu di balik tatapan mata dan senyumannya. Itu terkadang membuatnya merasa ketakutan sendiri.
Nobi yang merasa bingung, memberanikan diri bertanya. “ Oma, apa sebenarnya isi dari kotak ini dan..dan mengapa aku harus membawanya ke sana?” kali ini ia berharap ada jawaban yang muncul dari bibir neneknya. “ Isi dari kotak inilah yang akan menentukan masa depan dunia, menjadi surga ataukah neraka. Untuk saat ini kamu tak perlu tahu apa isinya,setidaknya hingga kamu sampai di sana dengan selamat karena bisa jadi kamu akan mempertaruhkan nyawamu untuk ini semua...,” beberapa saat kemudian, Nyonya Jameela menutup mata untuk menuju keabadian dengan tangan masih menggenggam erat tangan cucu satu – satunya itu. Tampaknya ia menaruh harapan besar pada remaja yang kini akan lulus dari Dundlee, sekolah terfavorit di Wordville itu. Hujan deras dan petir menggelegar mengiringi kepergian nenek yang terkenal ringan tangan di kalangan para tetangga kompleks . Tetes air mata Raheempun menetes dengan deras membasahi lantai kayu berwarna abu – abu dan agak kusam.
Cuaca sangat cerah pagi itu. Matahari tampak tak sungkan menunjukkan sinarnya yang hangat pada puluhan orang yang menghadiri pemakaman Nyonya Jameela. Setengah jam berlalu. Satu – persatu pelayat telah pergi meninggalkan pemakaman. Hanya tinggal Nobi dan Pak Levy, Wali Kelas sekaligus guru Sains di Dundlee.
“Dengar, aku turut berduka cita atas meninggalnya nenekmu dan aku tahu itu terasa sangat berat.”
“ Terima kasih atas semua perhatian Anda. Perhatian dari orang – orang sekitar sangat penting artinya buat saya.”
“ Jangan terlalu larut dalam kesedihan karena hidup harus terus berjalan. Apa rencanamu setelah ini?”
“ Entahlah. Saya belum berpikir terlalu jauh.”
“ Baiklah. Jika sewaktu – waktu kamu membutuhkan bantuan atau apapun, kamu bisa datang ke rumahku. Pintu rumahku akan selalu terbuka untukmu.”
“ Terima kasih atas kebaikan Anda.”
Sebuah tepukan ringan di pundak Nobi mengiringi kepergian lelaki paruh baya tersebut. Kini, di pemakaman hanya tinggal ia seorang. Angin bertiup kencang pagi itu namun ia tak memperdulikannya. Ia terus memandangi nama yang tertera di batu nisan. “ Akan aku penuhi amanatmu oma walau aku harus mati sekalipun,” ia lantas pergi dari sana. Akan tetapi, suara seekor burung gagak di atas pohon di kompleks pemakaman menghentikan langkah kakinya. Burung gagak memandang tajam dan sesekali mengeluarkan suara pekikan yang sangat mengerikan. Langkah kaki yang terhenti bergerak kembali dan hembusan angin kencang yang menyapu dedaunan kering mengiringinya yang semakin lama semakin menjauhi kompleks pemakaman.
----*****----
Tiga hari berlalu sejak kematian Nyonya Jameela.Nobi hampir lupa amanat neneknya karena terlalu larut dalam duka hingga suatu malam saat dia merapikan baju – baju nenekya di almari ia teringat kembali. Dengan lilin ada di tangan, Nobi melangkah memenuju dapur. Dengan perasaan ragu – ragu, remaja lelaki yatim piatu itu melafalkan kata kuncinya dengan mulut bergetar,” Virtus, Unita, Fortior....” Perlahan, lantai terbuka dan disertai dengan sedikit getaran . Kini, dihadapannya terpampang lorong bawah tanah yang panjang nan gelap. Beberapa menit kemudian, kaki – kakinya sudah menapaki beberapa anak tangga yang sudah agak lapuk sehingga ketika diinjak terdengar deritan kecil di sana – sini. Ia terus menyusuri lorong demi lorong yang cukup panjang. Terasa sekali udara yang sangat lembab. Hingga , sampailah dia di sebuah ruang yang agak luas dan di sana terdapat sebuah benda berkilauan saat api lilin ia dekatkan. “Ini pastilah kotak emas yang dimaksud oma. Aku harus segera membawanya pergi dari sini esok hari.”
