Archive for September 2014
“Sepertinya aku tak punya pilihan lain selain menggunakan Azwad untuk membinasakan sampah – sampah seperti kalian,” kotak emas berisi Azwad kini terbuka di depan mata Dasim. “Aku akan membebaskan semua dosa manusia yang di dalam batu ini dan aku akan menjadi kuat karenanya sekaligus tak terkalahkan.”
“Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan dan panjang,” kata Omar. “Sepertinya begitu,” Thea menimpali. Dengan hanya menggerakkan kedua tangannya, Dasim membuat batu – batu Azwad melayang dan memancarkan kilatan – kilatan cahaya berwarna hitam kebiruan. Tanah bergetar dengan kencang seperti sedang terjadi gempa yang diikuti dengan retakan di sana – sini. Sementara sebagian tanah yang lain terkelupas. Tak berhenti sampai di situ. Langitpun mendadak gelap dan petir menyambar.
Sesuatu yang sangat mengagetkan Raheem dan teman – temannya adalah ketika Dasim membuka jubahnya. Tubuhnya tak sepenuhnya tubuh seorang manusia. Tubuhnya lebih mirip mesin yang tercangkok di antara gumpalan daging. Sebuah jantung yang terbungkus membran transparan terdapat di bagian kiri dadanya. Bergeser ke bagian tengah dada, terdapat rongga berbentuk bulat dengan puluhan kabel yang terhubung ke tiap bagian tubuhnya.
Azwad bergerak perlahan dan masuk ke rongga ini dan tersegel. Energi yang berasal dari kumpulan dosa miliaran manusia mengalir di dalam kabel – kabel dan menstimulus perubahan genetis pada DNA di dalam sel – sel tubuh. Jaringan baru mulai bermunculan dari tubuh Dasim. Diawali munculnya dua pasang tangan baru di punggung dan di pinggang, ekor bercabang tiga yang memancarkan api, dan puncaknya adalah kepala Dasim terbelah dan dari dalamnya muncul kepala baru dengan volume otak yang lebih besar dan memanjang ke belakang. Otak ini dilindungi oleh semacam cairan bening dan kental seperti janin di dalam rahim yang dilindungi oleh air ketuban. Sementara itu, dia tidak memiliki mata namun memiliki mulut yang lebarnya mendekati lubang telinga dengan gigi yang besar dan tajam. Air liur sesekali menetes dari sana. Angggota tubuh tangan dan kaki yang semula memiliki lima jari, kini berubah hanya memiliki tiga jari.
“Ukh,..monster yang sangat jelek,” Raheem merasa jijik. “ Lebih jelek dari Ghorqod aku kira,” Thea menimpali.
“Oh, aku merasa sangat berbeda sekarang. Jauh lebih kuat dari sebelumnya ha..ha..ha!” Dasim melihat ke sekujur tubuhnya. “Hm, aku ingin mencoba seberapa dahsyat kekuatanku.”
Kepalanya bergerak melihat ke sekeliling. Pandangannya terhenti ke sebuah bukit besar di belakang Raheem. Dengan hanya menggerakkan tangan secara vertikal, Dasim mampu membelahnya menjadi dua. Betapa terkejutnya Raheem mendengar suara gemuruh dari bukit di belakangnya. Kini, Raheem hanya mampu melihat ruang kosong tanda tidak ada satupun yang tersisa. “Mengerikan,” kata Omar singkat.
“Hari ini aku menantangmu!” Dasim mengarahkan jari telunjuknya ke arah muka Omar. “Dan biarkan Ifridz dan Kichiro yang meladeni kedua anak itu.Kalian berdua, bawa anak – anak itu pergi dari sini dan habisi mereka dengan tanpa ampun.”
Kaki tangan Dasim yang sebenarnya kakak adik itu menghilang layaknya angin dan muncul tiba – tiba di depan Raheem dan Thea. Belum selesai keterkejutan mereka, Ifridz dan Kichiro sudah membawa mereka pergi entah ke mana dan meninggalkan Omar sendirian.” Sekarang, hanya tinggal kau dan aku. Akan segera kukirim dirimu ke akhirat untuk yang kedua kalinya dan aku pastikan kali ini aku tak akan gagal,” sepertinya Dasim masih memendam kekesalannya setelah Omar berhasil menipunya dengan berpura – pura mati.
----*****----
Sementara itu, di sebuah padang pasir yang tidak begitu jauh dari lokasi pertarungan antara Omar dan Dasim, Raheem dan Thea bersiap menghadapi Ifridz dan Kichiro. “Setelah ini , kami akan memperlihatkan sesuatu yang menarik pada kalian,” kata Kichiro. Sebuah botol berukuran mini berisi cairan berwarna biru kini berada di tiap genggaman Ifridz dan Kichiro. Kakak beradik itu lantas meminumnya dan sesuatu terjadi. Tubuh mereka mendadak perlahan – lahan mencair dan bersatu. Cahaya yang terang benderang muncul dari percampuran ini dan membuat silau setiap mata yang melihatnya. Dari dalamnya perlahan muncul sesosok pribadi yang berbeda.
Raheem dan Thea dapat merasakan hawa kekuatan yang sangat dahsyat. Mereka terpaksa melindungi wajah mereka dengan tangan akibat terpaan angin kencang yang bercampur dengan hawa panas. “Perkenalkan, namaku adalah Lock Man. Gabungan dari nama asli kami berdua, Wenlock dan Mandevill. Nama asli kami sendiri jika di tafsirkan menjadi ‘we – unlock – man – devil’ yang bila diartikan kurang lebih ‘kami membebaskan manusia iblis’ dan perwujudannya bisa kalian lihat sekarang.”
Wujud Lock Man adalah iblis bermata satu dengan mata yang lebar hingga memenuhi hampir seluruh wajahnya. Di dahinya terdapat gambar segitiga piramida berwarna kuning keemasan. Turun ke bagian badan, separuh badannya berwarna hitam dan sebagian yang lain berwarna merah. Di bagian dada, terdapat percikan api kecil berwarna biru. Ciri khasnya saat bertempur melawan musuh adalah selalu membawa tongkat emas yang ujungnya bergambar bintang hexagon dan di tengahnya terdapat sebuah lingkaran.
“Baiklah, sebaiknya pertarungan ini dimulai saja,” Lock Man melepaskan genggaman dari tongkat emasnya. Kemudian, tongkat ini bergerak sendiri dan berhenti persis sejajar dengan tubuhnya. Suara mendesis terdengar dari mulutnya saat ia mengucapkan mantra. Sepertinya ada sesuatu yang ingin dilakukannya dengan tongkat emas tersebut.
“Apa yang akan dia lakukan?” Raheem bertanya pada Thea. “Aku sendiri tidak tahu. Aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya,” Thea menjawab. “Bersiaplah untuk menghadapi iblis – iblis peliharaanku dari Dunia Kegelapan,” Lock Man tersenyum menyeringai. Sebuah lubang hitam muncul dari lingkaran tongkat emasnya. Semakin lama lubang hitam ini semakin membesar dan dari dalamn berterbangan banyak iblis dengan wajah yang menyeramkan. Mereka terbang dengan kecepatan yang sangat tinggi ke arah Raheem dan Thea.
