Thea merasakan rasa sakit yang luar biasa. Seperti ada benda tumpul menghantam bagian belakang kepalanya. Tidak lama kemudian, pandangannya terasa berkunang – kunang dan tiba – tiba semua terasa gelap. “Cepat, bawa gadis ini dan masukkan dia ke ruangan yang sama dengan pemuda itu,” kata Ifridz. Seorang penjaga berbadan besar lantas menggendong Thea yang diikuti seorang penjaga lainnya yang menyita tas kecil dan pedang miliknya. Sementara itu, Ifridz berada di belakang. Diam dan memandang dengan tatapan dingin kedua anak buahnya yang berjalan semakin menjauh.
Guyuran air es yang dingin membasahi tubuh Thea. Thea yang semula pingsan akhirnya kembali tersadar. “Hello nona manis, pintar juga dirimu bisa mengetahui tempat ini. Aku kira kau sudah mati di jurang itu,” senyum yang busuk dari sang Komandan mengembang. “ Lihat siapa yang ada di depanmu?” Dasim menunjuk ke arah seorang pemuda. “Thea, aku tahu dirimu pasti selamat dan kini keyakinanku tidak salah,” Raheem merasa lega. Perasaan yang sama juga dirasakan Thea mengetahui temannya selamat.
“Wah, reuni yang menyenangkan sekali. Tetapi, sayang sekali aku harus memberitahu kalian sesuatu. Sore ini aku akan mengadakan pertunjukan yang sangat menarik. Kalian mau tahu apa itu? Kalian akan digantung dengan disaksikan oleh para warga dan tentu saja itu akan menjadi hiburan yang sangat menarik bagi mereka,” Komandan tertawa terkekeh – kekeh.
“Ah, beritahu teman wanitamu ini tentang apa yang terjadi dengan kakaknya karena sepertinya aku tak tega mengatakannya,” katanya lagi. Thea terkejut ketika kakaknya disebut – sebut oleh Dasim. “Omar...Omar..telah tewas dibunuh oleh si brengsek ini,” mulut Raheem terasa berat ketika mengucapkan hal ini. “Apa?! Tidak mungkin!! Dasar brengsek kau Dasim! Tuhan tidak akan pernah diam melihat kejahatanmu ini! Dia akan menghukummu!,” ingin rasanya Thea memukulnya akan tetapi tubuhnya terikat sangat erat di kursi.
“Baiklah, nikmati sisa – sisa waktu kalian sebelum ajal menjemput. Kalian berdua masih memiliki waktu tersisa beberapa jam lagi. Lebih baik mulai dari sekarang kalian memikirkan kata – kata terakhir yang pas menjelang eksekusi nanti,” Dasim berpesan sambil berlalu dari ruangan. Suara tawanya memenuhi sepanjang lorong yang dilewatinya setelah keluar dari ruangan tempat Raheem dan Thea disekap.
Sementara itu, di bagian ruangan lain, salah seorang penjaga yang turut membawa Thea membongkar tas pemberian Omar. Penjaga itu merasa heran dengan barang – barang yang ada di dalamnya.”Kertas apa ini? Kertas lusuh dan robek begini mengapa masih saja dibawa?” Katanya. Di samping kertas Lamus, di dalamnya juga terdapat handy talky, “kelereng – kelereng” berwarna hitam dan sebotol air putih. “Kelereng – kelereng” ini sangat lunak dan baunya harum seperti permen karet.
Seperti anak kecil, penjaga tersebut melipat – lipat kertas Lamus sehingga berbentuk pesawat. “ Hah, jadi teringat masa – masa kecil dulu,” pesawat yang ada di tangannya digerak – gerakkan. Sebelum menerbangkannya keluar, penjaga yang bernama Durm tersebut sempat masuk ke ruangan tempat Raheem dan Thea disekap untuk mengambil sesuatu lantas berlalu keluar. Dengan tidak memperdulikan teman – temannya yang terus mentertawai karena bertingkah seperti anak kecil, Durm menerbangkannya dengan mendorong sekuat tenaga di pekarangan rumah.
