Archive for Agustus 2014
Monster – monster bernama Ghorqod itu kini mengepung mereka berdua. Pandangan makhluk - makhluk ini sangat liar dan siap menerkam mangsa di hadapannya. Kini, tak ada jalan keluar lagi. Di sisi lain, tatapan Thea dan Raheem sangat fokus dengan tangan semakin erat menggenggam pedang masing – masing.”Ada apa denganmu?? Kenapa tanganmu gemetar begitu?”Thea heran.”Gemetar?? Gemetar apanya..tidak kok,” Raheem pura – pura. Salah satu Ghorqod melompat dan menyerang dengan tiba – tiba dengan menghantamkan sebuah pukulan ke arah Raheem yang tidak siap. Akibatnya, Raheem terhempas dengan cukup keras dan membuat Thea cukup terkejut.
Sepotong tangan terjatuh di atas tanah diikuti suara erangan. Thea menebas salah satu tangan Ghorqod yang menyerang Raheem. Tanpa memberi kesempatan, Thea memberi serangan kedua yang membelah tubuh Ghorqod menjadi dua bagian hingga tewas seketika. “Kau tidak apa – apa?” Thea khawatir jika Raheem terluka parah.
“Akhh, sakitnya lumayan juga. Pukulan seperti itu tak akan cukup membuatku mati.”
“Dasar kamu ini. Kamu membuatku khawatir, kamu tahu itu? Sekarang bangun. Masih ada pekerjaan yang harus kita selesaikan.”
Sebuah pertarungan yang cukup sengitpun terjadi. Para Ghorqod menyerang secara bersama dengan mengubah tangan – tangan mereka menjadi semacam akar yang siap membelit namun Thea dan Raheem bergerak sigap untuk menghindari serangan dengan cara melompat. Akan tetapi, akar – akar ini terus mengikuti kemanapun keduanya bergerak dan akhirnya berhasil mengait kaki keduanya yang membuat mereka terhempas ke tanah. Beberapa Ghorqod yang lain berhasil membelit tangan keduanya dengan sangat erat yang membuat pedang terlepas dari tangan. “ Matilah kita sekarang. Ada ide?” Raheem melihat ke arah Thea. Yang dilihat hanya terdiam tanpa berbicara sepatah katapun. Dalam keadaan terdesak, tiba – tiba terdengar suara pekikan puluhan gagak dari langit. Gagak – gagak ini menyerbu para Ghorqod dan terlepaslah Raheem dan Thea.
Raheem dan Thea sejenak bangkit. “Dari mana datangnya burung – burung ini??” Raheem heran. Dengan melihat burung - burung gagak yang mengerubuti para Ghorqod, Thea berujar pendek, “ Omar. Mereka adalah jelmaan kakakku,Omar. Ternyata dia menyusulku ke sini.” Raheem terkaget – kaget mendengar penjelasannya. Setelah berhasil melumpuhkan para Ghorqod, para gagak berkumpul membentuk siluet manusia dan seketika berubah menjadi seorang lelaki yang tampan .” Kakak!” Thea berlari dan memeluk sang kakak cukup lama.” Oh, hampir lupa Kak. Ini adalah Raheem.” Dengan memegang lengannya yang masih sakit, Raheem berjalan mendekat.” Aku sudah tahu. Kami sudah pernah bertemu sebelumnya di pemakaman,” Omar menjelaskan seraya tersenyum. Sedikit terkejut, Raheem mencoba mengingat – ingat kembali kejadian di pemakaman.
” Oh, ternyata burung gagak yang ada di pemakaman waktu itu adalah.. kau?”
“ Benar. Aku tak tega membiarkan adikku pergi sendirian membawa beban tugas seberat ini, makanya aku mengikutinya. Baiklah, mari kita segera pergi dari sini.”