Dua iblis berhasil menangkap Thea dan membawanya terbang tinggi. “Ah, Raheem tolong!!,” Thea menjerit di atas sana. Semuanya serasa terbalik sekarang. Thea yang seharusnya menjadi penjaga dan pelindung Raheem malah tak berdaya.”Thea!!,”Raheem menyesal karena kalah cepat dengan mereka.
Nasib Raheem tidak berbeda jauh. Bahkan, lebih parah. Segerombolan iblis menerjang tubuh Raheem dan menyebabkannya tergolek tak berdaya di antara reruntuhan tebing. Thea sendiri di atas ketinggian sempat melihat kejadian ini. Namun ,hal yang tak terduga tiba – tiba terjadi. Dua bongkah batu besar menghantam tubuh para iblis yang membawa Thea dan mengakibatkan mereka bertiga terjatuh. Beruntung bagi Thea. Ada sesuatu yang menangkap tubuhnya dan menyelamatkannya yang ternyata adalah sang gorila. Untuk beberapa lama gorila berlari dan melompat di antara tebing sebelum mendaratkannya.
Setelah berhasil mendarat, Thea segera turun dari genggaman sang gorila dan berlari menuju tempat Raheem tertimbun reruntuhan. Ketika berlari inilah, Thea merasakan sesuatu yang aneh dari balik reruntuhan dan berhenti seketika. Ia tidak berani lagi melanjutkan niatnya. Benar saja, reruntuhan ini bergerak berulang kali namun dengan gerakan yang tidak biasa karena diiringi munculnya cahaya dengan sensasi yang aneh. Cahaya ini terasa tidak menyilaukan mata akan tetapi di sisi lain terasa menyejukkan dan menentramkan batin.
” Inikah yang disebut dengan aura itu? ,” Thea membatin.
Cahaya ini semakin lama semakin terang dengan warna yang beraneka ragam. Thea merasakan hawa yang berbeda bila dibandingkan hawa milik Lock Man karena dia merasakan kekuatan yang jauh lebih kuat dan positif. Dari balik cahaya muncul Raheem yang penampilannya sungguh berbeda dari sebelumnya.
Matanya merah menyala dan rambutnya terlihat kaku – tajam. Cahaya matahari membuatnya berkilau seperti cahaya yang memantul pada sebongkah logam. Pada dahinya terikat sehelai kain dan bajunya berkerah tinggi yang membuat bibir hitamnya tak terlihat. Raheem melihat ke sekujur tubuhnya. “Sebaiknya kamu pergi sejauh mungkin dan berlindung ke tempat yang aman,” kalimat itu dia ucapkan seraya berlalu tanpa memandang sedikitpun ke arah Thea.
“Kamu tidak bisa melakukan itu padaku,” Thea protes. Protes itu dijawabnya hanya dengan mengarahkan dua jari – telunjuk dan tengah – ke dahi Thea dari jarak dua meter. Thea ambruk dan pingsan. “ Bawalah dia pergi dari sini. Aku tidak ingin melihatnya terluka,” gorila mendengarkan kalimat yang dia tahu kalimat itu ditujukan kepadanya. Seakan mengerti maksud Raheem, gorila segera membopong Thea dan pergi dari situ.”Sekarang kita segera selesaikan urusan kita karena terus terang aku tidak suka tempat ini,” Raheem berkata. “Tenang saja, akan segera aku kirim dirimu ke tempat yang jauh lebih menyenangkan yaitu neraka,” Lock Man tertawa terkekeh – kekeh.
----*****----
Suara letusan senjata memecah kesunyian. Selongsong peluru penyok terjatuh di antara kaki Dasim. “Sepertinya itu ide yang buruk,” Omar menyinggung perbuatan yang baru saja dilakukannya. Dasim membalas dengan mengeluarkan banyak bola api dari dalam mulut. Ledakan demi ledakan terjadi dan membuat semua seperti neraka karena penuh dengan kobaran api.
Dari dalam kobaran api muncul Omar. Omar melompat dan menghantamkan pedangnya ke arah kepala Dasim. Kepala Dasim sungguh keras hingga tak mampu melukainya sedikitpun. “Makhluk apa dia ini?” kata Omar dalam hati.
“Akhh..,” Omar mengerang kesakitan saat sebuah pukulan mengenai perutnya dengan telak. Tubuhnya terlempar dan terhempas keras ke tanah. Omar berusaha bangkit dan membalas serangan Dasim. Omar memejamkan matanya dan menyilangkan kedua tangan di atas dada. Perlahan tubuhnya melayang di udara. Di suatu titik tertentu, tubuh Omar terhenti. Perlahan sebuah bola energi kecil berwarna kuning keemasan muncul dari atas kepala. Semakin lama, bola energi ini semakin membesar dan mampu menghisap segala benda yang ada di sekitarnya.
“Terimalah ini,” kata Omar singkat. Dihantamkannya sekuat tenaga bola energi yang berhasil dikumpulkannya dengan kecepatan tinggi. “Tepat sasaran!,” saat ia melihat bola ini mengenai Dasim. Manusia yang sudah berubah menjadi monster itu terseret sangat jauh. Kekuatan dahsyat dari bola energi ini mampu menghancurkan benda – benda yang dilewatinya dan diakhiri ledakan dahsyat. Dari kejauhan ledakan ini terlihat seperti jamur raksasa.
“Sudah berakhir sekarang,” Omar merasa lega kemudian turun setelah beberapa saat melayang. Tempat itu kini hancur tak terbentuk. “Sekarang aku harus pergi dari sini untuk menyelamatkan Thea.” Baru melangkahkan kaki beberapa langkah, Omar sudah harus terhenti. Ada sesuatu yang aneh dia rasakan. Di atas tanah, Omar melihat bayangan sesuatu. Semakin lama, bayangan ini semakin besar.
Omar memalingkan dirinya. Ternyata Dasim belum tewas. Bahkan, kini muncul kembali dengan bentuk yang lebih aneh. Tubuhnya dua kali berukuran lebih besar dan di sebelah kiri dan kanannya, beberapa pasang tangannya mengalami perubahan. Sebagian masih berbentuk tangan asli dan sebagian lagi bermetamorfosis menjadi seperti mata bor tajam yang berputar. “Ternyata aku harus lebih bekerja keras hari ini,” Omar kesal. “Aku takkan semudah itu dikalahkan karena aku abadi. Aku juga pastikan dirimu tidak akan bisa melihat lagi matahari esok hari,” Dasim mencoba meyakinkan musuhnya. “Mungkin adikmu bersama temannya kini sedang meregang nyawa di tangan Ifridz dan Kichiro. Jangan khawatir, kau juga akan segera menyusul mereka.” Sontak, Omar merasa cemas dan berharap adiknya baik – baik saja.