Semakin lama pesawat kertas ini semakin terbang tinggi dan menghilang.” Cepat sekali terbangnya,” dia terheran – heran. “Hei! Apa yang sedang kau lakukan? Cepat pasang tiang gantungan di lapangan! Setelah itu beri pengumuman kepada semua warga!” Bentak Kichiro yang muncul dari dalam rumah. Kichiro ini adalah salah satu orang yang menyertai Dasim dalam usaha penyergapan Raheem di dalam kereta api. Kekuatannya selevel dengan Ifridz akan tetapi dalam menghabisi musuhnya sangat halus berlawanan dengan Ifridz yang benar – benar sadis.“Ba-baik, tapi tunggu sebentar. Aku akan mengambil topiku dahulu,” ia bergegas masuk ke dalam mengambil topi dengan raut wajah penuh ketakutan.
Para penjaga tidak menyadari jika terjadi suatu keanehan dengan pesawat kertas yang dibuat oleh Durm karena pesawat kertas itu terbang dengan cara yang tak biasa. Setelah terbang selama kurang lebih setengah jam, pesawat kertas mendarat tepat di hadapan gorila raksasa yang pernah menolong Thea yang ternyata belum kembali ke hutan tempat asalnya. Hal ajaib yang terjadi berikutnya adalah lipatan – lipatan dari pesawat kertas terbuka dan kembali ke posisi semula. Gorila tersebut sempat mundur beberapa langkah karena merasa ketakutan namun akhirnya memberanikan diri untuk mencoba mendekati kertas Lamus.
Kertas Lamus memunculkan gambar penangkapan Thea mulai dari awal dia dibuat pingsan hingga disekap bersama Raheem. Mengetahui Thea tertangkap, gorila merasa sangat marah dan memukul dadanya yang berbulu berkali – kali. Suara teriakannya yang keras mampu membuat beberapa warga yang tinggal di sekitar lereng gunung ketakutan.
----*****----
Sore itu, lapangan sudah penuh sesak dengan lautan manusia. Mereka terus meneriakkan kata – kata yang menuntut Raheem dan Thea agar digantung. “Tenang, tenang semuanya! Tuan Dasim akan berbicara jadi dengarkanlah baik – baik,” Kalara meminta kepada seluruh warga. “Terima kasih semuanya atas kesedian kalian datang ke sini. Hari ini kita akan mengeksekusi dua orang yang telah lancang dan berani melawanku. Kalian akan menjadi saksi kedua orang ini meregang nyawa di tiang gantungan,” kata – katanya diikuti sorak sorai para warga.
Tak hanya mengumumkan eksekusi mati, Dasim juga memamerkan Azwad kepada seluruh warga. “Lihatlah! Kalian tahu apa ini? Ini adalah Azwad yang telah lama hilang dan kini telah kembali kepada kita. Tak lama lagi, dunia akan dipenuhi dengan hawa kejahatan yang akan aku bebaskan dari batu ini dan pada akhirnya, hanya akan ada satu bangsa yang terkuat di dunia yaitu Bangsa Ibran!” lagi – lagi warga bersorak.
“ Sebentar lagi kalian akan mati maka nikmatilah,” Durm yang berdiri tak jauh dari Thea meledeknya. “Dan untuk yang terakhir kalinya aku ingin minta maaf karena aku telah mengambil makanan dan minuman dari tasmu. Kamu tahu, permen ini rasanya cukup enak walaupun agak aneh di mulut,” Durm berlalu sambil terus mengunyah benda tersebut dan sesekali minum air putih dari botol yang didapatkannya dari dalam tas. Dari kejauhan, terlihat seseorang yang misterius membawa senapan dan mengarahkannya ke tiang gantungan.
“Bagaimana, apakah kalian sudah mendapatkan kata – kata terakhir untuk disampaikan?” Dasim bertanya. “Ya, aku punya kata – kata terakhir,” jawab Thea. “Oh, bagus kalau begitu. Sekarang katakan padaku apa kata – kata terakhirmu?” tanyanya sekali lagi. “ Sebaiknya dirimu segera berlindung jika tidak...,” belum selesai Thea mengatakannya terdengar suara letusan senapan beberapa kali yang memutuskan tali gantungan. “Lompat sekarang!” Raheem dan Thea berhasil melompat. “Apa - apaan?!” Dasim dan semua orang yang ada di sana terkejut. Belum selesai keterkejutan mereka, mereka sudah dikejutkan lagi dengan ledakan yang menggelegar dari atas panggung yang membuat tubuh mereka terpental beberapa meter. Orang – orangpun berhamburan karena takut.
