Archive for 2015

THE PROTECTOR (EPISODE 7: SEBUAH AKHIR DAN TANGIS KESEDIHAN)

Selasa, 10 Februari 2015
Posted by Mr. Benz

“Argh,” suara erangan terdengar begitu nyaring di angkasa. Omar tergeletak dengan kondisi fisik terluka parah. Susah payah Omar berupaya bangun sementara darah terus mengalir dari lengan dan kaki. Di sampingnya tergeletak Zovac – pedang kesayangannya – yang berlumuran darah. “Percuma saja melawanku. Semaksimal apapun dirimu mengerahkan kekuatanmu, itu tidak akan berpengaruh sama sekali padaku,” Dasim berkata dengan pongahnya.

Belum sempat Omar berkata sesuatu, Dasim sudah memberi serangan kedua. Dari dalam mulutnya, menjulur tiga buah lidah reptil yang panjang dan menjerat tubuh Omar. Karena jeratan ini, Omar tidak mampu bergerak sama sekali. Tanpa ampun, Dasim menghantamkan tubuh Omar ke dinding beberapa bangunan yang ada di sana. “Sebaiknya aku sudahi saja permainan ini,” Omar dilemparkannya ke udara dengan kondisi sudah tidak mampu bergerak lagi. “Mungkin hidupku akan berakhir di sini. Ironis, ha ha,” suaranya lirih. Omar sudah pasrah dengan keadaannya sekarang sampai ia mendengar suara dari dalam otaknya. “ Jangan pernah mudah menyerah. Hidupmu tidak akan mudah berakhir begitu saja,” kata suara itu.

Bayangan tengkorak – tengkorak hitam beterbangan keluar dari tubuh Dasim untuk menghantam Omar. Ledakan besar kembali terjadi dan kali ini Dasim yakin Omar telah tewas. Namun, dirinya sudah harus kecewa untuk kesekian kalinya ketika mengetahui Omar tidak terpengaruh sama sekali dengan serangannya karena sebuah perisai pelindung berbentuk bola membungkus tubuhnya. Yang lebih mengejutkan Dasim adalah Omar tidak sendirian. Terdapat seseorang memanggul tubuhnya yang sudah tidak berdaya.

“Siapa orang ini? Orang ini juga mempunyai jenis energi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Tidak, aku pasti salah perkiraan,” Dasim penasaran.

Raheem membaringkan Omar sesaat setelah mereka mendarat. “Kakak, mengapa bisa seperti ini?” Thea menangis melihat kondisi kakaknya. Raheem meninggalkan mereka dan berjalan mendekati Dasim. Melihat Thea masih hidup, Dasim terkejut. “Mengapa gadis itu masih hidup? Apakah Ifridz dan Kichiro sudah tewas? Rasanya tidak mungkin, “ Kembali Dasim penasaran. “ Lalu, di mana Raheem dan ada hubungan apa antara gadis itu dengan pria misterius ini?”

“Tindakanmu sudah tidak bisa dimaafkan lagi. Sudah terlalu banyak nyawa orang yang tidak berdosa hilang dikarenakan ulahmu. Aku harus menghukummu,” mata Raheem menatap Dasim tajam.

“Lancang sekali. Siapa sebenarnya kau ini? Engkau sudah berani mengganggu kesenanganku.”

“Apakah secepat itu dirimu lupa? Aku adalah pemuda yang hampir tewas di tiang gantungan jika saja Omar tidak menolongku.”

“Jadi, kau adalah...Raheem?! Tidak mungkin!” hati Dasim mencoba menyangkal.” Awalnya aku sendiri tidak percaya dengan apa yang aku alami ini. Tapi, kemudian aku menyadari sesuatu,” Raheem ingat sesuatu.”Aku bisa menjadi seperti ini karena aku mempunyai darah campuran antara bangsa ibuku dan bangsa ayahku, dua bangsa terkuat di muka bumi. Engkau pasti tidak menyadari jika aku adalah anak dari Mikhail, mantan prajuritmu yang membawa kabur Azwad. Dalam pelariannya dia menikah dengan ibuku yang berasal dari Bangsa Valest, salah satu bangsa terkuat di bumi yang kamu musnahkan. Asal kamu tahu, upayamu untuk membinasakan Bangsa Valest telah gagal karena terdapat beberapa golongan dari mereka berhasil menyelamatkan diri dari genosida yang telah bangsamu lakukan. Mereka lantas berpencar ke seluruh penjuru bumi untuk menetap dan mengembangkan populasinya sedikit demi sedikit. ”