Stasiun Ruttendore sangat ramai dengan banyak orang berlalu lalang. Mereka terlihat seperti sekumpulan semut yang sibuk mencari makan. Di antara mereka, terlihat Nobi berjalan agak cepat menuju kereta api tujuan Homs dan dia tidak menyadari ada beberapa pasang mata mengamati dan mengikutinya. Setelah mendapatkan kursi, ia mengatur nafas sambil sesekali melihat ke arah luar jendela. Tampak baginya kereta api telah bergerak perlahan. Ada perasaan sedikit lega karena sejauh ini tidak ada kejadian yang tidak diinginkan. Karena terlalu sibuk dengan kecemasan yang berlebihan, dirinya tersadar bahwa tak memperhatikan suasana di dalam gerbong. Beberapa orang tampak lalu lalang - ada yang sibuk menata koper,ada pula yang pergi ke toilet – beberapa di antara mereka ada yang sangat menarik perhatiannya, termasuk seorang gadis kecil yang berlari bolak – balik menyusuri gerbong sambil membawa boneka kayu. “ Jaga pandanganmu jika kamu ingin selamat ,” ujar seorang lelaki muda berkumis tipis yang sedang asyik membaca koran di hadapan Raheem. Lelaki itu tampak maskulin dengan setelan jas berwarna coklat. Sebuah dasi berwarna merah melingkar rapi di lehernya dan tak lupa topi ala Charlie Caplin menutupi kepala. “ Siapa Anda?” tanyanya penuh curiga.
“ Nanti kamu akan tahu dengan sendirinya. Yang terpenting sekarang adalah jagalah tingkah lakumu. Jangan sampai menimbulkan kecurigaan sedikitpun atau nyawamu akan melayang.”
“ Apakah kau akan membunuhku?”
“ Tidak. Justru aku akan menyelamatkanmu dan memastikanmu sampai dengan selamat di Homs.”
“ Bagaimana aku bisa percaya padamu?”
“ Karena aku satu – satunya harapanmu saat ini – selain Tuhan tentunya.”
Sambil tetap membaca koran, laki – laki itu meneruskan penjelasannya. "Ada lima orang di gerbong ini yang siap menghabisimu. Ikutilah segala perintahku jika engkau ingin selamat, paham?” Nobi hanya bisa mengangguk. “ Tiga orang laki – laki bermantel dan berkaca mata hitam di bangku nomor 23, serta dua orang wanita: seorang petugas penarik tiket yang berada beberapa meter dari kita dan gadis kecil pembawa boneka yang kau lihat tadi.” Satu jam berlalu dan tidak terjadi apa – apa. “ Dengar, sekitar lima menit lagi kita akan memasuki terowongan Goodle. Ini kesempatan terbaik kita untuk pergi dari sini,” lelaki misterius itu menginstruksikan. Kereta api berjalan sangat cepat dan mulai memasuki terowongan. Sesaat ruangan dalam gerbong sangat gelap untuk beberapa detik dan kembali terang. “ Apa??!! Di mana anak itu?!! Lelaki yang duduk bersamanya juga menghilang. Brengsek, entah siapa orang yang bersamanya saat itu tapi yang pasti dia telah mencium rencana kita dan membocorkannya pada anak itu,” salah satu dari orang – orang misterius yang mengintai mereka tampak kesal. Sementara itu, jendela di hadapan mereka tampak terbuka.“Mereka pasti melompat keluar lewat jendela saat kereta masuk terowongan. Cepat turun dari kereta ini dan kita kejar mereka!” Di belakang gerbong, mereka lenyap dalam gumpalan asap – asap hitam dan menuju hutan.
Pintu toilet bergerak – gerak dan di baliknya muncul Nobi dan si pria.” Hahh, tampaknya keadaan sudah mulai aman dan kita bisa menikmati sisa perjalanan ke Homs,” si pria tersenyum lega sambil membetulkan jasnya. Lalu, mereka berdua berjalan kembali menuju tempat duduk semula. Akan tetapi, alangkah terkejutnya Nobi. Ternyata, wanita penarik tiket dan gadis kecil pembawa boneka masih berada di dalam kereta. “Oh, sial!” Nobi kesal. Gadis kecil dan wanita penarik tiket yang juga terkejut dengan kemunculan mereka berdua secara reflek mengeluarkan senjata. Gadis kecil mengulurkan boneka kayunya. Dari mulutnya keluar moncong senapan dan seketika memberondong sasarannya dengan membabi buta.” Matilah kalian!” si gadis kecil tertawa menakutkan.”Lari!” pria bertopi memberi instruksi pada Nobi yang diikuti dengan berondongan senapan. Suasana gerbong mendadak kacau. Para penumpang berteriak dan berlari ketakutan. Kursi dan dinding gerbong hancur serta menyebabkan kaca pecah berantakan. Mereka berdua terus berlari menyusuri gerbong dan melompat di antara bangku – bangku. Sesaat kemudian, suara tembakan berhenti. Dengan senyum menakutkan, si gadis kecil berjalan menuju ke arah mereka. Di sisi yang lain, pria bertopi mendengar suara langkah mendekat. Sejurus kemudian, ia melihat ke arah Raheem yang berada di seberang. Wajahnya pucat penuh ketakutan. Pria bertopi akhirnya tak tinggal diam. Ia mengeluarkan pisau dari balik jas yang telah dilumuri racun. Dalam kesempatan yang sangat kecil, pria bertopi melompat ke samping dan melemparkan pisau tersebut yang menghujam tepat ke jantung gadis itu dan menyebabkannya tewas seketika.