“Dari mana asal ledakan itu?” tanya Raheem pada Thea . Rambut mereka penuh debu dan tubuh mereka tertindih serpihan – serpihan papan kayu. “ Benda yang dikira permen oleh anak buah Dasim sebenarnya adalah biji tanaman Encracth yang akan tumbuh dengan cara melipatgandakan sel – selnya dalam tempo yang singkat apabila bersenyawa dengan mata air Sumber Kehidupan yang ada di dalam botol akibatnya tubuhnya tak sanggup menahan pertumbuhan yang signifikan seperti itu dan menjadi hancur,” Thea menjelaskan. Kemudian, Thea dan Raheem berjalan di antara reruntuhan dengan keadaan tangan masih terikat. Beberapa mayat bergelimpangan di sekitar panggung dengan kondisi cukup mengenaskan. Di antara mayat – mayat itu terdapat Kalara dengan luka yang parah. Sebagian wajahnya hancur dan perutnya tertusuk patahan kayu yang cukup panjang. Namun, Thea tidak menjumpai mayat Dasim, Ifridz dan Kichiro.
Di saat melintasi mayat – mayat itulah, ia menemukan sebuah pisau kecil yang tergeletak di samping sebuah mayat. Dengan pisau ini, tali yang mengikat mereka bisa terlepas.
“Siapa yang menyelamatkan kita tadi?”
“Aku sendiri tidak tahu. Aku juga penasaran.”
Terdengar suara derap langkah kaki dan ini membuat keduanya memasang sikap waspada. Sosok ini memanggul senjata laras panjang jenis M1 Garand. Di balik kepulan asap dan debu, muncul sebuah wajah yang dikenal Thea. Sebuah cerutu terlihat terselip di antara rahang – rahangnya yang kokoh.
“Tuan Bernard?”
“Kamu mengenalnya?”
“Ya..ya tentu. Dia adalah pemilik kedai di daerah ini dan aku sempat minum di tempatnya.”
“Apakah kalian tidak apa – apa? Adakah yang terluka?”tanya Bernard. “Oh, tidak. Hanya sedikit lecet,” jawab Thea.”Oh, hampir lupa. Kenalkan, ini Raheem.” Tuan Bernard tersenyum.” Aku sudah pernah bertemu dengannya saat kalian masih di hutan dulu . Aksimu saat di hutan lumayan juga,” ia menghisap cerutunya dalam – dalam.
“Bagaimana Anda bisa tahu semua itu? Jangan – jangan Anda adalah...,”sebelum kata – kata Thea selesai diucapkan, Laki – laki yang ada di depannya membuka wajah palsunya. Betapa terkejutnya Raheem dan Thea. “Kakak?! Bagaimana bisa dirimu ...,” Kata – kata Thea terpotong oleh suara di belakangnya. “... masih hidup?” Suara Dasim menahan geram. Di sebelah kiri dan kanannya terdapat Ifridz dan Kichiro. Tubuh mereka hanya mengalami sedikit luka. Raheem dan Thea menoleh ke belakang .” Oh, kenapa mereka tidak mati – mati juga?” Raheem menggerutu.
Omar menanggapi pertanyaan dengan santai. “Dasim, Dasim. Hanya orang bodoh yang akan tewas oleh senjatanya sendiri. Saat kau menusukku dengan pedangku sendiri, aku sudah melindungi diriku dengan membuat lapisan lemak artifisial yang cukup tebal sebelumnya. Mengenai cairan merah yang engkau anggap darah, itu adalah cairan asam yang selalu aku persiapkan di balik jubah untuk mengelabui musuh.Aku juga bisa mengetahui lokasi tempat ini dengan menggunakan GPS yang aku tancapkan di jubahmu dengan cara meludahimu saat itu.”
Mendengar keterangan Omar, Dasim semakin geram. Dia meraba ke sekujur jubahnya dan didapatinya GPS berukuran kecil yang menempel di sekitar pusar. “Brengsek!!” ia menghancurkan GPS dengan cara meremasnya.” Kali ini aku pastikan kalian akan tamat!!” Pertarungan akhir yang menentukan nasib dunia akan segera terjadi.
( TO BE CONTINUED)