Terjadi keanehan saat mereka hendak meninggalkan tempat itu. Bangkai – bangkai Ghorqod yang telah tercerai berai menyatu dan berubah menjadi Ghorqod raksasa. “ Ini tidak bagus. Kalian berdua cepat pergi dari sini. Aku akan menahannya selama mungkin,” Omar berkata. “ Tapi Kak, aku tidak akan meninggalkanmu sendirian di sini. Kita akan mengalahkannya bersama,” Thea menangis. “Bodoh!! Apakah diriku lebih penting daripada nasib dunia??Cepat pergi dari sini!!” bentaknya. “ Sudahlah Thea, kita pergi dari sini. Jangan cemaskan kakakmu. Kau lihat sendiri tadi bukan? Ia akan baik – baik saja,”Raheem mencoba membujuk Thea. Dengan berat hati, Thea pergi meninggalkan kakaknya. Saat hendak pergi, Omar memanggil sang adik.”Thea, bawalah ini bersamamu. Mudah – mudahan bisa menolongmu,” kata Omar sambil melemparkan sebuah tas kecil ke arah adiknya.“ Tas itu berisi beberapa benda yang bisa menolongmu,” ia menjelaskan “ Di dalamnya juga terdapat handy talky dan aku akan menghubungimu nanti setelah urusanku selesai.” Tak lama setelah itu,Thea berlari menerobos hutan. Sesekali ia menoleh ke belakang. Omar tersenyum padanya. Semakin lama,senyum itu semakin hilang dan tak terlihat lagi. “Kakak, semoga kau selamat dan bisa menyusul kami,” katanya dalam hati dengan diiringi isak tangis.
Makhluk ini sungguhlah sangat besar dan kuat. “ Dasar monster jelek. Kau sungguh membuatku kesal,” Omar menggerutu. “ Baiklah, kita selesaikan sekarang urusan kita yang belum selesai.” Sebuah cahaya seperti petir muncul dari tangan kanannya dan terbentuklah sebuah pedang. Pedang ini disebut pedang Zovac yang terkenal sangat tajam dan kuat. Konon, pedang ini didapatkan oleh Nyonya Anne setelah ia mendapatkan petunjuk lewat sebuah mimpi. Di dalam mimpinya, ia harus pergi ke Gunung Catau untuk menarik keluar pedang ini dari dalam magma. Gunung Catau sendiri adalah satu di antara empat gunung utama penyangga bumi. “Sudah lama kita tak bertemu sahabat lama. Mari kita enyahkan makhluk jelek ini,” Omar berkata pada pedangnya.
Sebuah serangan pembuka datang dari Ghorqod. Tangan – tangan akarnya yang lebih mirip tentakel datang bertubi – tubi sepeti puluhan tombak yang menghujam ke tanah. Omar melompat ke sana kemari dengan sangat gesitnya menghindari serangan. Tiba saatnya ia melancarkan serangan pertamanya. Omar berlari dengan sangat cepatnya di atas salah satu akar Ghorqod dan menusuk salah satu matanya. Setelah itu, ia bergerak sedikit menjauh. Pohon raksasa ini mengerang kesakitan. Suaranya melengking keras dan sangat mengerikan hingga membuat burung – burung yang ada di hutan terbang ketakutan. Teriakan Ghorqod mengagetkan Dasim dan para anak buahnya yang berada berkilo – kilo meter dari lokasi pertarungan. “ Suara apa itu?? Jangan – jangan suara itu ada hubungannya dengan mereka,” Dasim menduga.” Cepat kita ke sana sekarang!!”Dasim memberi instruksi pada para anak buahnya. Sesaat langit terlihat penuh dengan beberapa gumpalan hitam yang membuat keadaan gelap untuk beberapa saat.
Sementara itu, Omar yang berhadapan dengan Ghorqod merasa cemas.“Oh, tidak. Aku telah membuatnya sangat marah,” ia melihat sebuah akar raksasa yang menuju ke arahnya. Terlambat menghindar dan terhempaslah Omar ke tanah dan menimbulkan suara yang sangat keras. Saat mencoba bangkit, dia merasakan getaran dari dalam tanah dan keluar sebuah duri raksasa dari lokasi ia terjatuh.