Matahari bersinar begitu teriknya. Hanya sedikit awan terlihat. Itupun hanya awan – awan tipis. Mereka menjadi saksi pertempuran lain antara Raheem dan Lock Man. Salah satu prajurit Lock Man, Iblis Mata Tiga, mencoba menyerang Raheem tapi gagal. Sebelum berhasil melukainya, Raheem mencekik Iblis Mata Tiga hingga sang iblis mengerang kesakitan dan mengeluarkan suara seperti orang kesulitan bernafas. Seiring semakin kencang Raheem mencekiknya, iblis ini berteriak dan lenyap. “Masih ada yang lain lagi?” nada Raheem seolah menantang.
Merasa dilecehkan, Lock Man mengeluarkan jurus yang lain. Kali ini, para prajurit iblisnya bergerombol untuk membentuk pusaran angin tornado. Bagian ujung tornado mendadak berubah arah. Ia seperti mengincar sesuatu yang tak lain adalah Raheem. Kini, Raheem berada di tengah pusaran tornado iblis dan terjebak di dalamnya. “Kembalilah kalian ke Dunia Kegelapan sekarang karena tugas kalian telah selesai,” perintah Lock Man. “Baik Tuan,” suara ini terdengar seperti gaung sehingga kurang jelas terdengar. Pusaran angin jahanam sedikit demi sedikit masuk ke dalam lubang hitam yang telah diciptakan Lock Man dari tongkat hexagon miliknya dan setelah semua iblis masuk ke dalamnya, lubang hitam menutup.
Tamat sudah. Ternyata, kekuatanmu hanya sampai di situ,” Lock Man menunjukkan keangkuhannya sebelum dia menyadari ada sesuatu yang tidak beres.
Beberapa menit setelah Raheem tersedot,Tongkat Hexagon bergetar hebat. Setelah itu , terjadi retakan kecil di bagian tengahnya. Retakan ini semakin lama semakin memanjang. Ledakan dan percikan api mengiringi Raheem yang berhasil keluar. “ Bagaimana mungkin kau bisa keluar dari Dunia Kegelapan? Hargh,” Lock Man heran. “Dunia aneh yang tak menarik sekaligus membosankan, jadi kuputuskan keluar saja dari sana. Tapi aku sempat melakukan pemanasan sebentar dengan para iblis sebelum melawanmu,” Raheem berkata tanpa beban.
Kegeraman Lock Man semakin menjadi. “Kenapa kau tidak membusuk saja di dasar neraka!!,” ujarnya seraya menghantamkan tongkatnya. Dengan tenang, Raheem menahannya hanya dengan kedua jari tangan kanan. “Sekarang giliranku,” Raheem membalas. Keringat dingin keluar di sekitar wajah Lock Man ketika dia melihat bola energi terpancar tepat di depan wajahnya. Wajahnya terpaku dan badannya tak mampu ia gerakkan seperti terhipnotis. Dentuman keras membahana di padang pasir yang tandus dan membuat Thea siuman. Bersama sang gorila, Thea keluar dari dalam gua. “Raheem...,” ucapnya lirih.
Aksi balas membalas terjadi. Memanfaatkan kelengahan Raheem yang menatap matanya, Lock Man mengeluarkan sihir. Akibatnyapun fatal. Raheem tidak mampu bergerak. Perlahan – lahan tubuhnya membatu yang dimulai dari kaki kemudian naik sampai kepala. “Sekarang dirimu akan benar – benar berakhir,” Lock Man bersiap mengeluarkan senjata andalan. Sepasang pisau berbentuk kepingan bergerigi berukuran besar dilepaskan dan siap memotong tubuh Raheem. Pisau – pisau ini berputar secara vertikal dan beriringan di atas pasir.
Di saat mata pisau bergerigi siap menghabisi Raheem, terjadi suatu kejadian tidak terduga. Lock Man mengerang kesakitan. Mata saktinya ditusuk oleh Thea menggunakan tulang rusuk sisa fosil harimau yang ditemukannya di dalam gua. Seketika itu juga, pengaruh sihir menghilang dari tubuh Raheem. Raheem segera menyadari ada sepasang pisau bergerigi raksasa berputar yang mengarah padanya dan mencoba menahannya dengan membuat perisai pelindung. Pisau – pisau itu terus berputar sehingga menimbulkan percikan api ketika bergesekan dengan perisai pelindung. Lambat laun, kecepatannya berkurang dan berhenti. Begitu berhasil menahan dan menghentikannya, Raheem mengembalikan pisau mematikan itu pada Lock Man. Thea yang mengetahui hal tersebut, seketika menghindar dan sebaliknya Lock Man tidak menyadari dikarenakan matanya terluka dan tak mampu melihat. Ia memang sempat mendengar datangnya suara desingan senjata pamungkasnya itu namun semua sudah terlambat. Posisi sudah terlalu dekat dan terbelahlah tubuhnya menjadi beberapa bagian yang mengakibatkan dirinya tewas seketika.
“Syukurlah dirimu selamat, Raheem,” Thea memeluk Raheem. Nafasnya tersengal – sengal. “Terima kasih sudah menyelamatkanku untuk yang kesekian kalinya,” Raheem membalas pelukan Thea. “Sekarang marilah kita pergi dari sini dan membantu kakakmu.” Thea mengangguk. Sementara itu, jasad Lock Man yang tergeletak tak bertuan menjadi banyak butiran pasir dan hilang tersapu angin.
( TO BE CONTINUED )THE PROTECTOR (EPISODE 5: EKSEKUSI DAN LELAKI DARI BALIK ASAP)
Thea merasakan rasa sakit yang luar biasa. Seperti ada benda tumpul menghantam bagian belakang kepalanya. Tidak lama kemudian, pandangannya terasa berkunang – kunang dan tiba – tiba semua terasa gelap. “Cepat, bawa gadis ini dan masukkan dia ke ruangan yang sama dengan pemuda itu,” kata Ifridz. Seorang penjaga berbadan besar lantas menggendong Thea yang diikuti seorang penjaga lainnya yang menyita tas kecil dan pedang miliknya. Sementara itu, Ifridz berada di belakang. Diam dan memandang dengan tatapan dingin kedua anak buahnya yang berjalan semakin menjauh.
Guyuran air es yang dingin membasahi tubuh Thea. Thea yang semula pingsan akhirnya kembali tersadar. “Hello nona manis, pintar juga dirimu bisa mengetahui tempat ini. Aku kira kau sudah mati di jurang itu,” senyum yang busuk dari sang Komandan mengembang. “ Lihat siapa yang ada di depanmu?” Dasim menunjuk ke arah seorang pemuda. “Thea, aku tahu dirimu pasti selamat dan kini keyakinanku tidak salah,” Raheem merasa lega. Perasaan yang sama juga dirasakan Thea mengetahui temannya selamat.
“Wah, reuni yang menyenangkan sekali. Tetapi, sayang sekali aku harus memberitahu kalian sesuatu. Sore ini aku akan mengadakan pertunjukan yang sangat menarik. Kalian mau tahu apa itu? Kalian akan digantung dengan disaksikan oleh para warga dan tentu saja itu akan menjadi hiburan yang sangat menarik bagi mereka,” Komandan tertawa terkekeh – kekeh.