“Aku tidak percaya ini. Ternyata ada sebagian dari Bangsa Valest yang berhasil menyelamatkan diri,” Dasim geram.” Dan yang lebih tidak kupercayai lagi adalah ternyata engkau adalah anak dari si pengkhianat Mikhail. Mengapa harus kau yang menjadi pewaris kehebatan Bangsa Ibran dan Valest?!”

“Rupanya dirimu yang hebat ini takut dengan diriku,” Raheem menggertak. Tidak mau dianggap remeh, Dasim mengambil inisiatif menyerang. Semburan api keluar dari dalam mulutnya dan menghanguskan segala benda yang dilewatinya. Untuk ketiga kalinya, Raheem menggunakan Perisai Pelindung. Semakin lama semburan semakin membesar sehingga kali ini Perisai Pelindung tidak mampu melindunginya lebih lama lagi. “Ini aneh. Mengapa api ini justru lebih kuat daripada senjata Log Man waktu itu. Padahal, ini hanya sekedar api,” Raheem keheranan. “ Oh, tidak. Thea dan Omar!,” Ditengoknya ke belakang akan tetapi kedua orang itu sudah tidak ada. “ Syukurlah, mereka sudah berlindung ke tempat yang aman. Sekarang aku bisa bebas menghindar,” hatinya berbicara.

Akhirnya, Raheem sudah tidak sanggup lagi menahan semburan api dengan lebih lama dan membanting diri ke kanan. “Luar biasa. Perisai Pelindungku tidak sanggup menahannya,” telapak tangannya berwarna merah kehitaman disebabkan karena luka bakar. Selain itu, hampir sebagian jubahnya hangus terbakar. Dengan terpaksa, Raheem melepasnya. “ Mungkin lebih baik begini jadi aku bisa leluasa bergerak,” pikirnya. “ Lumayan juga sebagai pemanasan.” Ucapan Raheem itu semakin membuat Dasim murka. “ Aku tidak terima direndahkan seperti ini,” kemarahannya semakin menjadi.

Raheem membentangkan telapak tangannya ke arah Dasim dan beberapa detik kemudian Komandan Bangsa Ibran itu terpelanting serasa ada hembusan angin yang mendorongnya dengan sangat kencang. Dasim sempat terguling beberapa kali sebelum akhirnya terdengar suara gesekan antara kaki dan tangannya dengan tanah. Dia berhasil menahan tubuhnya agar tidak terdorong lebih jauh lagi.

Kali ini keduanya saling serang. Mereka meluncur untuk mendekat satu sama lain dengan kecepatan yang sangat cepat yang diakhiri sama – sama meluncurkan pukulan. Keduanyapun terjatuh. Dasim terdiam memandangi telapak tangannya. Di sana terdapat genangan darah yang mengalir dari dalam hidungnya. Baru kali ini ada seseorang yang berhasil melukainya. Tatkala ia memandang ke arah terpentalnya Raheem, ia tak menemui apapun di sana. Kepalanya terus berputar untuk terus mencari keberadaan Raheem.

“ Apakah kau mencari diriku? Ternyata kau tidak secepat yang aku kira.”

” Mengapa aku tidak menyadari keberadaannya?”

Kini, Raheem sudah berdiri melayang beberapa meter di atas kepala Dasim. “Hah!” teriaknya dengan lantang memecah kesunyian angkasa dengan kedua tangan membentuk gerakan membelah udara. Tanah di bawah sana terbuka disertai getaran hebat dan diikuti dengan jatuhnya Dasim ke dalam jurang yang seolah tak berdasar itu. Untuk mencegahnya kembali, Raheem menutup belahan tanah yang dibuatnya beberapa saat lalu. Raheem memperkirakan Dasim telah tewas terhimpit di antara tanah dan bebatuan.