Omar berguling menghindari duri tersebut. “ Untung saja aku cepat menghindar. Terlambat sedikit saja aku bisa jadi sate,” dia kaget dengan nafas tersengal – sengal. “ Brengsek. Duri ini pasti berasal dari akar – akarnya yang ada di dalam tanah. Jika akarnya begitu banyak maka pasti durinya juga...,” belum sempat ia selesai berpikir, ia dikejutkan oleh duri – duri lain yang muncul dari dalam tanah. Mereka seakan mengikuti kemanapun ia berpindah. Saat Omar lengah, lidah Ghorqod yang mengandung cairan asam membelit tangan kanannya yang semakin lama semakin kencang. Omar merasakan tangannya seperti terbakar dan melepuh sekaligus membuat Zovac terlepas dari genggaman. Lidah ini dengan cepat menarik kakak Thea ini ke dalam mulut dan Ghorqod berhasil menelannya hidup – hidup. “Oh, tidak!! Aku tidak bisa bergerak di dalam sini. Badanku lemas sekali dan kekuatanku seperti menghilang,” Omar mencoba menggerakkan tubuhnya di dalam lambung monster pohon ini tapi sia – sia. Tulang – tulangnya serasa remuk karena ditekan dari segala arah. “Kini akupun tak sanggup melakukan kontak dengan Zovac,” Omar merintih.
Beberapa saat kemudian, Dasim dan anak buahnya tiba.” Wah wah wah..ternyata ini semua ulahmu Ghorqod, “ Dasim tersenyum sinis. “ Lihatlah tempat ini sekarang, hancur berantakan oleh ulahmu. Kau sungguh hebat.” Ghorqod merasa bangga mendapat pujian dari tuannya.
“Apa ini semua ada hubungannya dengan...seorang remaja bernama Raheem dan temannya?”
“Benar Tuanku. Beberapa saat yang lalu aku memata – matai pembicaraan mereka berdua dan dari pembicaraan mereka, aku menjadi tahu jika mereka melarikan diri dari Anda.”
“Lantas, di mana mereka sekarang?Apakah kau berhasil membunuh atau setidaknya menangkap mereka hidup – hidup?”
“Maaf, Tuan. Me..mereka berhasil kabur...”
“Apa? Dasar bodoh!! Buat apa kau memiliki badan besar tapi menghadapi dua ekor tikus saja tak sanggup! Dasar tidak berguna!”
“Seseorang bernama Omar telah membantu mereka dan kini ia terperangkap di dalam perutku dalam keadaan hidup.”
“ Kalau begitu, cepat keluarkan! Aku akan berbicara cukup banyak dengannya.”
Ghorqod memuntahkan Omar dari dalam perutnya. Bruk!! Badannya tergeletak di tanah dan tak berdaya. Omar merasakan pandangannya yang kabur perlahan mulai normal. Dilihatnya sebuah kaki yang terbungkus sepatu boot mendekat. Orang yang ada di hadapannya kini mengambil posisi jongkok, memegang dagu Omar dan mendongakkan kepalanya. “Hmm, kau sungguh berani melawan Ghorqod namun tak cukup kuat untuk mengalahkannya,” Dasim meremehkan Omar. “Sekarang katakan padaku, ke mana mereka akan membawa ‘Si Bocah Kecil’?Aku tahu mereka akan membawanya ke Homs tapi aku perlu memastikan mereka akan membawanya ke mana dan aku akan membiarkanmu tetap hidup,” Dasim memberi sebuah tawaran.
Omar tertawa mendengar tawaran itu. “ Lebih baik aku mati daripada memberitahumu ke mana adikku, Thea akan membawa pergi Raheem. Cuih!!” Omar meludahi wajah Dasim. Dengan menahan marah, Jenderal Bangsa Ibran itu membersihkan wajahnya dari ludah. “ Oh, jadi dia adalah adikmu? Baiklah kalau itu maumu. Akan aku penuhi permintaanmu. Kemudian, tanpa sengaja ia melihat pedang Zovac yang tergeletak tidak cukup jauh dari tempatnya berdiri dan memungutnya. “Aku akan membuatmu cepat mati tanpa merasakan sakit,” kali ini ekspresi Dasim cukup tenang. Akhirnya, Omar tewas cukup mengenaskan tertebas oleh pedangnya sendiri. “Kita akan menemukan kedua tikus itu dengan menggunakan ini,” Dasim tersenyum senang setelah menemukan sebuah handy talky dari saku celana Omar. “Tak usah terburu – buru, kita singkirkan dulu mayat orang ini agar tidak menimbulkan kecurigaan orang. Tunggu kedatanganku dan jangan lupa siapkan barang pesananku bocah!,” ia tersenyum sadis seraya membersihkan tangannya dari cipratan darah.
(TO BE CONTINUED...)