“Ah, beritahu teman wanitamu ini tentang apa yang terjadi dengan kakaknya karena sepertinya aku tak tega mengatakannya,” katanya lagi. Thea terkejut ketika kakaknya disebut – sebut oleh Dasim. “Omar...Omar..telah tewas dibunuh oleh si brengsek ini,” mulut Raheem terasa berat ketika mengucapkan hal ini. “Apa?! Tidak mungkin!! Dasar brengsek kau Dasim! Tuhan tidak akan pernah diam melihat kejahatanmu ini! Dia akan menghukummu!,” ingin rasanya Thea memukulnya akan tetapi tubuhnya terikat sangat erat di kursi.
“Baiklah, nikmati sisa – sisa waktu kalian sebelum ajal menjemput. Kalian berdua masih memiliki waktu tersisa beberapa jam lagi. Lebih baik mulai dari sekarang kalian memikirkan kata – kata terakhir yang pas menjelang eksekusi nanti,” Dasim berpesan sambil berlalu dari ruangan. Suara tawanya memenuhi sepanjang lorong yang dilewatinya setelah keluar dari ruangan tempat Raheem dan Thea disekap.
Sementara itu, di bagian ruangan lain, salah seorang penjaga yang turut membawa Thea membongkar tas pemberian Omar. Penjaga itu merasa heran dengan barang – barang yang ada di dalamnya.”Kertas apa ini? Kertas lusuh dan robek begini mengapa masih saja dibawa?” Katanya. Di samping kertas Lamus, di dalamnya juga terdapat handy talky, “kelereng – kelereng” berwarna hitam dan sebotol air putih. “Kelereng – kelereng” ini sangat lunak dan baunya harum seperti permen karet.
Seperti anak kecil, penjaga tersebut melipat – lipat kertas Lamus sehingga berbentuk pesawat. “ Hah, jadi teringat masa – masa kecil dulu,” pesawat yang ada di tangannya digerak – gerakkan. Sebelum menerbangkannya keluar, penjaga yang bernama Durm tersebut sempat masuk ke ruangan tempat Raheem dan Thea disekap untuk mengambil sesuatu lantas berlalu keluar. Dengan tidak memperdulikan teman – temannya yang terus mentertawai karena bertingkah seperti anak kecil, Durm menerbangkannya dengan mendorong sekuat tenaga di pekarangan rumah.
Semakin lama pesawat kertas ini semakin terbang tinggi dan menghilang.” Cepat sekali terbangnya,” dia terheran – heran. “Hei! Apa yang sedang kau lakukan? Cepat pasang tiang gantungan di lapangan! Setelah itu beri pengumuman kepada semua warga!” Bentak Kichiro yang muncul dari dalam rumah. Kichiro ini adalah salah satu orang yang menyertai Dasim dalam usaha penyergapan Raheem di dalam kereta api. Kekuatannya selevel dengan Ifridz akan tetapi dalam menghabisi musuhnya sangat halus berlawanan dengan Ifridz yang benar – benar sadis.“Ba-baik, tapi tunggu sebentar. Aku akan mengambil topiku dahulu,” ia bergegas masuk ke dalam mengambil topi dengan raut wajah penuh ketakutan.
Para penjaga tidak menyadari jika terjadi suatu keanehan dengan pesawat kertas yang dibuat oleh Durm karena pesawat kertas itu terbang dengan cara yang tak biasa. Setelah terbang selama kurang lebih setengah jam, pesawat kertas mendarat tepat di hadapan gorila raksasa yang pernah menolong Thea yang ternyata belum kembali ke hutan tempat asalnya. Hal ajaib yang terjadi berikutnya adalah lipatan – lipatan dari pesawat kertas terbuka dan kembali ke posisi semula. Gorila tersebut sempat mundur beberapa langkah karena merasa ketakutan namun akhirnya memberanikan diri untuk mencoba mendekati kertas Lamus.
Kertas Lamus memunculkan gambar penangkapan Thea mulai dari awal dia dibuat pingsan hingga disekap bersama Raheem. Mengetahui Thea tertangkap, gorila merasa sangat marah dan memukul dadanya yang berbulu berkali – kali. Suara teriakannya yang keras mampu membuat beberapa warga yang tinggal di sekitar lereng gunung ketakutan.
----*****----
Sore itu, lapangan sudah penuh sesak dengan lautan manusia. Mereka terus meneriakkan kata – kata yang menuntut Raheem dan Thea agar digantung. “Tenang, tenang semuanya! Tuan Dasim akan berbicara jadi dengarkanlah baik – baik,” Kalara meminta kepada seluruh warga. “Terima kasih semuanya atas kesedian kalian datang ke sini. Hari ini kita akan mengeksekusi dua orang yang telah lancang dan berani melawanku. Kalian akan menjadi saksi kedua orang ini meregang nyawa di tiang gantungan,” kata – katanya diikuti sorak sorai para warga.
Tak hanya mengumumkan eksekusi mati, Dasim juga memamerkan Azwad kepada seluruh warga. “Lihatlah! Kalian tahu apa ini? Ini adalah Azwad yang telah lama hilang dan kini telah kembali kepada kita. Tak lama lagi, dunia akan dipenuhi dengan hawa kejahatan yang akan aku bebaskan dari batu ini dan pada akhirnya, hanya akan ada satu bangsa yang terkuat di dunia yaitu Bangsa Ibran!” lagi – lagi warga bersorak.
“ Sebentar lagi kalian akan mati maka nikmatilah,” Durm yang berdiri tak jauh dari Thea meledeknya. “Dan untuk yang terakhir kalinya aku ingin minta maaf karena aku telah mengambil makanan dan minuman dari tasmu. Kamu tahu, permen ini rasanya cukup enak walaupun agak aneh di mulut,” Durm berlalu sambil terus mengunyah benda tersebut dan sesekali minum air putih dari botol yang didapatkannya dari dalam tas. Dari kejauhan, terlihat seseorang yang misterius membawa senapan dan mengarahkannya ke tiang gantungan.
“Bagaimana, apakah kalian sudah mendapatkan kata – kata terakhir untuk disampaikan?” Dasim bertanya. “Ya, aku punya kata – kata terakhir,” jawab Thea. “Oh, bagus kalau begitu. Sekarang katakan padaku apa kata – kata terakhirmu?” tanyanya sekali lagi. “ Sebaiknya dirimu segera berlindung jika tidak...,” belum selesai Thea mengatakannya terdengar suara letusan senapan beberapa kali yang memutuskan tali gantungan. “Lompat sekarang!” Raheem dan Thea berhasil melompat. “Apa - apaan?!” Dasim dan semua orang yang ada di sana terkejut. Belum selesai keterkejutan mereka, mereka sudah dikejutkan lagi dengan ledakan yang menggelegar dari atas panggung yang membuat tubuh mereka terpental beberapa meter. Orang – orangpun berhamburan karena takut.