Beberapa menit berlalu dan tidak terjadi sesuatu sehingga Raheem menyimpulkan Dasim telah tewas hingga terjadi sesuatu. Satu dentuman, dua dentuman, hingga tiga dentuman berurutan terjadi di bawah sana. Benda berbentuk seperti kuncup bunga raksasa berwarna hitam muncul dari dalam tanah. “ Cih, apa lagi ini?,” rasa sebal menghinggapi Raheem. Dari sisi depan, kanan, dan kirinya muncul sodetan berbentuk vertikal yang cukup panjang. Kedua mata Raheem terbelalak tatkala mengetahui ada berbagai sosok aneh keluar dari dalamnya. Diawali dengan keluarnya bagian kepala yang diselimuti lendir dan diikuti bagian tubuh lainnya. Mata mereka memancarkan cahaya merah nan menakutkan. Kini mereka bertiga telah keluar dengan sempurna yang membuat siapapun akan ketakutan jika melihatnya.

“ Siapakah mereka itu?” Thea penasaran. ”Tiga Bintang Zion dan nama mereka adalah Illuminato, Freemansore, dan Thule. Mereka inilah kepanjangan tangan Dasim dalam menyebarkan paham Zion ke seluruh penjuru dunia dengan membentuk organisasi misterius yang memiliki anggota dari berbagai kalangan atas serta bawah. Tidak menutup kemungkinan para pejabat pemerintahan menjadi pengikut setianya,” Omar menjelaskan panjang lebar.

Tidak lama berselang, wajah Dasim juga muncul dari kuncup bunga tersebut. “ Izinkan aku untuk memperkenalkan ketiga anakku yang sangat hebat sekaligus menjadi calon lawanmu. Mereka adalah Freemansore, Illuminato dan Thule,” Dasim tersenyum meremehkan. Melihat senyum Dasim yang menjijikkan itu, Raheem merasa sangat muak sekaligus ingin menghajarnya. “ Baiklah anak – anak. Segeralah habisi dia untukku,” perintah Dasim. Secepat kilat Tiga Bintang Zion menghilang dari tempat tersebut sehingga hanya menyisakan hembusan debu tebal.

“ Cepat sekali! Aku tidak mampu melihatnya!,” Thea tercekat sebelum akhirnya dia mendengar ledakan sangat keras di udara. Raheem terjatuh dan menghantam reruntuhan bangunan setelah menerima serangan ranjau udara dari Illuminati. Sementara itu, Freemansore dan Thule melihat pertarungan itu dari tempat yang agak jauh. “Sekarang giliranmu Thule,” kata Freemansore pada adiknya. Kedua tangannya bersedekap di atas dadanya mengesankan akan kesombongan dirinya. Thule muncul secara tiba – tiba di samping Illuminati. “ Sekarang giliranku!” kata Thule yang membuat Illuminato menghentikan serangannya.

Tangan kiri Thule menggenggam lantas diarahkannya ke depan tepat ke arah Raheem yang masih terbaring tertimbun reruntuhan. Cincin yang melingkar di jari manis tangan kirinya mengeluarkan cahaya berwarna biru. Kini ada sebuah tombak bergerigi di genggaman Thule. “ Terimalah ini!!” tombak bergerigi meluncur deras ke arah Raheem. Yang mengejutkan, dalam tempo beberapa detik tombak ini mampu melipatgandakan dirinya sendiri seraya berputar di angkasa. Thea hendak menolong Raheem seperti beberapa saat lalu namun terlambat. Ledakan demi ledakan kembali terjadi. Thea bersama kakaknya menutupi wajahnya saat ledakan itu terjadi. “ Akh,” teriak keduanya hampir bersamaan. Mereka merasakan hembusan hawa panas yang luar biasa. Itu membuat mereka terlempar cukup jauh.

“ Ternyata dia begitu mudah ditaklukkan. Tidak ada yang istimewa darinya,” Thule merasa begitu percaya diri. Sikapnya yang berlebihan itu mendapat teguran dari Freemansore. “ Sebaiknya engkau jangan senang dulu. Lihatlah ke bawah sana,” katanya mengingatkan. Thule sedikit terkejut dengan perkataan kakak tertuanya itu. Di balik kepulan debu dan asap, samar – samar terlihat bayangan yang berdiri dengan kokohnya. Bajunya terlihat sobek sementara tubuhnya penuh luka. Tatapan tajam matanya memandang ke arah Thule.