Melihat rekannya tewas, membuat wanita penarik tiket murka. Dengan samurai terhunus, dia berlari ke arahnya. Karena terlambat menghindar, lengannya terluka terkena sabetan pedang. Namun, ia juga berhasil menendang perut si wanita yang membuatnya terjengkang dan membuat kepalanya membentur dinding. Hal ini membuatnya tak sadarkan diri untuk beberapa saat. Saat berhasil bangkit, ia melihat sebuah bola seukuran kelereng menggelinding dan berhenti di kakinya.Ternyata, itu adalah bola gas air mata. Seketika, gerbong penuh dengan asap dan kesempatan ini dimanfaatkan Raheem dan teman barunya kabur. “Wow, tunggu tunggu!! Apa kamu yakin kita akan melakukannya?” Nobi terlihat sangat takut karena mereka akan terjun dari kereta ke sungai yang berada 80 meter tepat di bawah rel . Ini masalah baginya karena ia sangat phobia dengan ketinggian. Tanpa banyak bicara, pria bertopi mendorongnya. “Wooaa!!!” mereka terjun bebas dari ketinggian yang cukup ekstrem. Tak lama kemudian, terdengar suara dentuman yang sangat keras di bawah.
----*****----
Nobi dan pria bertopi tampak sedang beristirahat di bawah sebuah pohon. Melihat darah yang terus mengucur dari lengan pria bertopi, Nobi berusaha mengobatinya. Sambil mengobati lukanya, dia bertanya pada pria itu,”kamu belum mengenalkan siapa dirimu dan kamu masih berhutang padaku tentang itu.” Pria bertopi tersenyum dan menjawab,”Dan kamupun berhutang nyawa padaku.” Mereka lalu tertawa bersama. Sang pria misterius lantas melepas kumis palsunya dan wig yang sedari tadi menutupi rambut aslinya. “ Ahh...,sungguh gerah memakai aksesoris – aksesoris ini.” Nobi sangat terkejut dan yang lebih mengejutkannya adalah ternyata ia adalah seorang wanita.”Apa? Jadi kamu adalah wanita? Aku sungguh tak percaya.” Sambil mengurai rambutnya yang panjang, wanita itu berkata,”Dan kini kamu percaya bahwa aku adalah seorang wanita. Namaku adalah Thea. Aku diperintahkan oleh Nyonya Anne untuk mengawal perjalananmu dan memastikanmu bersama kotak emas itu sampai dengan selamat di Homs.”
“Lantas, apa rencana kita sekarang?” Nobi bertanya. “Kita harus mencari tumpangan dan secepatnya pergi dari sini sebelum Dasim dan anak buahnya dapat mengejar dan menangkap kita.” Sesegera mungkin mereka meninggalkan tempat itu dan menerobos hutan sebelum sampai ke jalan besar. Akan tetapi, mereka tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang mengintai mereka. Sementara itu, Dasim sangat murka mengetahui Devil Doll – gadis kecil pembawa boneka – telah tewas dan melukai Kalara – wanita penarik tiket. “ Aku bersumpah akan membunuh mereka berdua dan merebut 'Si Bocah Kecil,” tegasnya dengan mata memerah.
Thea dan Nobi terus berlari menyusuri hutan dan dari kejauhan terdengar suara burung bersahut - sahutan . Tiba – tiba langkah lari mereka terhenti. “Ssshhh...berhenti. Ada sesuatu yang aneh di sini. Nampaknya ada yang mengikuti kita,” Thea berkata setengah berbisik. “ Aku tak melihat apapun di belakangku,” Nobi menengok ke belakang. “ Karena mereka sudah ada di depan kita sekarang,” Thea meyakinkan Nobi. Ia membalikkan badan dan matanya terbelalak tak percaya dengan pemandangan di hadapannya. Dia tidak pernah melihat makhluk seperti itu sebelumnya.
“Makhluk apa mereka?Mereka terlihat seperti...seperti pohon.Aku benar kan?”
“ Ghorgom si manusia pohon. Mereka dikenal sangat licik. Mereka banyak tumbuh di Negara Ibran.”
“ Tapi bisa apa mereka? Aku tahu mereka jumlahnya sangat banyak tapi mereka sangat pendek.”
“ Jangan terkecoh dengan ukuran tubuh mereka karena pemikiran itulah yang akan membuatmu terbunuh.”
Thea melemparkan sesuatu ke arah Nobi. “ Gunakan pedang itu untuk melindungi dirimu dan berhati – hatilah .Ghorgom sering memanfaatkan kelengahan lawannya dan mereka seringkali memanfaatkan media tanah untuk menyerang. ” Kini, mereka bersiap – siap akan menghadapi salah satu lawan tersulit yang akan merintangi perjalanan mereka ke Kota Homs. Berhasilkah mereka??
(TO BE CONTINUED...)