“Dari mana asal ledakan itu?” tanya Raheem pada Thea . Rambut mereka penuh debu dan tubuh mereka tertindih serpihan – serpihan papan kayu. “ Benda yang dikira permen oleh anak buah Dasim sebenarnya adalah biji tanaman Encracth yang akan tumbuh dengan cara melipatgandakan sel – selnya dalam tempo yang singkat apabila bersenyawa dengan mata air Sumber Kehidupan yang ada di dalam botol akibatnya tubuhnya tak sanggup menahan pertumbuhan yang signifikan seperti itu dan menjadi hancur,” Thea menjelaskan. Kemudian, Thea dan Raheem berjalan di antara reruntuhan dengan keadaan tangan masih terikat. Beberapa mayat bergelimpangan di sekitar panggung dengan kondisi cukup mengenaskan. Di antara mayat – mayat itu terdapat Kalara dengan luka yang parah. Sebagian wajahnya hancur dan perutnya tertusuk patahan kayu yang cukup panjang. Namun, Thea tidak menjumpai mayat Dasim, Ifridz dan Kichiro.
Di saat melintasi mayat – mayat itulah, ia menemukan sebuah pisau kecil yang tergeletak di samping sebuah mayat. Dengan pisau ini, tali yang mengikat mereka bisa terlepas.
“Siapa yang menyelamatkan kita tadi?”
“Aku sendiri tidak tahu. Aku juga penasaran.”
Terdengar suara derap langkah kaki dan ini membuat keduanya memasang sikap waspada. Sosok ini memanggul senjata laras panjang jenis M1 Garand. Di balik kepulan asap dan debu, muncul sebuah wajah yang dikenal Thea. Sebuah cerutu terlihat terselip di antara rahang – rahangnya yang kokoh.
“Tuan Bernard?”
“Kamu mengenalnya?”
“Ya..ya tentu. Dia adalah pemilik kedai di daerah ini dan aku sempat minum di tempatnya.”
“Apakah kalian tidak apa – apa? Adakah yang terluka?”tanya Bernard. “Oh, tidak. Hanya sedikit lecet,” jawab Thea.”Oh, hampir lupa. Kenalkan, ini Raheem.” Tuan Bernard tersenyum.” Aku sudah pernah bertemu dengannya saat kalian masih di hutan dulu . Aksimu saat di hutan lumayan juga,” ia menghisap cerutunya dalam – dalam.
“Bagaimana Anda bisa tahu semua itu? Jangan – jangan Anda adalah...,”sebelum kata – kata Thea selesai diucapkan, Laki – laki yang ada di depannya membuka wajah palsunya. Betapa terkejutnya Raheem dan Thea. “Kakak?! Bagaimana bisa dirimu ...,” Kata – kata Thea terpotong oleh suara di belakangnya. “... masih hidup?” Suara Dasim menahan geram. Di sebelah kiri dan kanannya terdapat Ifridz dan Kichiro. Tubuh mereka hanya mengalami sedikit luka. Raheem dan Thea menoleh ke belakang .” Oh, kenapa mereka tidak mati – mati juga?” Raheem menggerutu.
Omar menanggapi pertanyaan dengan santai. “Dasim, Dasim. Hanya orang bodoh yang akan tewas oleh senjatanya sendiri. Saat kau menusukku dengan pedangku sendiri, aku sudah melindungi diriku dengan membuat lapisan lemak artifisial yang cukup tebal sebelumnya. Mengenai cairan merah yang engkau anggap darah, itu adalah cairan asam yang selalu aku persiapkan di balik jubah untuk mengelabui musuh.Aku juga bisa mengetahui lokasi tempat ini dengan menggunakan GPS yang aku tancapkan di jubahmu dengan cara meludahimu saat itu.”
Mendengar keterangan Omar, Dasim semakin geram. Dia meraba ke sekujur jubahnya dan didapatinya GPS berukuran kecil yang menempel di sekitar pusar. “Brengsek!!” ia menghancurkan GPS dengan cara meremasnya.” Kali ini aku pastikan kalian akan tamat!!” Pertarungan akhir yang menentukan nasib dunia akan segera terjadi.
( TO BE CONTINUED)Assalamu'alaikum.Hai guys,..!! kali ini gue mau nge-post sesuatu yang lain daripada biasanya. Kalo biasanya gue ngepost cerita - cerita fantasi, kali ini gue mau ngepost info penting. Penting bagi loe yang pengen jadi penulis dan nerbitin buku. Bagi loe yang sudah selesai nulis naskah,tapi bingung cari penerbit yang cocok buat naskah loe,gak usah bingung lah karena gue dengan sukarela akan membagi info tentang alamat dan website penerbit - penerbit buku di Indonesia. Bagi yang pengen liat- liat dulu preview nama - nama penerbit, bisa klik menu bar "WEB PENERBIT" dan bagi yang pengen langsung download alamat dan website penerbit langsung klik menu bar "DOWNLOAD" (file download nomor 2) dan ikuti petunjuk downloadnya.Oke, sekian dulu info dari gue,happy download dan semoga sukses cita- cita loe pade jadi penulis beken. Kalo dah jadi penulis beken,jgn lupa ama gue ya?? N jangan lupa follow/like blog gue,oke??!!Wassalam :D
THE PROTECTOR (EPISODE 4 : SEORANG PEREMPUAN DI SARANG “MACAN”)
Thea terus memacu mobilnya dengan kencang di antara padatnya jalanan. Ada banyak kendaraan lalu lalang di sana dan ia harus memperhatikan satu per satu mobil dengan ciri – ciri seperti yang petugas keamanan hotel katakan. Sampai ia menemukan sebuah mobil dengan ciri – ciri yang sama. Mobil itu melaju dengan kencang dan membahayakan pengendara yang lain. “ Itu dia mobilnya!” kali ini dia mencoba mendekati mobil itu. Namun, Kalara yang menyetir mobil SUV itu mengetahui kalau mereka sedang diikuti.”Komandan, sepertinya ada yang mengikuti kita,” matanya menatap ke arah spion. “ Itu pasti dia. Kalara, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan bukan?”sang Komandan berkata singkat. Kalara tahu apa yang dimaksudkan. Sebelum Thea sempat menghadang mereka, Kalara sudah terlebih dahulu menghantam bodi sebelah kiri mobil yang ditumpanginya hingga mobil itu menabrak panggar pembatas jalan dan menimbulkan suara gesekan yang diikuti percikan api. Namun, untungnya Thea berhasil menguasai mobilnya hingga berhasil dari maut.
Kali ini ia mencoba mengejar kembali. Dari kejauhan, Thea melihat pintu belakang mobil SUV terbuka. Ifridz, salah satu anak buah Dasim mencoba menghabisinya dengan melempar mobil – mobil yang ada di jalanan ke arahnya hanya dengan menggerakkan tangannya dari kejauhan. Pemandangan mobil – mobil beterbangan dan terguling - guling tersaji malam itu. Dengan sigap, Thea menghindari mobil – mobil nahas itu dengan gerakan zig – zag sehingga terjadi ledakan yang cukup keras di jalan.