“ Aku sendiri cukup terkejut kau masih bisa bertahan setelah mendapat serangan yang dahsyat. Aku menjadi semakin menghormatimu,” Freemansore merasa kagum. “Kalian berdua, kali ini seranglah dia secara bersama dan segeralah lenyapkanlah dia. Aku tak ingin melihat wajahnya lebih lama lagi.” Illuminato dan Thule lantas menyerang Raheem dengan melancarkan pukulan ke arah wajahnya. Kali ini Raheem jauh lebih cepat dari mereka karena dia telah mempelajari gerakan mereka pada serangan yang terdahulu. Ditahannya pukulan dua bersaudara itu dengan memegang kedua tangan mereka. Tentu saja hal ini membuat mereka terkejut tak terkecuali Freemansore. Semakin mereka mencoba melepaskan, maka semakin kencang pula pegangan itu. “ Kali ini kalian tidak akan selamat lagi. Keberadaan orang – orang macam kalian hanya akan menghancurkan bumi ciptaan Tuhan yang indah ini. Tuhan sangat murka,sangat murka !!” kata terakhir diucapkan Raheem dengan nada sangat tinggi. Jelas sekali terlihat kemarahannya.

Terlihat raut ketakutan pada wajah Illuminato dan Thule. Bersamaan dengan teriakan kemarahan Raheem, terpancar bola energi yang sangat besar menyelimuti tubuh mereka bertiga. Sementara di sekelilingnya memancar cahaya seperti petir. Tanah bergetar dengan sangat hebatnya. Kedua lawan Raheem itu mencoba menghabisi Raheem dengan mengeluarkan serangan balik namun terasa percuma karena energi mereka seperti terserap bola energi itu. Tubuh Illuminato dan Thule mengelupas karena hawa panas dan menyebabkan mereka mengerang kesakitan. Selain itu, tubuh mereka juga mengalami penyusutan hingga menyisakan tulang belulang dan kulit saja. Di luar sana, bola energi yang cukup besar itu terlihat seperti kembang api di tengah malam. Darinya meluncur berulang kali bola api yang lebih kecil yang menghancurkan segala sesuatu yang dihantamnya. Tidak beberapa lama kemudian, bola energi itupun lenyap. Di atas tanah terlihat warna hitam pekat dengan asap membumbung.

Freemansore melihat ke berbagai arah, akan tetapi tidak dijumpai kedua saudaranya. Dirinya sangat panik. “ Kedua adikmu sudah menjadi abu di hadapanku ini. Malaikat Maut telah mencabut nyawa mereka dengan tanpa ampun. Setelah ini giliranmu,” kata Raheem dengan tenangnya.

----*****----

Dengan kedua mata merah menahan amarah, Freemansore mencoba menyerang Raheem. Pertarungan di antara keduanya akhirnya tak terelakkan. Freemansore menyerang bagian samping kanan kepala Raheem dan lawannya tersebut mampu menahannya dengan tangan kanannya. Raheem berhasil menggenggam lengan kiri Freemansore dan memutar – mutarnya di udara sebelum menghempaskannya ke tanah. Seluruh badan Freemansore terbenam ke dalam tanah dalam keadaan telentang. Raheem tidak membuang kesempatan lagi. Ia menghantam wajah lawannya itu dengan bola energi berwarna merah menyala dari tangan kanannya. Suara dentuman yang cukup keras membelah angkasa. Akan tetapi, alangkah terkejutnya Raheem saat mengetahui serangannya hanya mengenai seonggok tanah sementara Freemansore sudah tidak ada di hadapannya lagi.