“ Keras kepala juga. Aku pastikan setelah ini kau akan berhenti mengejar kami selama – lamanya,” Ifridz merasa kesal. Beberapa detik setelah Ifridz mengucapkan itu, aspal yang melapisi jalan retak di sana – sini dan runtuh seperti sedang terjadi gempa bumi . Thea tidak mempunyai pilihan lain selain keluar dari jalur dengan menerobos pagar pembatas jalan. Di kegelapan malam, sebuah mobil terjun bebas ke jurang yang cukup dalam nan gelap dan terbakar sebelum akhirnya meledak. “ Tugas akhirnya selesai. Sudah tidak ada lagi yang menghalangi kita,” kata – kata yang terdengar sangat menyakitkan di telinga Raheem. Sementara itu, seseorang sedang tergeletak di dasar jurang . Tidak seberapa jauh dari posisinya tergeletak, teronggok mobil yang terbakar hebat. Sesekali terdengar suara ledakan lanjutan.
“Akhh...,” Thea merintih dan susah payah mencoba bangun . Dengan menyandarkan tangannya pada sebatang pohon, Thea melihat ke arah mobilnya yang kini tinggal kerangkanya saja. Dia juga melihat keadaan di atas sana yang sudah kacau. Kobaran api dan sisa longsor bercampur jadi satu.
“ Sekarang aku harus bagaimana?” rasa putus asa menyembul di antara tarikan nafas yang berat. Kemudian, teringat dalam pikirannya tentang Omar. “ Kakak..., ya benar Kakak. Aku harus segera menghubunginya.” Thea meraih handy talky yang ada di dalam tas dan menghubungi sang kakak namun tak ada jawaban sama sekali. Di tengah rasa kebingungan dan putus asa, ia mendengar sesuatu. Dari balik semak – semak muncullah seekor gorila berwarna hitam dengan ukuran yang cukup besar. Matanya yang hitam memandangi Thea dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Hai te..teman. Maafkan aku karena sudah mengganggu tidurmu,” katanya dengan tersenyum kecut seraya melangkah mundur hingga ia tersadar ada sebuah pohon yang menghentikan langkahnya.
Di bawah sinar bulan purnama yang terang, Thea berhasil keluar dari dasar jurang dengan menunggangi gorila raksasa yang ditemuinya di hutan. Ia melihat ke sekeliling dan pemandangan yang mengerikan terpampang di hadapannya. Di seberang reruntuhan jalan yang telah dilewati mobilnya tadi, puluhan mobil yang terbakar dan mayat – mayat yang bergelimpangan di jalan menjadi pemandangan yang akan sulit dilupakan seumur hidupnya.
Sejenak Thea bingung tentang apa yang harus dilakukan kini karena telah kehilangan jejak hingga dirinya teringat sebuah kertas yang sudah lusuh dan agak robek yang ada di dalam tas pemberian kakaknya. Kertas ini adalah kertas ajaib bernama Lamus. “ Lamus, berikan aku denah wilayah Kota Napelez,” kertas yang awalnya polos kini perlahan – lahan mulai muncul denah Kota Napelez. Denah itu ia amati secara detail. Kota ini memiliki sekitar dua puluh distrik dan ada sebuah distrik yang membuatnya curiga. Distrik ini bernama Malmara.
“ Aku ingin informasi detail tentang Malmara,” sekali lagi dia meminta pada Lamus. Dari informasi yang diberikan, Distrik Malmara berjarak kurang lebih enam puluh kilometer arah barat daya dari Napelez. Distrik ini dikelilingi pegunungan yang membuatnya agak terisolir dari dunia luar. Di sini juga terdapat sebuah pemukiman para imigran dari Negara Ibran dan sangat rawan dengan tindakan kejahatan karena mayoritas penduduknya adalah para kriminal. “Kurasa mereka membawa Raheem ke sana. Mungkin Dasim dan anak buahnya menjadikan tempat ini sebagai tempat transit sementara sebelum kembali ke Ibran.”
----*****----
Keesokan harinya, dari atas bukit Thea mengamati mengamati segala aktivitas di Distrik Malmara. Distrik ini tidak terlalu besar sehingga memudahkannya dalam melakukan pengintaian. “Sobat, sekarang kau boleh pergi. Terima kasih atas pertolonganmu sejauh ini dan aku sangat berhutang budi padamu.Setelah ini aku akan turun ke sana untuk menyelamatkan temanku,” dielus – elusnya kepala sang gorila. Kemudian, ia turun ke sana dengan satu harapan : membebaskan Raheem.
Pagi itu, suasana cukup ramai dengan kegiatan ekonomi penduduk setempat. Tak sedikit pula yang menghabiskan pagi dengan mabuk – mabukan. Dengan menggunakan tudung, Thea berjalan menyusuri jalanan dengan harapan tidak menimbulkan kecurigaan. Setelah berjalan untuk beberapa lama, Thea berhenti karena ada sebuah tempat yang menarik perhatiannya. Sekitar sepuluh meter dari tempatnya berdiri, terdapat sebuah kedai.
“Mungkin aku bisa mendapat banyak informasi dari sini tentang keberadaan Raheem,” pikirnya sekilas.
Di lokasi yang berbeda, Raheem duduk dengan posisi kedua tangan terikat ke belakang sementara kedua matanya tertutup kain. Ruangan tempat ia disekap ini hanya memiliki sebuah lampu kecil. Itupun lampu ini tidak berfungsi dengan begitu baik. Sesekali padam kemudian menyala lagi. Begitu seterusnya. Di depan kursi tempatnya duduk sekarang terdapat sebuah meja kecil beserta sebuah kursi lagi di seberangnya.
“ Well, anak muda. Pertama – tama, aku ucapkan banyak terima kasih padamu karena sudah memberikan Azwad padaku,” Dasim membuka kain yang dari tadi menutup mata Raheem. “ Dengar, aku mencari batu ini selama belasan tahun dan kini aku bisa mendapatkannya kembali. Sekarang, kami bisa melanjutkan rencana yang sempat tertunda. Hawa jahat dan dosa – dosa para manusia di masa lalu yang menyebabkan batu ini menghitam akan kami ekstrak dan sebar ke seluruh penjuru dunia dalam wujud kapsul dengan menggunakan pesawat tanpa awak sehingga akan menginfeksi hati dan pikiran manusia sehingga tercipta kekacauan di mana – mana dan pada akhirnya banyak negara yang melemah. Bisa kau tebak, hanya akan ada satu bangsa yang terkuat di dunia yaitu Bangsa Ibran.”
“Dasar sinting!Kau sadar akibat yang akan ditimbulkan oleh ulahmu?”
“Ya, aku sangat sadar. Sadar akan betapa digdayanya dan jeniusnya bangsa kami. Bangsa kami adalah salah satu bangsa terunggul di muka bumi ini dan pintu menjadi satu – satunya bangsa terkuat kini telah ada di depan mata, ha ha ha”
“Aku yakin Thea masih hidup dan akan datang ke sini untuk membebaskanku dan merebut kembali Azwad dari tanganmu!”
“Aku tersentuh mendengarnya. Aku rasa teman wanitamu itu peluangnya untuk selamat sangatlah kecil. Lagipula, kalaupun dia selamat dia tak akan bisa menemukan tempat ini karena tempat ini sangat terpencil. “
Sebelum Dasim meninggalkan ruangan, dia mengucapkan sesuatu kepada Raheem. “Oh, aku hampir lupa sesuatu. Saat masih di hutan, aku bertemu dengan Omar. Menurutku, dia adalah orang yang keras kepala dan sulit diajak kerja sama jadi aku putuskan untuk mengakhiri hidupnya saja. Kini kakak beradik itu pasti sudah bertemu di alam baka ha ha ha”
Sungguh terkejut Raheem mendengar kematian Omar. “ Kau akan menerima balasan atas semua kejahatan yang telah kau lakukan,” katanya geram. “Tutup matanya..dan juga sumpal mulutnya agar ia tak banyak bicara lagi,” seorang penjaga yang diperintahpun mengerti apa yang harus dilakukannya.
----*****----
“Hei..aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Kau pasti pendatang, bukan?” Pemilik kedai membuka obrolan dengan Thea saat gadis itu minum - minum. “ Ya, benar. Aku adalah seorang pengembara yang kebetulan melintas di sini, “ jawab Thea mencoba bersikap ramah.“Sebaiknya berhati – hatilah jika kamu di sini. Daerah ini adalah sarang dari para penjahat. Perampok, pembunuh, copet, semua ada di sini,” pelayan kedai mengingatkan.
“Anda sendiri kenapa membuka usaha di tempat seperti ini? Bukankah lebih aman jika membuka usaha di tempat lain yang lebih aman?” rasa heran bergelayutan di pikiran Thea. “ Sebenarnya tempat ini adalah peninggalan kedua orang tuaku dan sudah berdiri jauh sebelum para imigran dari Ibran datang kemari. Sesaat sebelum ayahku meninggal, dia memintaku untuk meneruskannya. Jadilah sekarang tempat ini sebagai satu – satunya sumber penghasilanku,” tangan si pemilik kedai sibuk membersihkan meja dari gelas – gelas.”Yah, di sini memang banyak orang – orang brengsek, akan tetapi selama mereka tidak menggangguku itu tak jadi masalah.” Di tengah – tengah obrolan mereka, tiba – tiba terdengar suara pintu kedai terbuka dan masuklah seseorang yang wajahnya sangat sayu. Kelihatannya dia tidak tidur semalaman.
“Hei, Bernard. Bawakan aku segelas minuman terbaikmu!” Orang ini berteriak kepada si pemilik kedai lalu menuju ke sebuah meja yang mana teman – temannya sudah menunggu di sana. “ Baiklah Harry! Akan aku antar segera ke sana. Ngomong – ngomong kenapa terlihat lelah begitu?” tanya pemilik kedai. “Semalaman aku bertugas menjaga tawawanan yang dibawa oleh Tuan Dasim. Tawanan ini sungguh tidak bisa membuatku tidur karena ia terus membuat kegaduhan di dalam ruangan tempatnya disekap,” Harry mengeluh.”Ha..ha..ha.. memang seharusnya seperti itulah tugas seorang penjaga. Seharusnya pula kamu berterima kasih padanya karena membuatmu terhindar dari amarah Tuan Dasim. Coba bayangkan, seandainya Tuan Dasim mendapatimu tertidur pasti engkau sudah dibunuhnya,” Bernard tertawa sambil membersihkan gelas.
Setelah berada di kedai sekitar tiga puluh menit lamanya, penjaga bernama Harry ini keluar dan di belakangnya diam – diam Thea mengikuti. Langkah sang penjaga membawanya menyusuri persawahan dan perkebunan warga sebelum sampai di sebuah rumah yang letaknya agak terpencil sehingga tak banyak orang yang tahu jika di sana terdapat sebuah rumah.
Rumah ini sedikit berbeda dengan rumah lainnya. Yang membedakannya dengan rumah – rumah yang lain adalah rumah tersebut terdiri atas dua lantai dengan dua orang penjaga di depannya. Thea berhenti di antara semak – semak dan mengamati gerak – gerik Harry dan teman – teman sesama penjaganya. Mereka bertiga sedang tertawa terbahak – bahak. “Sekarang aku harus menaklukkan para penjaga itu dan membebaskan Raheem,” Thea berkata kepada dirinya sendiri.
(TO BE CONTINUED)“Kenapa dari tadi diam saja?” Raheem memperhatikan gadis yang ada di sebelahnya.”Teringat kakakmu?” ia mengira – ngira. Saat itu, mereka sedang menumpang sebuah truk bak terbuka yang mereka temui sesaat setelah keluar dari hutan. “ Kakakku adalah satu – satunya keluargaku yang tersisa setelah ayah dan ibu kami tewas saat terjadi gempa bumi dan tsunami di desa kami tiga belas tahun yang lalu. Kemudian, datanglah Nyonya Anne menyelamatkan dan merawat kami. Beliau mengajari kami berbagai ilmu bela diri dan mengirim kami ke Riweild,sekolah miliknya. Selain itu, beliau sudah menganggap kami seperti anaknya sendiri.”
Raheem mengangguk – angguk tanda mengerti. “Sebagai balas jasa kepada Nyonya Anne, Kami mengabdikan diri padanya hingga kini. Omar sangat menyayangiku dan rela mengorbankan segalanya demi kebahagiaan dan keselamatanku. Pernah suatu saat, diriku hampir tewas tatkala menghadapi Wormsand, si cacing tua raksasa dan ia datang menyelamatkanku hingga kehilangan sebelah matanya.Hari ini, peristiwa yang sama terjadi lagi. Aku hanya bisa berharap bahwa dia akan selamat dan menyusul kita.”
“Tunggu sebentar,” Raheem memotong pembicaraan Thea.”Kenapa aku tidak bertemu dengan kalian saat aku dan nenekku berkunjung ke Homs dua tahun yang lalu?” Gadis berambut sepunggung itu tersenyum. “ Itu karena kau terlalu sibuk mengamati Nyonya Anne yang misterius sehingga kau tak sempat mengamati lingkungan di sekitarmu,” sebuah ledekan yang cukup membuat mereka berdua tertawa. Langit semula biru berubah menjadi jingga tanda hari beranjak senja. Truk yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah penginapan. “ Kita bermalam di sini sebelum melanjutkan perjalanan besok,” keduanya berjalan menuju pintu masuk penginapan yang terlihat cukup ramai sore itu. Saat baru menggerakkan kaki beberapa langkah, terdengar suara dari handy talky yang ada di dalam tas.
“ Thea! Di mana kau sekarang?!”
“ Ahh, Kakak! Kau berhasil selamat?Kita sekarang berada di hotel...Blue Moon di Kota Napelez dan kita baru saja sampai.”
“ Baiklah, aku akan menyusulmu ke sana.Tunggu aku!”