“Aku ada di belakangmu,” suara itu mengagetkan Raheem dan seketika dirinya membalikkan badan. Freemansore membalas atas apa yang telah diperbuat Raheem padanya dengan menamparnya dan itu membuat tubuh Raheem berputar berulang kali di udara. “ Aduh..sakit sekali,” kata Raheem sambil mengusap – usap pipinya yang memerah. Belum usai rasa sakitnya, Freemansore datang mendekat dan mencekik lehernya hingga tubuhnya terangkat. “ Sekarang kau lihat apa yang ada di tanganku yang satu ini,” Freemansore memperlihatkan sesuatu pada Raheem. Di telapak tangannya terdapat sebuah mata aneh yang berkedip. “Mata Zero ini mempunyai kemampuan menghisap Elemen Kehidupan dan energi setiap makhluk di muka bumi ini dan mereka adalah makanan yang lezat bagiku. Sekarang lihatlah gunung yang ada di sana, engkau akan tahu seperti apa kehebatan mata ini,” ujar Freemansore mengarahkan Mata Zero - nya ke arah sebuah gunung di dekat mereka. Pusaran berwarna hitam muncul darinya yang membesar secara perlahan dan diikuti dengan berpindahnya Elemen Kehidupan dari makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan yang ada di sana ke dalam mata tersebut. Yang terjadi adalah gunung itu menjadi gersang dan berbagai makhluk hidupnya meregang nyawa. “ Kau lihat sendiri bukan, sebentar lagi akan kuhisap juga milikmu dan nasibmu akan seperti gunung itu. Aku sendiri akan menjadi salah satu makhluk terkuat di alam semesta,” ujar Freemansore.

Raheem merasa kesulitan bernafas karena cekikan Freemansore semakin erat. Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, Freemansore segera menghisapnya. Kini, seluruh wajahnya tak terlihat lagi karena tertutupi telapak tangan Freemansore. Perlahan, Elemen Kehidupan dan energi Raheem tertansfer ke dalam mata tersebut. Raheem merasa tubuhnya semakin lemas, bahkan menggerakkan tangan dan kakinya kinipun adalah hal yang sulit. Selain itu, warna kulitnya berubah menjadi pucat pasi. Akhirnya, hal yang tidak diinginkan terjadi : Tubuh Raheem tidak bergerak sama sekali dan kedua bola matanya berubah menjadi putih.

Terdengar seonggok tubuh jatuh di atas tanah. Sementara di dekatnya, Freemansore tersenyum puas. “ Kekuatanku...aku merasakan kekuatanku bertambah dengan cepat. Luar biasa! Kini aku tak terkalahkan!” dirinya membentangkan kedua tangannya ke atas. Asap berwarna hitam pekat mengelilingi tubuhnya. “ Bagus sekali anakku, kau telah berhasil mengalahkannya, kini tak ada lagi yang mengganggu rencanaku,” Dasim merasa lega. “Mendekatlah kemari anakku, bawalah kekuatannya yang luar biasa itu padaku.” Freemansore berjalan perlahan ke arah Dasim tanpa berbicara sepatah katapun. Setelah itu, ia melayang dan kini wajahnya dan wajah Dasim berjarak tak lebih dari lima meter.

“ Letakkan tanganmu di dadaku tepat di mana Azwad berada dan transferlah kekuatan Raheem padaku.”

“Apakah seperti ini, Ayah?”

Kejadian yang tidak terduga terjadi. Freemansore menghancurkan dada Dasim dan mengambil Azwad darinya. “ A – apa yang kau lakukan?” darah mengalir dari mulut Dasim. Peristiwa tak terduga itu juga mengejutkan Thea dan Omar yang juga baru saja siuman. “ Dia membunuh ayahnya sendiri?!” mata Thea terbelalak. “ Aku tidak membutuhkanmu lagi , Ayah. Dengan kekuatan yang dimilikinya serta Batu Azwad ini, aku bisa menguasai dunia seorang diri, “ kata Freemansore. “ Kurang ajar, beraninya dirimu!,” hardik Dasim. “Selamat tinggal Ayah, “ kembali lagi Freemansore mengeluarkan Mata Zero miliknya. Seluruh Elemen Kehidupan Dasim diserapnya hingga habis tak bersisa. Bersamaan dengan itu terdengar teriakan Dasim menahan rasa kesakitan yang luar biasa. Tidak hanya itu,tubuh Dasim juga melepuh dan terbakar.

Di tengah rasa ketidakpercayaan atas apa yang sedang dilihatnya, Thea teringat akan nasib Raheem. “ Apakah Raheem telah...?” firasatnya berkata buruk. Dia melihat ke sekelilingnya, mencoba mencari. Dari kejauhan, ia melihat Raheem tergeletak. “ Oh, tidak...Kakak, kau tetap di sini. Aku akan menolong Raheem,” pinta Thea pada kakaknya. “Baik, tapi berhati – hatilah,” pesan Omar. Betapa terkejutnya Thea melihat kondisi Raheem begitu dirinya sampai di sana. Air matanya jatuh di atas wajah Raheem. Saat Thea menangis inilah, Freemansore menyerap semua hawa jahat dari dosa yang tersegel di dalam Azwad sehingga bersatu dengan energi Raheem dan Dasim yang sudah terlebih dahulu berada di dalam tubuhnya. Omar dan Thea dapat melihat serta merasakan betapa mengerikannya kekuatan itu.“ Oh, ternyata masih ada seorang lagi yang berlagak menjadi pahlawan di sini,” suara Freemansore mengejutkan Thea. Langkah Fremansore terhenti oleh kemunculan seseorang. “ Jika kau berani menyentuh dia, kau akan berhadapan denganku!!” ancam orang itu. “ Kakak!! Menyingkir dari sana!! Kau bisa terbunuh!!” Thea berteriak.

“Aku memang akan segera membunuhnya,” Freemansore seolah mempertegas ucapan Thea. Ucapannya mengejutkan Thea. “ Tida.....k!!” teriaknya. Terdengar ledakan yang sangat keras dan mengakibatkan tubuh Omar hancur. Tangis Thea semakin tidak terbendung. “Kau..kau telah membunuh semua orang yang sangat aku sayang. Perbuatanmu sungguh tidak bisa dimaafkan, “ air matanya mentes dengan deras di pipinya. “ Wah, aku sangat takut mendengarnya. Begini saja, akan kuwujudkan keinginanmu untuk berkumpul kembali bersama mereka saat ini juga,” ejek Freemansore. Baru satu langkah ketika dia menuju ke arah Thea, langkahnya kembali terhenti. Kali ini bukan oleh seseorang, tapi oleh rasa aneh yang dia rasakan di dalam tubuhnya. “ Ada apa ini? Akh...akh,” dia merasa kesulitan bernafas. Ia tidak menyadari jika saat ia menyerap Elemen Kehidupan milik Dasim, Dasim menyertakan racun ke dalamnya. Sepertinya Dasim tidak ingin mati seorang diri.

Racun itu kini menyebar ke seluruh tubuhnya. Thea yang melihatnya merasa terkejut. “ Apa yang terjadi padanya?” pikirannya penuh tanda tanya. Satu persatu cahaya muncul dari tubuhnya, tak terkecuali mata dan mulutnya. Kepalanya mendongak ke atas dan meneriakkan sesuatu. Dari dalam mulutnya keluar berbagai Elemen Kehidupan dari semua manusia dan makhluk lain yang menjadi korban kejahatannya selama ini, tak terkecuali milik Raheem dan Dasim. Saat Elemen Kehidupan milik Dasim keluar inilah, Freemansore menghancurkannya agar tidak kembali ke tubuh Dasim. Karena, jika kembali ke tubuh Dasim, dia bisa bangkit kembali. Namun, lain halnya untuk Elemen Kehidupan milik Raheem. Freemansore gagal menghancurkannya karena Elemen Kehidupan itu terlalu cepat kembali ke tubuh Raheem. Melihat cahaya masuk ke dalam tubuh Raheem, Thea menjadi takut dan bergerak sedikit menjauh. Beberapa saat kemudian, bola mata Raheem kembali menghitam seperti semula serta membuatnya siuman. Thea yang melihatnya segera menghampiri dan memeluknya. Ia sungguh bahagia Raheem bisa kembali tersadar meski peristiwa yang sama tidak terjadi pada kakaknya.

Raheem mencoba berdiri dibantu oleh Thea. “ Akan kubinasakan kalian. Aku sudah mulai muak dengan semua ini,” kata Freemansore yang wajahnya hancur penuh lubang dan di dalamnya muncul api yang berkobar. Seraya melepaskan pegangannya pada pundak Thea dan memintanya untuk menjauh, Raheem mengatakan sesuatu pada Freemansore yang membuatnya terkejut. “ Kini kau tidak punya kemampuan apapun lagi tanpa Elemen Kehidupan dan kau tentu tahu itu,” Raheem merasa di atas angin. Mendengar perkataan Raheem itu, keringat dingin mulai muncul di wajah Freemansore. Raheem mengeluarkan seratus persen energi di dalam tubuhnya. Tanah bergetar demikian kencangnya yang mengakibatkan munculnya cekungan sangat besar di sekeliling dirinya. Awan cumulonimbus di angkasa sana yang awalnya menggumpal tebal terurai menjadi bagian yang lebih kecil dikarenakan hembusan angin yang begitu kencangnya.