Dasim lantas memutus kontaknya dengan Thea. “Bagus, tikus sudah masuk perangkap. Sekarang kita segera berangkat ke sana,” Dasim menginstruksikan para anak buahnya. Handy talky yang sedari tadi dipegangnya dibuang ke tanah dan diinjaknya hingga hancur. Sementara itu, Thea merasa girang karena kakaknya selamat, namun ia tak menyadari bahwa tindakannya membawa mereka dalam bahaya. Dua jam berlalu dan hari sudah beranjak malam. Kafe yang terletak di sebelah penginapan sangat ramai. Raheem dan Thea terlihat sedang berbincang di antara bisingnya kafe dengan alunan musik dan tawa para pengunjung.” Dapatkah kamu memberitahuku sebenarnya benda apa yang ada di dalam kotak emas ini hingga orang – orang itu berkepentingan untuk memilikinya? Sebelum nenekku meninggal, aku pernah menanyakannya, tetapi dia enggan memberitahunya, ” Raheem penasaran ingin tahu. “Maaf, aku juga tidak bisa memberitahumu. Hal itu biarlah Nyonya Anne yang menceritakannya padamu,” Thea menolak dengan halus. “ Aku mohon padamu. Aku tidak ingin mati sia – sia demi mempertahankan sebuah kotak yang aku sendiri tidak tahu apa isinya dan itu konyol sekali,” pemuda itu mencoba meyakinkan. Gadis yang ada di hadapannya menarik nafas panjang dan tidak bisa berbuat banyak. Sepertinya dirinya tak punya pilihan lain.
“ Baiklah kalau itu maumu. Benda yang ada di dalam kotak ini adalah Azwad, sebuah batu berwarna hitam legam yang mengandung sumber energi terbesar di muka bumi. Nama batu ini pertama kali disebut dalam sebuah cerita yang menyebutkan bahwa batu ini berasal dari surga.Awalnya, batu ini berwarna sangat putih bersih namun karena dosa umat manusia warnanya berubah menjadi hitam. Kemudian, oleh salah satu Utusan Tuhan yang ada di bumi, batu itu dipasang pada bangunan persegi yang disebut Kaba berabad – abad yang lalu. Namun, tak ada satupun orang tahu lokasi pasti bangunan ini hingga ilmuwan dari Bangsa Ibran yang serakah berhasil menemukan lokasi bangunan itu berdasarkan riset arkeologi yang mereka lakukan selama bertahun – tahun,” sejenak Thea menghentikan ceritanya dan mengambil gelas berisi jus jeruk di hadapannya. “Cerita yang luar biasa,” rasa takjub menjalari seluruh bagian tubuh Raheem.
Gelas itu ditaruhnya kembali ke atas meja dan melanjutkan cerita yang sempat terputus. “ Bangsa Ibran yang dipimpin oleh Dasim berhasil menuju lokasi bangunan Kaba dan mengambilnya dengan paksa dan membunuh orang – orang yang ada di sana. Hingga salah satu tetua yang ada disana sebelum ajal menjemput, mengutuknya dengan mengatakan bahwa semoga suatu saat akan datang seseorang yang akan membalas semuanya dan mengembalikan Azwad ke tempatnya semula,”ujarnya dengan mata menerawang.
“Lalu, bagaimana Azwad bisa sampai ke tangan nenekku?” Raheem semakin penasaran. “ Setelah mendapatkan Azwad, Bangsa Ibran memanfaatkannya untuk menciptakan Iron Dome sebagai perisai pelindung. Selain itu, mereka juga menciptakan senjata pemusnah massal untuk menjajah negara – negara di sekitarnya. Suatu saat, salah satu prajuritnya yang bernama Mikhail merasa bersalah terhadap orang – orang yang sudah dibunuhnya selama ini dan dia sudah muak dengan apa yang sudah dilakukan bangsanya. Ia tahu, bangsanya akan melemah jika ia mencuri batu ini. Akhirnya, ia berhasil mengambilnya dan membawanya lari dari Ibran sehingga ia menjadi buronan. Dalam pelariannya, Mikhail bertemu dengan wanita bernama Nania dan menikah. Dari pernikahannya ini lahirlah seorang bayi laki – laki yang tak lain adalah ...dirimu,” keringatnya bercucuran saat mengungkapkan fakta ini karena takut membuat kawan yang baru dikenalnya ini terkejut.
“Apa?! Jadi ayahku..ayahku dulunya adalah prajurit Bangsa Ibran yang bengis itu?!”, teriakan keterkejutannya membuat seluruh pengunjung menoleh ke arahnya. “ Ssshh..!! Reaksimu jangan berlebihan di sini! Jangan menimbulkan kecurigaan yang berlebihan, oke?” Thea mengingatkan. “Di dalam darahku..darahku..mengalir darah seorang pembunuh!!,” raut penyesalan muncul di wajahnya. “Jangan salahkan ayahmu! Dia sudah berubah dan menunjukkan penyesalan. Aku sudah memberitahumu tentang itu bukan?” Thea menggenggam tangan Raheem mencoba menenangkannya. “ Beberapa minggu sebelum nenekmu jatuh sakit, ia merasakan kehadiran beberapa orang asing yang mencoba memata – matainya dan ia tahu mereka berasal dari Ibran dan datang untuk batu itu. Ia sendiri tidak tahu mengapa mereka bisa melacak keberadaan Azwad. Lalu, ia menghubungi Nona Anne dan mengatakan akan mengirimmu untuk mengamankannya di Homs. Jadilah Nona Anne memintaku untuk mengawal perjalananmu.”
Raheem lemas seketika. Direbahkannya badannya ke kursi sambil menutup mukanya. “ Oh, Tuhan,”katanya pendek. “Sekarang aku sudah memberitahumu semuanya. Aku berharap kamu bisa menerimanya. Aku akan pergi sebentar dan kamu jangan pergi ke mana - mana ,” Thea berpesan.
“Kau mau ke mana?”
“Aku akan ke toilet sebentar. Jika kau melihat kakakku, cepat panggillah dia.”
“Baiklah. Aku mengerti.”
Beberapa menit setelah Thea ke toilet, pintu kafe terbuka dan masuklah beberapa orang dengan tatapan dingin melihat ke sekeliling. Kafe yang semula riuh mendadak terdiam. Para pengunjung sangat ketakutan dengan kedatangan Dasim dan anak buahnya. Dilihatnya ke arah sekeliling dan tanpa disengaja ia melihat Raheem sedang minum sendirian di meja yang letaknya di pojok. Raheem sangat terkejut saat ia mengetahui identitas orang – orang yang mendekatinya. “Hai, suatu kejutan kita bisa bertemu di sini,” Dasim tersenyum dan menepuk pundaknya.
Sementara itu, Thea keluar dari toilet dan secara tidak sengaja ia mendengar keributan di ruang utama kafe. Khawatir dengan keadaan Raheem, ia segera berlari untuk memastikan.Ternyata, pemuda itu sudah tidak ada di tempatnya. Salah seorang petugas keamanan yang terluka memberitahu Thea kalau beberapa orang berpenampillan aneh membawa seorang remaja secara paksa dan memasukkannya ke dalam sebuah mobil. “ Ke arah mana mobil itu pergi?” Thea panik. “ Ke arah barat..mobil itu berjenis SUV warna putih,” petugas keamanan itu kemudian pingsan. Dengan mobil pengunjung yang ia rampas, ia berusaha mengejar mereka. “ Dasim brengsek!!” Thea memukul – mukul setir mobilnya. Dipacunya mobil itu dengan kencang dengan harapan masih ada kesempatan untuk mengejar mobil yang membawa Raheem.
( TO BE CONTINUED )