Langit senja yang berwarna jingga mendadak berwarna putih karena cahaya yang berkilauan di atas kepala Raheem. Cahaya itu berasal dari benda yang berwujud seperti matahari. Benda ini juga memunculkan lidah api yang menyambar berulang kali. Freemansore bisa merasakan betapa dahsyatnya energi yang dipancarkannya. Dia dapat merasakan tulang rusuknya retak dan sebagian yang lain patah. “Ha....h...!! Terima ini!!” Raheem melemparkan senjata pamungkasnya itu dengan sepenuh tenaga. Ia melemparkannya dengan teknik seperti seorang Pitcher dalam olah raga baseball. Bersamaan dengan suara gemuruh yang sangat keras serta bumi yang bergetar, benda seperti matahari yang di dalamnya terdapat dua buah cincin dan bergerak saling bersilangan itu melaju dengan kecepatan tinggi. Nasib Freemansore tidak bisa terselamatkan karena sudah tidak dapat menghindar lagi. “ Tida...k!!” teriaknya tanpa bisa menahan rasa sakit. Lidah api mulai membakar setiap inchi tubuhnya dan tak ada satupun yang terlewatkan. Ledakan yang luar biasa besar dan terjadi secara berantai menghempaskan tubuh Raheem dan Thea sampai beberapa puluh meter. Dalam posisi tengkurap dan rambut yang berkibar karena hembusan angin kencang , ia memandang ke arah Freemansore. Dirinya ingin memastikan bahwa Freemansore telah tewas oleh serangan terakhirnya itu. Dia tidak bisa melihat musuhnya itu lagi dikarenakan oleh liarnya lidah api yang semakin membesar.

Tidak sampai sepuluh menit, ledakan berakhir. Menyisakan kehancuran yang apabila dilihat dari atas seperti bekas ledakan meteor raksasa jatuh. “Akhirnya berakhir juga. Huh, menyusahkan saja,” katanya dalam posisi tengkurap. Nafasnya satu – dua, menandakan rasa lelah yang teramat setelah seluruh energinya terkuras demi serangan terakhir tersebut. Setelah berhasil berdiri, Thea mencari Raheem. “ Kau baik – baik saja?” tanyanya dengan wajah berdarah. Raheem mengangguk. Saat beranjak dari tempat itulah, Raheem bertanya pada Thea tentang keberadaan kakaknya dan Dasim. Dirinya terkejut ketika Thea mengatakan bahwa Dasim telah dibunuh oleh Freemansore. Namun, tak ada yang lebih mengejutkannya daripada kabar bahwa Omar telah tewas demi melindungi Thea. “ Aku turut bersedih atas tewasnya kakakmu. Aku yakin, kakakmu pasti bangga dengan apa yang telah engkau lakukan hari ini,” Raheem mencoba menghibur Thea. Di bawah matahari sore yang hampir tenggelam, mereka berjalan perlahan meninggalkan tempat itu walau dengan langkah tertatih. Di tangan Raheem, tergenggam beberapa batu Azwad yang dia temukan tertimbun pasir di dekat lokasi kematian Freemansore. “ Tak kusangka, demi menjaga batu ini aku harus melalui jalan yang penuh darah. Tapi, kini aku lega karena semua telah berakhir,” Raheem berbicara dalam hati. Di langit senja yang memerah, dia melihat bayangan wajah neneknya yang tersenyum. Sepertinya dia bangga pada cucunya yang telah berhasil menjaga amanatnya. Mata Raheem berkaca – kaca dan membalas senyuman neneknya tersebut.

----THE END----

Welcome to My Blog

Language Translator

Popular Post

Follow My Twitter

Facebook Fans Page

Visitor Flag

Flag Counter
Diberdayakan oleh Blogger.

ALEXA RANK

- Copyright © Cerita Fantasi dan Misteri (Fantasy and Mystery Story) -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -